Soekarno pernah menyebut istilah “Jas Merah” yang memiliki arti Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Dalam sejarah perjalanan Indonesia, ada peran-peran penting yang tak boleh kita lupakan, yaitu jasa-jasa para pahlawan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Hal inilah yang pernah disampaikan Presiden Soekarno pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 1961 silam. Nilai sebuah perjuangan kemerdekaan, sampai kapan pun patut diapresiasi. Namun kini sebuah ironi muncul, ketika para pejuang dan pembela kemerdekaan Indonesia justru kian terlupakan nasibnya.
Dalam rangka menyambut Hari Pahlawan, Tokopedia dan Yayasan bekerja sama dengan Baznas, Dompet Dhuafa, dan ACT dalam mengumpulkan dana bantuan lewat program TopDonasiBebas Tokopedia.
Seiring berjalannya waktu, siapa yang sangka bahwa ada banyak veteran yang melewati masa tuanya hanya seadanya. Tapi semangat mereka yang tak pernah surut membawa mereka ke berbagai kegiatan positif.
Hal ini juga dialami oleh Ahmad Supandie (77 tahun), Sutoyo (80 tahun), dan Suhaili (78 tahun). Mereka merupakan veteran kebanggaan Indonesia yang masih bersemangat meskipun usianya telah memasuki senja.
“Meskipun renta, semangat juang kami tak pernah usang. Kami kerap diundang untuk ikut upacara di kantor walikota. Mayoritas kami merupakan tentara yang tergabung UNTEA PBB yang pernah ikut mempertahankan Irian Barat, Timor Timur hingga perang melawan pemberontakan PKI,” ujar Bapak Ahmad Supandie, ketua Legiun Veteran Republik Indonesia.
Biasanya para veteran berkumpul di kantor anak cabang PEPABRI. Mereka sering mengadakan bakti sosial dengan memberi bingkisan kepada anak yatim sekitar. Kondisi ekonomi yang terbatas tak menyurutkan anggota legiun veteran ini untuk berbagi.
“Kami setiap bulan patungan Rp10.000, biasanya digunakan untuk anggota yang sakit atau untuk bakti sosial. Kami saat ini masih mendapat tunjangan veteran dan dana kehormatan dari Pemerintah RI,” ujar Bapak Suyoto.
“Untuk rumah, kami bersyukur bisa memiliki rumah yg sederhana, meskipun harus berhutang dan masih banyak teman-teman kami yang ngontrak dan ikut dengan anaknya. Kami hanya ingin agar kami tetap tinggal disini dan tidak digusur pemerintah seperti yang lainnya” ujar Bapak Sutoyo.
Lain lagi cerita tentang Pak Rasmad, seorang veteran yang ikut berjuang mengusir Belanda sejak usia 18 tahun. Pak Rasmad menjadi sukwan (sukarelawan) tahun 1957 – 1964 dan mulai berjuang ketika perang pembebasan Irian Barat, pemberontakan DI dan pemberontakan PKI.
Pak Rasmad memiliki istri dan 3 orang anak dan cucu. Saat ini, pria yang berdomisili di kota Depok ini bekerja serabutan, mulai dari menjual motor bekas butut, mediator tiket sepak bola bahkan juga menjual jas hujan.
Istri Pak Rasmad saat ini mengalami kelumpuhan sejak beberapa bulan lalu akibat terjatuh dan hingga sekarang hanya terkulai di kasur dan sesekali jalan menggunakan tongkat dengan bantuan suami atau anaknya.
Pahlawan Juga Berhak Mendapatkan Perhatian
Penghormatan kepada para pahlawan kini nampaknya hanyalah sebuah upaya mengenang jasa mereka. Bahkan, untuk sekadar tahu kabar serta bagaimana keadaan para pahlawan kemerdekaan kita telah begitu tak acuh. Padahal, tak sedikit dari mereka yang nasibnya kini jauh dari kesejahteraan. Seperti sebuah kisah pilu dari salah seorang veteran yang kini tinggal di salah satu sudut kota Bogor.
Veteran itu bernama Jamhari. Beliau lahir pada 1928 dan merupakan salah satu dari sekian banyak pejuang kedaulatan bangsa Indonesia dari penjajahan. Di usianya yang semakin senja, kondisi beliau sungguh memprihatinkan. Bersama istri dan anaknya, beliau tinggal di rumah kontrakan sederhana yang berada di daerah Cipinanggading, Bogor Selatan. Mereka tinggal di sepetak rumah kontrakan yang rasanya lebih pantas disebut gubuk.
Di balik pintu yang tertempel stiker kuning bertuliskan “Veteran RI”, seorang kakek terbaring lemah di atas kasur. Sesekali ia terbatuk, rupanya penyakit TBC akut tengah menggerogoti paru-parunya.
Wajar saja jika penyakit TBC menyerang kakek berusia 90 tahun ini, sebab keadaan rumah begitu memprihatinkan. Ketika hujan datang, atap rumah bocor dan air menggenang di lantai membuat mereka harus terjaga hingga hujan reda dan banjir surut.
Harapan untuk memiliki rumah telah dipupuskan karena uang pensiun yang diterimanya dari negara hanya mampu untuk menyewa rumah yang kini ditempatinya.
“Setiap bulan mendapat 450 ribu rupiah dari negara, 150 ribu untuk bayar sewa rumah, sementara sisanya untuk makan sehari-hari,” lirih sang istri.
Di sisa tenaga yang dimilikinya, kakek Jamhari justru bercerita tentang kenangan manis masa perjuangannya dahulu kala. Menyantap semur kecap buah muda randu serta tidur di bawah tumpukan papasan pohon jagung baginya merupakan kenangan terindah kala itu.
Veteran adalah pejuang bangsa ini, tanpa mereka kita dan bangsa ini bisa jadi tidak merasakan nikmat kemerdekaan. Ayo bantu para veteran merasakan nikmat syukur kemerdekaan yang mereka perjuangkan dengan nyawa mereka melalui TopDonasiBebas kerjasama BAZNAS, Dompet Dhuafa, dan ACT.
Ayo, saatnya berbagi kebaikan lewat TopDonasiBebas untuk membantu para veteran. Donasi Anda yang terkumpul hingga 11 November 2017 nantinya akan disalurkan ke lembaga sosial terkait untuk membantu kehidupan para veteran.
Serunya lagi, ada voucher Tokopedia senilai Rp50.000 untuk Anda yang menyalurkan donasi min. Rp200.000 di TopDonasiBebas.
Masa penjajahan memang telah berlalu, lantas, apakah perjuangan mereka berlalu begitu saja? Mari satukan kepedulian untuk mereka yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Lewat donasi yang Anda salurkan, Anda bisa membantu mereka yang dahulu pernah berjuang untuk negeri. Saatnya berjuang untuk pahlawan dimulai dari Tokopedia.