• socmed Facebook icon
  • socmed Instagram icon
  • socmed Twitter icon
  • socmed Youtube icon
Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Cara Mengajarkan Anak Mengendalikan Emosi

01 October 2021
Share
Cara Mengajarkan Anak Mengendalikan Emosi

Anak sering sulit mengendalikan emosi? Simak cara-cara berikut ini agar emosi anak terkendali dan  lebih mudah untuk menerapkan pola hidup sehat.


Menurut Laura Jana, MD., salah satu juru bicara American Academy of Pediatrics (AAP), orang tua sering menganggap tidak penting melatih anak untuk mengendalikan emosinya. Padahal emosi atau suasana hati seringkali menjadi faktor penentu dalam membuat pilihan. 

Apalagi pada anak-anak, keputusannya untuk makan, tidur, atau bermain sekalipun sangat dipengaruhi oleh emosinya. Dan ternyata, orang yang bisa mengendalikan emosinya biasanya lebih konsisten menerapkan pola hidup sehat.

api, bukan hal yang mudah untuk mengajarkan anak usia sekolah tentang mengendalikan emosi atau mood. Ini sama susahnya dengan mengajarkan mengikat tali sepatu pada anak berusia 3 tahun,” ucap Jana. “Mengendalikan emosi bukan perkara sekali diberitahu langsung bisa. Skill ini harus dilatih secara konsisten,” tegas Jana.

Jangan langsung mengerutkan dahi. Mari kita buat tahapan-tahapan mengajarkan anak tentang mengendalikan emosi. Setidaknya ada 3 tahapan yang harus dimulai agar mereka punya kebiasaan untuk mengendalikan emosi secara positif.

Tahap 1: Membuat Perencanaan tentang Mengatasi Mood Swing pada Anak

Ini adalah tahapan di mana, kita sebagai orang tua dapat mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika anak mengalami moodswing hanya karena perkara kaos kesukaannya masih di keranjang baju kotor. Daripada menghabiskan energi dengan membujuknya, lebih baik lakukanlah beberapa hal ini:

  • Terima kekesalannya tapi jangan adu argumentasi. Tunjukkan pada anak kalau kamu memahami kekesalannya tapi jangan coba memecahkan masalah ketika dia sedang tantrum atau mengamuk. Ini hanya akan menguras energimu dan anak.
  • Berikan dia waktu untuk menenangkan diri: kamu tidak perlu menyuruhnya menenangkan diri di kamar, tapi sarankan dia melakukan kegiatan lain untuk menyalurkan emosinya. Misalnya, menyarankan dia untuk bermain basket di garasi mobil atau naik-turun tangga selama beberapa menit. Aktivitas fisik akan membuat emosi mereda. 
  • Setelah dia tenang, maka bicaralah: Ajak anak untuk membahas hal yang membuatnya marah dan berikan solusi rasional atas situasi ini. Proses ini menurut Jana adalah cara mengajarkan anak untuk tidak melampiaskan emosi atau kekesalan kepada orang lain. Plus, kita juga mengajarkan mereka untuk melampiaskan emosi dengan cara yang lebih sehat.

Tahap 2: Komunikasi

Menurut Roberta Golinkoff, PhD., salah satu juru bicara American Psychological Association (APA), sangat penting menciptakan rasa nyaman pada anak untuk bisa bercerita segala hal kepada orang tuanya. Karena dengan begitu, orang tua bisa memahami sumber masalah dan membantu anak menemukan cara paling dewasa untuk mengatasinya. 

Rasa nyaman anak untuk bercerita kepada orang tuanya tidaklah didapat hanya dengan sekali pendekatan, semuanya berproses. Setidaknya dari kebiasaan-kebiasaan inilah anak bisa menjalin rasa nyaman serta kepercayaan kepada orang tuanya.

  1. Sering makan bersama.

Percaya atau tidak, makan bersama menciptakan ruang kebersamaan natural yang melahirkan rasa percaya anak untuk membagikan segala hal yang ada di dalam pikirannya.

2. Kreatif dalam menciptakan percakapan. 

Golinkoff menantang orang tua untuk tidak hanya mengajukan pertanyaan yang sama setiap hari. “Bagaimana sekolah hari ini?” Menurut Galinkof pertanyaan ini tidak akan membuat anak bercerita banyak. “Anak akan lebih nyaman bercerita ketika orang tua tidak menjadikan mereka sebagai subjek dari cerita.”

3. Dengarkanlah curhatan anak.

Sering terjadi, para orang tua menganggap masalah pertemanan yang diceritakan adalah masalah sepele. Tapi bagi anak, ini adalah masalah serius. Jadi, berpikirlah hal yang sama. Karena menurut Jana, sekali anak merasa curhatannya tidak menarik bagi orang tuanya maka dia tak akan punya rasa nyaman untuk berbagi masalah. Alhasil anak hanya akan bergulat sendiri dengan emosinya ketika menghadapi masalah.

Tahap 3: Biasakan Anak Memiliki Kebiasaan Sehat untuk Melampiaskan Emosinya.

Salah satu cara membuat anak memiliki pondasi yang kuat atas emosinya adalah, dengan membiasakan mereka menemukan cara yang sehat untuk melampiaskan emosinya. Dan rutinitas sederhana ini bisa membantunya untuk punya kesadaran itu.

  1. Pentingnya anak punya rutinitas.

 Golinkoff berkata, disadari atau tidak, tapi anak-anak butuh rutinitas yang akan melatih kedisiplinan mereka. Mengapa disiplin menjadi penting? “Ini adalah tools yang akan membantu mereka mengenali keteraturan,” jawab Golinkoff.

2. Pentingnya anak melakukan olahraga secara teratur.

Olahraga akan mengeluarkan endorfin atau hormon rasa bahagia dalam tubuh. Bonusnya, olahraga juga membuat anak jadi lebih percaya diri. Jika mereka melakukan ini secara teratur maka bisa lebih positif dalam menghadapi situasi yang tidak sesuai keinginannya.

3. Bantu anak menemukan cara untuk relaks.

Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga butuh cara untuk mendinginkan kepala ketika sedang stres. Jadi mengenalkankan anak cara-cara untuk relaks juga bagian dari mengendalikan emosi. Pilihan seperti mendengarkan musik, menggambar, atau berolahraga jauh lebih relaks ketimbang bermain gawai.

Baca Juga: Keberhasilan ASI Eksklusif Dimulai dari Masa Kehamilan

Nah, itu dia tiga tahap yang Toppers bisa lakukan untuk mengajarkan anak mengendalikan emosinya dengan berbagai aktivitas positif yang bisa dilakukan. Sebagai orang tua, kita wajib membimbing anak di masa pertumbuhannya agar bisa mengendalikan emosi dan hidup sehat.

Share
TokopediaTokopedia

Related Articles

11 Obat Diare Anak untuk Usia 1 hingga 5 Tahun
Kids and Parenting
11 Obat Diare Anak untuk Usia 1 hingga 5 Tahun
© 2009-2023, PT Tokopedia