Di tempat umum, anak yang tantrum bisa membuat orang tua merasa malu dan stres. Ini cara mengatasi anak tantrum di depan umum ala psikolog.
Temper tantrum atau biasa disebut tantrum adalah ledakan emosi yang biasanya dialami oleh anak di usia balita. Psikolog keluarga, Ajeng Raviando, Psi, menjelaskan, tantrum pada anak berusia 2 hingga 4 tahun adalah hal yang wajar.
“Sebetulnya tantrum masih bisa ditoleransi sampai 5 tahun. Tetapi, anak berusia 5 tahun biasanya sudah jarang yang masih tantrum,” ucap psikolog keluarga yang telah memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang konseling, pelatihan, assesment, dan pengembangan diri ini.
Tantrum Bagian Dari Tumbuh Kembang Anak
Menurut Ajeng, tantrum adalah bagian dari ekspresi anak. Lewat tantrum, anak belajar mengenali emosinya. Di sisi lain, orang tua dan kebanyakan orang dewasa cenderung berpikir bahwa tantrum adalah hal yang buruk, bahwa anak sedang bertingkah tidak baik. Padahal, otak anak balita tidak sama dengan otak orang dewasa.
Anak balita tak memiliki kontrol diri dan regulasi emosional, sehingga tidak mungkin berpikir kalau marah, menangis, dan teriak merupakan hal yang tidak baik. Mereka tidak memahaminya dan tetap tantrum, karena itu adalah sesuatu yang alami. Bagian dari tumbuh kembangnya. Ketika anak sedang tantrum di rumah, mungkin tantangannya memang tidak seberat saat anak tantrum di tempat umum. Misalnya, di supermarket, mal, atau pasar.
Berusaha tetap tenang sambil mencoba menenangkan anak di tengah keramaian dan tatapan mata orang lain, bukanlah hal mudah. Memang, yang paling mudah dalam menenangkan anak tantrum adalah dengan menuruti kemauannya. Tapi, jelas ini bukan strategi yang baik untuk jangka panjang. Pasalnya, anak akan terus ‘memanfaatkan’ tantrumnya kapan pun dia menginginkan sesuatu. Lalu, harus bagaimana? Contek kiat mengatasi anak tantrum di tempat umum dari psikolog Ajeng Raviando, Psi, ini.
1. Jangan Cepat Bereaksi
Membiarkan anak tetap menangis adalah hal pertama yang perlu Anda lakukan saat anak tantrum di tempat umum. “Saat anak tantrum, orang tua cenderung cepat bereaksi. Padahal sebetulnya tidak apa-apa jika anak dibiarkan menangis dulu,” ucap psikolog yang berpraktik di Teman Hati Konseling dan Klinik Pulih ini
2. Dampingi Anak
Selama anak tantrum, orang tua harus tetap tenang. Usahakan tidak terpancing emosi. Pasalnya, memarahi anak bukanlah solusinya. Begitu juga dengan membentak atau bahkan memukul anak, yang hanya akan membuat tantrum anak semakin buruk. Ambil napas dalam-dalam, kendalikan emosi Anda, dan kemudian dampingi anak. “Orang tua boleh mendampingi, boleh juga memeluk anak.
Sesuaikan saja cara menemaninya dengan karakter anak. Soalnya, ada anak yang malah meronta kalau dipeluk saat tantrum. Kita harus lihat dulu kondisi anak itu seperti apa dan bagaimana karakternya. Perhatikan apa yang bisa kita lakukan saat itu supaya anak lebih tenang, bisa nyaman dengan dirinya, dan pada akhirnya mulai bisa diajak bicara,” jelas Ajeng.
3. Alihkan Perhatian Anak
Jika tangisan anak sampai mengganggu orang lain, ada baiknya jika orang tua mulai mencoba untuk mengalihkan perhatian anak dari sesuatu yang menjadi pemicu tantrum.
Bisa dengan menggendong anak dan menunjukkan hal lain, supaya tantrum anak teralihkan dan berhenti, meski kita tidak memberikan apa yang ia mau. Begitu anak Anda menyadari bahwa tantrumnya tidak membuat orang tuanya marah dan menuruti keinginannya, biasanya anak akan berhenti berteriak.
4. Cari Tempat yang Lebih Nyaman
Agar anak bisa lebih mudah mengendalikan dirinya, Anda bisa membawa anak ke tempat yang lebih nyaman. Hal ini juga diperlukan untuk membuat orang tua merasa lebih nyaman untuk melakukan sesuatu dalam mengatasi tantrum si anak. Misalnya, dengan memindahkan anak ke tempat yang lebih sepi.
5. Bantu Anak Mengenali Emosinya
Menurut Ajeng, biasanya anak tantrum itu karena tidak bisa mengekspresikan dirinya dengan tepat dan tidak tahu apa yang ia rasakan. Sehingga, penting untuk orang tua membantu anak dalam mengenali emosinya. Jadi, ketika si kecil mulai menunjukkan tanda-tanda tantrum, seperti menangis, berteriak, atau marah, kita bisa menanyakan pada anak apa yang ia rasakan.
Namun, pastikan Anda menanyakannya pada saat anak sudah berangsur tenang atau ketika sudah berhasil mengalihkan perhatiannya. Contohnya dengan bertanya, “Kamu kesal, ya? Kamu marah karena mama tidak membelikan mainan?”
Mengajak anak bicara juga bisa menjadi cara untuk mengajarkan anak bahwa tantrum bukanlah perilaku yang baik. Jangan meremehkan kemampuan si kecil untuk memahami apa yang Anda katakan.
Tetaplah membicarakan hal ini pada anak di saat suasana hatinya sedang baik dan dalam keadaan tenang. Misalnya, saat sedang bermain di rumah atau berbaring di atas tempat tidur. Jika di lain waktu anak tetap tenang dalam situasi yang biasanya memicu tantrumnya, berikan pujian dan ucapan terima kasih karena mau berusaha mengontrol emosinya.
Baca juga: Cara Mengatasi Anak Malas Mengerjakan PR
Nah, itu dia, Toppers, Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menenangkan anak yang tantrum di tempat umum. Usahakan untuk selalu menjaga perkataan orang tua pada anak saat tantrum, sebab tantrum juga merupakan bagian dari tumbuh kembang anak.