Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Preeklamsia di Masa Pandemi: Segera Kontrol Kandungan

28 August 2021
Share
Preeklamsia di Masa Pandemi: Segera Kontrol Kandungan

Ini yang perlu diketahui para ibu hamil mengenai preeklampsia saat kehamilan di masa pandemi.


Walaupun sedang pandemi seperti ini, kalau (ibu hamil) tekanan darahnya tinggi, segera datang ke klinik untuk kontrol, untuk bisa dinilai lebih lanjut supaya risiko yang muncul akibat tekanan darah tinggi ini tidak terjadi,” jelas dr. Rangga Mainanda, SpOG pada tayangan langsung di Instagram bersama @bwcc_clinic (Bintaro Women Children Clinic) beberapa waktu lalu.

Dalam sesi diskusi lewat Instagram Live, “#Ngopi (Ngobrol Pintar) Bareng Yuk!” tersebut, dokter obgyn Rangga Mainanda memberikan penjelasan lengkap tentang penanganan preeklamsia saat kehamilan di era pandemi.

Menurut Rangga, jarang ada ibu hamil yang memiliki alat tensi pribadi di rumah untuk mengetahui tinggi atau tidaknya tekanan darah selama kehamilan. Padahal, tekanan darah selama hamil sangat perlu dikontrol agar risiko preeklamsia atau tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat dicegah. Apalagi pada ibu hamil yang memiliki riwayat preeklamsia. Bagaimana maksudnya?

Rangga menjelaskan, secara penelitian, preeklamsia dapat diturunkan. “Artinya, bila orang tua punya risiko preeklamsia saat melahirkan, maka anaknya akan memiliki risiko untuk ke arah sana. Atau, anak pertama sudah punya tekanan darah tinggi atau preeklamsia, maka anak kedua pun ada risiko preeklamsia.”

Sebenarnya, yang diturunkan bukan preeklamsia atau tekanan darah tingginya, melainkan faktor risikonya. “Katakanlah diabetesnya yang diturunkan, peningkatan kolesterolnya yang diturunkan, obesitas yang diturunkan, itulah yang membuat kondisi-kondisi di mana faktor risiko untuk peningkatan tekanan darah atau preeklamsia menjadi tinggi,” jelas Rangga.

Apa yang memicu munculnya preeklamsia?

Sebelum lebih lanjut membahas tentang preeklamsia selama kehamilan, perlu dipahami bahwa kondisi preeklamsia atau kondisi tekanan darah meningkat merupakan sebuah ‘kompensasi’.

Ini berarti, kondisi yang sebenarnya bukan menjadi penyebab utama, tapi ada beberapa kondisi pada kehamilan yang membuat tekanan darah ibu harus meningkatkan aliran darahnya.

Menurut Rangga, yang paling menjadi inti masalahnya adalah pada ari-ari atau plasenta ibu. Apapun kondisi yang membuat aliran darah seorang ibu menjadi ‘berubah’. “Katakanlah ibunya selama ini pola makannya bagus, lalu dia konsumsi banyak garam, banyak makanan asin, maka kondisi tekanan darah ibunya akan naik,” ungkap Rangga.

Contoh lain yang diungkapkan Rangga, bila ibu hamil gemar mengkonsumsi makanan berlemak, maka secara otomatis kondisi tubuhnya berubah dengan adanya peningkatan kolesterol atau BMI (body mass index/ indeks massa tubuh).

Sehingga, kondisi-kondisi tersebutlah yang dapat memicu terjadinya preeklamsia. Namun, tekanan darah ibu hamil naik, bukan semata-mata karena ‘salah’ sang Ibu. Misalnya, karena kurang istirahat, kurang mengatur pola makan, atau stres. Rangga mengemukakan, bahwa ada faktor lainnya, yaitu masalah implementasi dari plasenta.

“Posisi plasenta atau ari-ari dalam mencukupi kebutuhan si kecil di dalam kandungan, itu sangat berpengaruh. Kalau kondisinya terganggu, maka salah satu responnya adalah meningkatkan tekanan darah supaya bisa memberikan kecukupan makanan buat si kecil. Itulah yang menjadi salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia atau terjadinya tekanan darah tinggi.

Pengaruh preeklampsia terhadap janin 

Bila tekanan darah pada ibu hamil meningkat, kondisinya seperti selang air yang sedang dijepit atau ditekan. Bila selang airnya ditekan, tekanan airnya memang akan terdorong lebih kuat, tetapi jumlah air yang keluar akan menjadi lebih sedikit.

Hal ini juga terjadi ketika tekanan darah ibu hamil meningkat, yaitu mengakibatkan jumlah aliran darah menuju si bayi menjadi berkurang. Risiko dari berkurangnya jumlah aliran darah ke bayi, yang paling sering dan paling mungkin terjadi adalah air ketubannya menjadi berkurang. Kalau air ketubannya sudah semakin berkurang dan tekanan darah ibu hamil tidak terkontrol atau tidak diobati, maka pertumbuhan bayinya menjadi lebih kecil.

Kondisi ini dikenal sebagai pertumbuhan janin terhambat. Kalau dibiarkan dan tidak terkontrol juga, maka resikonya bisa sampai kematian pada bayi. “Mudah-mudahan itu tidak perlu terjadi dan selalu perhatikan gerakan bayinya kalau kehamilan sudah masuk ke trimester ketiga,” tutur Rangga.

Perbedaan preeklamsia dengan eklamsia

Menurut Rangga, salah satu faktor risiko yang muncul setelah preeklampsia atau tekanan darah yang terlalu tinggi adalah kejang. Mengapa? Karena aliran darah menuju kepala atau ke otak sudah semakin berkurang sehingga otak memberikan stimulasi untuk kejang, dalam artian untuk memberikan suplai oksigen dan darah dalam jumlah yang cukup.

Kejang inilah yang sangat berisiko. Sebab, saat kejang, baik ibu dan bayi sama-sama di kondisi yang sangat kritis. “Sementara itu, eklampsia merupakan kelanjutan komplikasi dari preeklamsia, yang ditandai dengan kejang hingga kondisi koma pada ibu hamil,” jelas dokter yang praktek di RS Hermina Ciputat, RS Helsa Bintaro, dan BWCC Bintaro ini.

Penanganan ketika mengalami kejang atau eklamsia di rumah

Yang paling penting, menurut Rangga, adalah mengenal apa saja risiko atau tanda-tanda;berupa keluhan yang muncul sebelum terjadinya eklamsia atau kondisi kejang akibat tekanan darah tinggi. Yang pertama, sakit kepala di bagian depan.

Kalau seorang ibu hamil di trimester 3 atau usia kehamilan diatas 28 minggu, lalu tiba-tiba merasa sakit kepala atau pusing, 59% risikonya tekanan darah tinggi dan akan kejang. Jadi harus langsung segera datang ke klinik atau fasilitas kesehatan, untuk paling tidak mengukur tekanan darahnya.

Keluhan kedua, adalah nyeri di ulu hati. Kalau ulu hatinya ditekan terasa sakit, atau tanpa ditekan pun terasa sakit, disertai sakit kepala hebat, kemungkinan besar terjadi tekanan darah tinggi dan resiko terjadinya eklampsia sudah sangat besar.

“Ditambah lagi kalau pandangannya sudah mengabur, melihat sesuatu seperti berbayang, nah itu kondisi tekanan darah di kepalanya sudah terlampau tinggi.

Segera datang ke klinik atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan, minimal dilakukan pengukuran tekanan darah,” tegas Rangga.

Tidak lupa dr. Rangga berpesan kepada semua ibu hamil untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat, pola makan yang baik, menjaga asupan garam, olahraga rutin, serta beristirahat yang cukup agar kondisi tubuhnya bagus dan prima untuk mempersiapkan proses persalinan yang aman serta nyaman.

Baca Juga: Lakukan 9 Hal ini Sebelum Anda Memiliki Anak

Itu dia, Toppers beberapa informasi yang bisa kamu dapatkan mengenai preeklampsia dimasa pandemu, jika memang nanti dinilai dari pemeriksaan didapatkan tekanan darahnya meningkat, maka jangan ragu menghubungi dokter untuk memberikan pengobatan atau tatalaksana pencegahan agar dapat mencegah resiko tekanan darah tinggi atau preeklampsia.

banner tokopedia parents
Cek Tokopedia Parents dan dapatkan semua solusi untuk kebutuhan keluarga-mu
TAGS
    Share
    TokopediaTokopedia

    Related Articles

    Inspirasi Nama Jepang untuk Anak Laki-laki, Unik dan Bermakna!
    Kids and Parenting
    Inspirasi Nama Jepang untuk Anak Laki-laki, Unik dan Bermakna!
    © 2009-2023, PT Tokopedia