Sangjit, tradisi seserahan pada budaya Tionghoa memiliki makana yang mendalam. Simak susunan, tata cara dan prosesi Sangjit berikut ini.
Seperti pada pernikahan adat Indonesia lainnya, prosesi seserahan juga dilakukan pada pernikahan budaya Tionghoa, yang dinamakan Sangjit.
Prosesi Sangjit biasanya diadakan setelah prosesi lamaran dan sekitar satu bulan sampai satu minggu sebelum hari pernikahan.
Jadi, Sangjit bukanlah prosesi lamaran maupun pernikahan, namun adalah sebutan untuk acara seserahan.
Acara Sangjit biasanya diadakan pada pagi hari sekitar jam 10 pagi hingga jam 1 siang lalu disusul dengan makan siang bersama.
Nah, pada prosesi Sangjit inilah busana tradisional adat Tionghoa yang disebut cheongsam digunakan.
Biasanya warna busana dari kedua calon mempelai maupun kedua orang tua bernuansa merah dan kuning keemasan. Bila tidak mau keduanya, mempelai bisa memilih salah satu sebagai pelengkap warna lainnya.
Nampan yang berisikan seserahan pun biasanya dikemas cantik dalam dominasi warna merah dan kuning keemasan.
Baik jumlah nampan atau barang yang berada di dalamnya harus berjumlah genap, dimulai dari angka 6, 8, dan seterusnya. Akan tetapi, hindari penggunaan angka 4 yang dianggap sebagai angka tidak baik.
Isi Seserahan Sangjit dari Pihak Pria
Seserahan Sangjit berupa 12 nampan berisi barang-barang seserahan disiapkan oleh pihak keluarga pria untuk diberikan pada keluarga mempelai wanita.
- Seperangkat perhiasan untuk mempelai wanita yang terdiri dari cincin, kalung, anting, dan gelang emas sebagai tanda pengikat.
- Pakaian atau kain beserta aksesoris untuk mempelai wanita yang artinya sang pria telah memenuhi kebutuhan sandang sang wanita.
- Uang susu (angpao) dan uang pesta yang diberikan dengan amplop merah. Pihak wanita biasanya mengambil uang susu dan uang pesta hanya diambil jumlah belakangnya saja, sisanya dikembalikan. Jika keluarga wanita mengambil semua uang pesta, maka pesta pernikahan tersebut dibiayai oleh keluarga wanita.
- Kosmetik dan perlengkapan mandi.
- 3 nampan yang masing-masing berisi 18 buah-buahan.
- 1 nampan berisi kue mangkok warna merah sejumlah 18 buah lambang kelimpahan dan keberuntungan, serta kehidupan pernikahan yang harmonis.
- Dua pasang lilin merah besar yang diikat dengan pita merah simbol perlindungan.
- 1 nampan berisi dua botol arak atau champagne, hadiah ini melambangkan keberuntungan yang diperuntukkan kepada para orang tua.
- Delapan hingga dua belas kaleng makanan beserta enam hingga dua belas kaleng kacang polong.
- 1 nampan berisi gabungan uang-uangan dari emas lambang keberuntungan dan dua pita double happiness lambang kebahagiaan.
Baca juga: Mau Menikah? Pastikan Kamu Persiapkan 10 Biaya Pernikahan Berikut
Isi Seserahan Sangjit dari Pihak Wanita
Untuk membalas seserahan dari pihak keluarga pria, keluarga mempelai wanita pun menyiapkan seserahan, walaupun jumlahnya tak sebanyak pihak laki-laki.
- 1 nampan makanan manis seperti permen atau cokelat.
- 1 nampan keperluan pria seperti satu stel baju, pakaian dalam, dan sapu tangan.
- Keluarga mempersiapkan amplop angpao yang dibagikan kepada para pembawa nampan dari pihak mempelai pria.
- Seserahan dari pihak pria hanya diambil sebagian saja seperti uang pesta, nampan buah, sepasang lilin merah, sebagian makanan dan kaleng kacang polong, sebagian kue mangkok, dan dua botol sirup merah.
Baca juga: Yuk, Intip 12 Isi Kotak Seserahan Bagi Calon Pengantin!
Prosesi Sangjit, Ritual Seserahan Pada Adat Tionghoa
- Pada hari yang telah disepakati untuk melangsungkan prosesi Sangjit, keluarga dari pihak pria akan mendatangi kediaman keluarga mempelai wanita.
- Rombongan mempelai pria yang dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan datang membawa 12 nampan yang berisikan seserahan. Pembawa nampan biasanya anggota keluarga yang belum menikah.
- Di rumah keluarga mempelai wanita, para wakil dari mempelai wanita sebagai penerima seserahan akan menunggu di depan pintu rumah. Penerima seserahan ini biasanya adalah anggota keluarga yang sudah menikah, berkebalikan dengan rombongan keluarga mempelai pria.
- Setelah kedua belah pihak keluarga bertemu, acara Sangjit pun dimulai. Seserahan diberikan satu per satu mulai dari seserahan untuk orang tua mempelai wanita, mempelai wanita, dan seterusnya.
baca juga: 8 Perawatan Kecantikan Pra Nikah Wajib bagi Calon Pengantin Wanita
- Sesudah barang seluruh barang seserahan diterima oleh pihak keluarga mempelai wanita, langsung dibawa ke kamar untuk diambil sebagian. Ada makna dibalik tak seluruh barang seserahan diambil, yaitu kalau semuanya diambil, berarti keluarga menyerahkan mempelai wanita sepenuhnya kepada keluarga mempelai pria. Sementara kalau pihak wanita mengembalikan separuhnya, berarti keluarga dari pihak mempelai wanita masih turut berbagian dalam keluarga pengantin.
- Dalam Sangjit, tidak hanya pihak keluarga pria yang memberikan seserahan, pihak keluarga wanita pun membalas dengan menyerahkan seserahan kepada keluarga mempelai pria.
- Seusai prosesi seserahan, acara Sangjit dilanjutkan dengan penghormatan para calon pengantin kepada kedua orang tua, sekaligus perkenalan kedua keluarga kepada para tamu undangan.
- Kemudian acara Sangjit biasanya akan dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan siang yang sudah disiapkan oleh pihak keluarga wanita.
- Terakhir, barang-barang seserahan dari keluarga mempelai pria yang sudah diambil sebagian akan diserahkan kembali pada penghujung acara Sangjit. Selain separuh barang seserahan yang diberikan pada pembawa seserahan pihak keluarga pria, biasanya pihak keluarga mempelai wanita akan membagikan angpao pada pembawa seserahan. Pemberian angpao ini dilambangkan sebagai doa agar para pembawa seserahan segera mendapatkan jodoh.
baca juga: 7 Lagu Pernikahan Paling Favorit
Tata cara acara Sangjit zaman sekarang sudah sangat sederhana daripada dulu. Namun tetap tidak mengurangi makna yang terkandung di baliknya.
Selain itu, karena prosesi Sangjit ini terpisah dari rangkaian prosesi lamaran dan pernikahan, pelaksanaannya tergantung dari kemauan dan kemampuan kedua mempelai.
Tapi sebagai tradisi turun temurun, ada baiknya jika kita ikut melestarikan tradisi ini untuk menghormati leluhur terdahulu.
Penulis: Nathania Griselda