• socmed Facebook icon
  • socmed Instagram icon
  • socmed Twitter icon
  • socmed Youtube icon
Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Terowongan Lampegan, Terowongan Kereta Api Tertua di Indonesia

Share

Terowongan Lampegan, Terowongan Kereta Api Tertua di Indonesia

Jika naik kereta api dari Bogor, Sukabumi ke Cianjur atau sebaliknya. Penumpang dapat dipastikan akan singgah di stasiun Lampegan sebelum memasuki terowongan tertua di Indonesia. Berlokasi di Jawa Barat, usia terowongan Lampegan sangatlah tua dengan waktu pembangunan dimulai pada 1879 – 1882. Berumur satu abad lebih, terowongan ini sempat mengalami pemugaran dan renovasi akibat bencana longsor.

Saat ini terowongan Lampegan tetap aktif beroperasi namun saat kereta melintas di dalam, seolah sejarah masa kolonial, kisah dan misteri “terasa” di dalam gelapnya terowongan.

melintasi terowongan lampegan cianjur jawa barat
Sumber foto: heritage.kereta-api.co.id

Sejarah Pembangunan Terowongan Lampegan

Tujuan pembangunan terowongan Lampegan pada masa pemerintahan kolonial Belanda adalah memuluskan pengiriman hasil bumi di Jawa seperti kopi, palawija, dan rempah-rempah yang merupakan komoditas tinggi saat itu.

Dimulai pada tahun 1879, terowongan Lampegan dibangun oleh perusahan kereta api Belanda “Staats Spoorwegen”. Dengan pembangunan ini diharapkan jalur kereta api Jakarta – Bogor, Bogor – Sukabumi dan Sukabumi – Bandung dapat ditembus melalui Cianjur.

Saat usai dan aktif beroperasi, panjang terowongan Lampegan mencapai 686 meter. Namun saat ini, panjang terowongan tersebut hanyalah 400 meter saja dikarenakan bencana longsor yang menyebabkan robohnya terowongan pada tahun 2002.

Tap Tap Mantap April | Pecahkan Telurnya

Selain disebut sebagai terowongan tertua di Indonesia, terowongan Lampegan juga diklaim sebagai salah satu terowongan terpanjang di Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana longsor dan mengakibatkan rubuhnya terowongan, tampaknya predikat terpanjang harus dilepas.

stasiun lampegan bangunan tua di terowongan tertua di Indonesia
Sumber foto: gemalaputri.blogspot.com

Dibalik Nama “Lampegan”

Pemberian nama Lampegan terkesan menarik, selain terdengar seperti istilah kata Belanda. Lampegan dalam kosa kata bahasa Sunda juga berarti sejenis tumbuh-tumbuhan kecil.

Dari beberapa kisah, pemberian nama ini dikarenakan pada saat pembangunan Mandor Belanda bernama Van Beckman sering menyebutkan kata “Lamp Pegang … Lamp Pegang” kepada pegawai Indonesia yang akan memasuki terowongan.

Dikarenakan terowongan dibangun dengan sedikit aliran udara dan gelap, penerangan (lampu minyak, saat itu) sangat penting untuk menandai keberadaan pekerja di dalam.

Lain cerita, jika ada kereta yang akan memasuki terowongan. Maka masinis kereta akan menerikan kata “Lampen aan!” kepada pengawas stasiun untuk menyalakan lampu di dalam terowongan yang sangat gelap.

Apakah kosa kata Belanda ini yang menjadi cikal bakal penamaan stasiun dan terowongan Lampegan? Tentu kisah dan sejarah terowongan ini selalu menarik perhatian bagi para pendengarnya.

penampakan terowongan lampegan saat tidak beroperasi
Sumber foto: nationalgeographic.co.id

Misteri Yang Menyelimuti Jalur Kereta Lampegan

Esensi mistik dan mitos selalu disangkut-pautkan dengan bangunan dan barang-barang bersejarah. Tentu tidak terkecuali terowongan yang dibangun pada zaman kolonial Belanda ini.

Adapun cerita yang konon dipercayai bahwa pada penyelesaian terowongan Lampegan, pemerintah Hindia Belanda dan pemerintah lokal mengadakan acara peresmian yang meriah.

Diundanglah petinggi-petinggi dan tokoh lokal dalam acara peresmian terowongan tersebut. Hiburan yang disertai adalah tarian Ronggeng yang ditarikan oleh Nyi Saeda. Wanita ini berparas cantik dengan tarian yang memukau mata. Banyak penonton terkesima, tidak terkecuali orang Belanda.

Alkisah usai mementaskan tarian, Nyi Saeda bersiap untuk kembali/pulang dengan melintas di dalam terowongan Lampegan. Namun setelah memasuki terowongan tersebut, Nyi Saeda hilang begitu saja tanpa jejak.

Adapun misteri ini memiliki 2 cerita, pertama, penunggu terowongan Lampegan menyukai penampilan dan tarian Nyi Saeda dan kemudian menculik dan memperistrinya. Kedua, usai pentas, Nyi Saeda ditumbalkan sebagai kurban dan jasadnya tertanam di dinding terowongan.

Share

Frans FernandoFrans Fernando

Related Articles

13 Oleh-Oleh Khas Purwokerto yang Harus Kamu Bawa Pulang
Travel dan Kuliner
13 Oleh-Oleh Khas Purwokerto yang Harus Kamu Bawa Pulang
© 2009-2023, PT Tokopedia