Tiket Pesawat Citilink Indonesia Banjarmasin - Jakarta
Bandara di Banjarmasin
Bandara Syamsuddin Noor adalah bandara Internasional yang berada di Kel. Syamsuddin
Noor, Kec. Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, 25 kilometer dari pusat kota Banjarmasin di
Kalimantan Selatan, Indonesia. Bandara ini memiliki area seluas Memiliki luas area 2,57
kilometer persegi.
Bandara ini pertama kali beroperasi pada tahun 1936 dengan nama Lapangan Terbang Ulin.
Untuk mengenang jasa pahlawan nasional yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan, maka
Pemerintah Daerah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan
mengusulkan agar Lapangan Terbang Ulin dapat digantikan dengan nama Pahlawan Nasional
asal Putra Daerah Kalimantan Selatan. Singkat cerita pada tahun 1975, bandara ini resmi
ditetapkan sebagai bandara sipil dan penamaannya diubah menjadi Bandara Syamsudin Noor.
Nama ini digunakan untuk menghormati salah satu perwira TNI-AU yang gugur sebagai kusuma
bangsa dalam menunaikan tugas negara, patut menjadi contoh suri tauladan bagi segenap
putra Indonesia dan warga AURI pada khususnya.
Anda dapat menuju Bandara Syamsuddin Noor dengan taksi yang ada hingga jadwal
penerbangan terakhir. Terdapat 6 perusahaan taxi penyedia jasa ke Bandara Syamsuddin
Noor: Arya Taxi, Kojatas Taxi, Kopatas Taxi, Banua Taxi, Banjar Taxi, dan Borneo Taxi. Anda
juga dapat menuju Bandara ini dengan Angkutan Kota (Angkot) tujuan : Banjarmasin KM 6,
Gambut, Banjarbaru, dan Martapura. Telah direncanakan pada tahun 2015, Damri membuka
rute bus dari Bandara menuju Kota Banjarmasin dengan mengoperasikan 6 bus sedang
berukuran standar 80 penumpang per bus.
Bandara Syamsuddin Noor memiliki terminal keberangkatan dan kedatangan domestik serta
internasional. Terminal domestik Bandara Syamsuddin Noor dengan luas 9.943 meter persegi,
dapat menangani sekitar tiga juta penumpang. Bandara Syamsudin Noor melayani tujuh
maskapai dengan total 80 penerbangan setiap hari:
- Terminal Domestik
Terminal Domestik Bandara Syamsuddin Noor melayani penerbangan dari tujuh
maskapai: Lion Air, Garuda Indonesia, Citylink, Batik Air, Sriwijaya Air, Wings Air, dan
NAM air - Terminal Internasional
Saat ini, Bandara Syamsudin Noor belum dapat melayani penerbangan langsung ke luar
negeri kecuali untuk penerbangan haji. Maskapai yang melayani penerbangan ini adalah
Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines.
Bandara di Jakarta
Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta terletak di Tangerang, Banten dan Cengkareng, Jakarta. Bandara ini pertama kali beroperasi pada tanggal 1 Mei 1985, menggantikan Bandar
Udara Kemayoran di Jakarta Pusat yang sudah ditutup di tahun yang sama. Bandara ini diberi
nama sesuai dengan nama presiden dan wakil presiden pertama di Indonesia, yaitu Soekarno
dan Mohammad Hatta. Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta memiliki luas 18 km persegi
dengan 2 landasan paralel yang dipisahkan oleh 2 taxiway sepanjang 2,4 km. Pada tahun 2011,
bandara ini menduduki posisi ke-12 bandara dengan penumpang terbanyak di dunia, dengan
perkiraan mampu menampung 19 juta hingga 25 juta penumpang per tahun.
Hingga saat ini, di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta terdapat tiga terminal bandara
beroperasi dan satu terminal yang sedang dibangun:
- Terminal 1
Terletak di sisi selatan bandara, terminal ini mengoperasikan penerbangan rute
domestik selain maskapai Garuda Indonesia. Gerbang di Terminal 1 memiliki awalan
huruf abjad A, B, dan C. - Terminal 2
Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno Hatta dibuka pada tahun 1992 dan terletak
di sisi utara bandara. Terminal ini melayani penerbangan rute internasional dan
domestik. - Terminal 3
Terminal 3 atau T3 resmi beroperasi pada tahun 2011. Terminal ini mengoperasikan
penerbangan domestik khusus maskapai Garuda Indonesia, dan penerbangan
internasional oleh berbagai maskapai seperti Saudi Arabian Airlines dan Korean Air. - Terminal 4
Dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penumpang, Terminal 4 rencananya akan
dibangun pada tahun 2020 dan berlokasi di sisi utara Bandara Internasional Soekarno
Hatta.
Bandar Udara Halim Perdanakusuma merupakan sebuah bandara yang dikelola oleh PT
Angkasa Pura II dan terletak di Kecamatan Makasar, Jakarta, Indonesia. Bandara ini juga
beroperasi sebagai markas besar Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) TNI-AU.
Awalnya, bandara ini diberi nama Vliegveld Tjililitan atau Lapangan Terbang Cililitan ketika
pertama kali dibuka pada tahun 1925. Lapangan Terbang Cililitan menjadi lapangan terbang
pertama di Hindia Belanda yang melayani penerbangan internasional. Setelah Belanda
menyerahkan kepemilikan landasan udara ini ke pemerintah Indonesia sepenuhnya pada
tanggal 20 Juni 1950, AURI pun segera mengambil alih dan menjadikannya pangkalan udara
militer. Namanya pun diganti sesuai dengan nama pahlawan nasional, Abdul Halim
Perdanakusuma, pada hari kemerdekaan Indonesia yang ketujuh.
Sebelum tahun 2014, bandara ini hanya melayani penerbangan VVIP dan charter flight, setelah
kemudian bandara ini dialihfungsikan menjadi bandara komersial akibat penuhnya penerbangan
di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3
kilometer, dengan luas tanah mencapai 170 hektar dan luas terminal sekitar 19 kilometer
persegi. Diperkirakan Bandara Halim Perdanakusuma dapat menampung sebanyak 15 ribu
penumpang setiap harinya. Fasilitas yang dimiliki oleh bandara ini pun cukup lengkap, seperti e-
kiosk, konter check in, musholla, ruang tunggu, ATM center, dan toilet. Adapun maskapai
penerbangan yang beroperasi di Bandara Halim Perdanakusuma adalah Citilink, Batik Air,
Wings Air, Susi Air, TransNusa, dan Pelita Air.
Bandara Pondok Cabe (PCB) yang terletak di kawasan Pondok Cabe Udik, Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten ini dulunya merupakan pangkalan militer di era Perang Pasifik.
Pada tahun 1942, saat pasukan Sekutu ABDA (America, British, Dutch, Australia menduduki
Indonesia, bandara ini dibangun untuk menghalau invasi pasukan Jepang ke Jawa sebagai
bentuk pertahanan militer. 32 pesawat tempur disiapkan di bandara ini. Pondok Cabe dianggap
sebagai lokasi yang tepat sebagai tempat perlindungan karena masih rimbunnya lingkungan
sekitar saat itu. Bandara Pondok Cabe menerima 25 unit Hawker Hurricane RAF, diikuti dengan
Skuadron 36, Skuadron 100 RAF, pesawat Vickers Vildebeest dan bomber torpedo Fairey
Albacore.
Pembangunan dilanjutkan pada tahun 1972 oleh Pertamina sebagai tempat bersarangnya
pesawat-pesawat milik Divisi Penerbangan Pertamina, yang merupakan cikal bakal PT PAS.
Pesawat-pesawat milik PT PAS ini digunakan untuk mendukung program transmigrasi yang
dicanangkan pemerintah Indonesia pada waktu itu. Bandara Pondok Cabe pada masa itu juga
turut mendukung operasional kontraktor production sharing dan perusahaan migas di
Indonesia. Lapangan terbang tersebut mengalami pengembangan lebih lanjut yang ditandai
dengan pembangunan infrastruktur seperti perpanjangan landasan pacu, penambahan apron
dan hanggar. Setelah tahun 1985, lapangan terbang itu juga menjadi basis operasi Polisi
Udara, Penerbang TNI AL, Skuadron 21/Serba Guna Penerbang TNI AD, dan Persatuan Olah
Raga Terbang Layang Jakarta Raya.
Meskipun saat ini Bandara Pondok Cabe masih hanya dapat melayani penerbangan charter
untuk berbagai perusahaan minyak dan gas di Indonesia, nantinya pada akhir tahun 2018,
landasan udara ini akan melayani penerbangan reguler alias dikomersilkan. Ekspansi ini terjadi
setelah dilakukan revitalisasi yang mencakup lahan seluas 119 hektar dan landasan pacu
sepanjang 2.200 meter. Pesawat Boeing Classic dan pesawat-pesawat propeller reguler
maupun non-reguler nantinya akan dapat mendarat di landasan pacu ini. Saat ini, Pelita Air
Service merupakan pihak yang mengelola bandara. Perusahaan tersebut juga mengoperasikan
maskapai Pelita Air. Bandara Pondok Cabe dikomersilkan untuk menghadapi lonjakan
penumpang di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma.