Setiap menjelang pemilihan umum, pesantren-pesantren terkemuka ramai dikunjungi para caleg dan capres-cawapres. Muktamar tarekat diliput pers bak peristiwa politik penting. Setelah Bom Bali, pesantren juga mendapat perhatian dari pihak lain; pakar keamanan dan wartawan asing mencurigai pesantren sebagai sumber radikalisme agama. Pada saat yang sama, intelektual muda dari kalangan pesantren menggali dasar toleransi dan pluralisme dalam tradisi keilmuan kitab kuning, dan banyak kalangan kelas menengah kota yang muak dengan Islam radikal atau puritan dan tertarik kepada Sufisme sebagai alternatif. Majelis zikir merupakan fenomena yang cepat menjadi populer dan diadakan di manamana dan oleh siapa saja, dari kantor kelurahan dan perusahaan swasta sampai istana negara.
Banyak penelitian yang dilakukan tentang kitab kuning, pesantren, ulama dan tarekat selama limabelas tahun terakhir ini, baik oleh peneliti dari IAIN atau perguruan tinggi Indonesia lainnya maupun oleh sarjana luar negeri. Mereka meningkatkan secara nyata pengetahuan kita mengenai tradisi-tradisi Islam di Nusantara, dan pemahaman kita tentang dinamika perkembangannya. Walaupun demikian, saya berharap agar para pembaca akan melihat bahwa buku ini tetap relevan sebagai referensi tentang topik-topik tersebut, dan saya berterima kasih kepada teman-teman dari penerbit Gading, yang ingin menerbitkan ulang buku saya ini.
Judul Buku: Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Penulis: Martin van Bruinessen Penerbit: Gading, 2015 Kategori: Sosial Budaya Dimensi: 15x23 cm l Softcover Tebal: 594 hlm l Bookpaper Harga Normal: 144.000 Harga Diskon: 122.400