Kitab Kanda Pat Dewa ini, menawarkan kepada anda cara-cara untuk mencapai tujuan hidup, melalui praktek ajian-ajian atau mantra. Dalam tradisi nyastra di Bali, ajaran ini memuat tentang Kawisesan, yakni suatu usaha untuk mengoptimalkan diri dalam hal mencapai Kesaktian. Berbagai ajian-ajian atau mantra ditawarkan dalam buku Kanda Pat Dewa ini, dan apabila seseorang mampu menerapkan ajian tersebut,maka akan tercapai apa yang dikehendakinya, baik itu Kawisesan maupun Kamoksan. Kitab ini mengajarkan, hendaknya seseorang di dalam hidup ini tidak hanya memiliki Kawisesan atau Kesaktian, tetapi juga harus memahami tentang Kemoksan. Karana ini ajaran agama Hindu adalah Komoksan.
Dalam menekuni sebuah ajaran khususnya Kanda Pat Dewa ini, hendaknya anda jangan terpaku kepada ungkapan "awya wera","awya cauh","awya bucecer", atau jangan gegabah, rahasiakanlah dengan seterusnya. ungkapan itu terkesan menakutkan sehingga membuat anda tidak berani menyentuh ajaran tersebut. Dan hal inilah uang ingin saya luruskan. Karana bagi saya tidak ada kitab atau lontar yang tidak bisa dipelajari.
Ungkapan itu memang sepatutnya kita junjung tinggi, karana mempunyai makna tersendiri, sebagai bisama pendahulu kita, yang mana artinya adalah, bila kita mempelajari ilmu pengetahuan yang terdapat pada naskah lontar, hendaknya harus mengikuti disiplin ilmu tersebut, sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan pada ilmu yang terkandung di dalam naskah lontar tersebut.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa ajaran Kanda Pat Dewa ini, memuat ajian-ajian atau mantra yang berkaitan dengan Kawisesan atau Kesaktian dan juga Kemoksan atau Kelepasan. Mendengar kata "Kamoksan" atau "Kelepasan" mungkin menyebabkan bulu kuduk berdiri, merinding. Mengapa demikian ? Karana kemoksan atau Kelepasan itu berkaitan dengan kematian, dan kematian inilah yang sebenarnya ditakuti manusia.
Betulkah kematian itu menakutkan ? Saya jawab tidak. Karana sudah beb