Peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk menggulingkan kekuasaan kolonial Hindia Belanda pada 12 November 1926 di Jawa, khususnya Banten dan Batavia dan merembet ke Jawa Tengah, ibarat bara api dalam sekam dan meledak dengan gelegar yang menghentak. Dua bulan berikutnya pemberontakan meletus pula di Sumatera Barat. . Pemberontakan yang berlangsung di kota yang berbeda-beda ini gampang betul dilumpuhkan. Sekejap. PKI dilarang dan ribuan pengikutnya dibuang ke pedalaman Papua yang ganas, Boven Digul. Namun sejarah telah mencatat bahwa peristiwa ini menjadi tonggak pemberontakan terbuka pertama di Indonesia yang dilakukan organisasi modern di bawah bendera partai. Dan sejarah itu coba ditafsir ulang oleh sastrawan-sastrawan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) generasi yang dalam kategori genetika gerakan PKI, sejajar dengan generasi ketiga (Generasi pertama: 20-an, Kedua: 40-an, Ketiga: 60-an). Sebagian dari tafsir itulah yang terbingkai dalam Gelora Api 26. . Zubir AA (Sabotase), dan Agam Wispi (Rapat Penghabisan) mencoba merekam detail-detail peristiwa dan tokoh pemberontakan di Sumatera. Sugiarti Siswadi (Sukaesih) menafsir kisah pemberontakan Haji Hasan yang menolak menyerahkan hasil padinya pada Belanda di Garut, Jawa Barat. S. Anantaguna melalui cerpen Sel D mencatatkan kepedihan siksaan bagi tahanan PKI dalam sel terakhir sebelum dibuang ke Boven Digul. Kemudian T. Iskandar A.S. melanjutkan dengan menapaki jejak para pelarian Digul yang menyeberangi lautan menuju Australia dalam cerpen Dari Daerah Pembuangan. Dan A. Kembara melalui Kakek, menarik perspektif seorang cucu terhadap heroisme keluarga Marco yang memimpin sebuah pemberontakan. . . Gelora Api 26 : Kumpulan Cerpen dan Puisi Agam Wispi, dkk. . . Penerbit: Ultimus, 2010 Tebal: xxiv + 108 halaman Berat: 100 gram
Harga Normal: Rp25.000,- Harga Maneka: Rp17.500,- . Tokopedia: Buku Maneka Instagram: @bukumaneka Facebook: Galeri Buku Sastro WA: 081212175574