Dua Karya Abadi Niccolo Machiavelli (Paket Isi 2 Buku)
1/
Judul: Politik dan Kekuasaan: Pergulatan Sang Penguasa dan Kekuasaanya
Pengarang: Niccolò Machiavelli
Penerjemah: Firman Latif
Penerbit: IRCiSoD
Tebal: 170 hlm.
Jenis Cover: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Tahun: 2025 (Agustus)
Ukuran: 14x20 (cm)
2/
Judul: Kekuasaan, Rakyat, dan Akal Bulus: Risalah untuk Penguasa, Politikus, dan Rakyat
Pengarang: Niccolò Machiavelli
Penerjemah: Firman Latif
Penerbit: IRCiSoD
Tebal: 156 hlm.
Jenis Cover: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Tahun: 2025 (Agustus)
Ukuran: 14x20 (cm)
Sinopsis Politik dan Kekuasaan
Politik dan Kekuasaan mengajak pembaca menyelami pikiran jernih Niccolò Machiavelli tentang bagaimana kekuasaan lahir, dipertahankan, dan runtuh. Buku ini menampilkan rangkaian tulisan penting—dari kisah politik Cesare Borgia, riwayat pangeran-pejuang Castruccio Castracani, hingga nasihat strategis bagi para diplomat dan pemimpin. Setiap halaman memadukan ketajaman pengamatan, keberanian menyebut kenyataan apa adanya, dan keluwesan bercerita yang membuat ide-idenya hidup melampaui zamannya.
Machiavelli tidak berbicara dalam bahasa utopis, melainkan mengupas politik sebagai seni mengelola realitas: bagaimana menghadapi lawan, membaca peluang, memanfaatkan keberuntungan, serta mengenali batas kekuatan. Tokoh-tokoh bersejarah hadir bukan sekadar sebagai catatan masa lalu, melainkan sebagai cermin bagi pemimpin masa kini.
Lebih dari potret seorang pemikir Renaisans, buku ini adalah perjalanan menyingkap strategi, intrik, dan keberanian yang membentuk panggung kekuasaan.
*
Sinopsis Kekuasaan, Rakyat, dan Akal Bulus
Buku ini mengajak pembaca menelusuri kehidupan, karya, dan pemikiran Niccolò Machiavelli, sosok yang kerap dipandang sebagai “bapak politik modern” sekaligus tokoh kontroversial yang dituding melegitimasi politik tanpa moral. Melalui pembacaan menyeluruh, buku ini menampilkan Machiavelli bukan hanya sebagai penulis The Prince atau Discourses on Livy, tetapi juga sebagai pengarang drama, puisi, surat pribadi, risalah militer, hingga catatan diplomatik yang seluruhnya lahir dari pengalaman hidup di tengah krisis politik Florence dan pergolakan Eropa pada masa Renaisans.
Machiavelli menolak ilusi dunia yang stabil. Baginya, sejarah penuh krisis dan manusia sendirilah yang menjadi penentu. Pemikiran itu mengilhami sekularisasi politik, parlementarisme, bahkan revolusi, tetapi juga dianggap memberi legitimasi bagi totalitarianisme modern.
Melalui potret utuh ini, pembaca diajak menghadapi pertanyaan yang relevan hingga kini: apakah Machiavelli menciptakan dunia politik tanpa fondasi moral, atau sekadar membuka mata kita pada kenyataan bahwa fondasi itu memang rapuh sejak awal?