Penyampaian dakwah Islam tidak hanya melulu menggunakan keilmuan-keilmuan yang padat. Lebih dari itu, masyarakat juga memerlukan pencerahan berupa hal-hal yang bersifat lentur. Dengan kisah-kisah teladan misalnya. Bagi beberapa ulama, kisah-kisah teladan adalah salah satu kunci kesuksesan dakwah mereka di tanah Jawa.
Sama halnya dengan masyarakat pada permulaan masuknya Islam di Jawa, di lingkungan hidup sosok ulama yang tidak banyak menjelaskan biografi tentangnya ini memiliki ciri khas yang serupa; menyukai kisah-kisah. Sayangnya, kisah-kisah yang mereka terima banyak berseberangan dengan syariat. Padahal mayoritas dari mereka adalah seorang muslim.
Dari situlah, Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri Al-Khubawi memiliki inisiatif untuk mengumpulkan kisah-kisah berbau rohani dalam rangka memberikan media bagi masyarakat sekitarnya, secara khusus dan masyarakat luas secara umum untuk lebih condong kepada ajaran islam. Syekh Usman sendiri adalah seorang ulama abad 18 asal Konstantinopel (sekarang Kota Istanbul), Turki. Beliau wafat tahun 1224 H, tidak lama setelah mengarang kitab yang akan penulis bahas; Durratun Nasihin fi Al-Wa’dz wa Al-Irsyad (Mutiara Para Penasihat: Nasihat dan Petunjuk).
Kitab Durratun Nasihin terdiri atas 75 pasal yang memuat kisah-kisah akan keutamaan suatu amal dan penjelasan berbagai hal dalam agama islam, seperti tentang keutamaan puasa, ilmu, sahabat, keutamaan bulan rajab, syaban, ramadan, penjelasan tentang hari kiamat, surga, neraka, dan lain sebagainya.