Download Tokopedia App
Tentang TokopediaMulai Berjualan PromoTokopedia Care
tokopedia-logo
Kategori
Atur jumlah dan catatan

Stok Total: Sisa 10

Subtotal

Rp140.000

Buku Sang Pangeran dan Janissary Terakhir - Salim A. Fillah

Rp140.000
  • Kondisi: Baru
  • Min. Pemesanan: 1 Buah
  • Etalase: Buku Ust Salim A Fillah
Soft Cover 100% Original

Penerbit : Pro U Media
Penulis: Salim A. Fillah
Halaman : 632

Kyai Gentayu berjingkrak, menaikkan kaki depannya sambil meringkik riang dan sesekali melonjak. Surainya berkibar terentak selaras dgn tapak-tapaknya yg berkecipak. Dengan kepala mendongak, sang penunggang tetap dapat duduk tegak. Lelaki berperawakan tinggi lagi kacak itu tampak seperti sedang menari tandak. Gerak tubuhnya melenggak sesuai lenggok tunggangannya yg rancak. Di sekeliling kuda yg menjejak-jejak, para pengawalnya seirama berlari hingga tombak-tombak di tangan mereka turut meliuk bagai pusaran ombak.

“Lihat Paman! Lihat sedulur sekalian!”, seru Sang Pangeran yg tiba-tiba memutar kendali kudanya sambil mengacungkan tangan ke arah Puri & Masjid yg dikerumuk api. “Kediaman kita telah terbakar! Dan tiada lagi tersisa tempat bagi kita di atas bumi ini! Maka mari kita semua mencari tempat untuk diri kita di sisi Gusti Allah!”

“Kami bersama Anda, Kangjeng Pangeran! Pejah gesang fi sabilillah!”, sambut para pengikut.

“Dan demikian pula kalian, para Janissary terakhir?”, tanyanya meminta penegasan di sela ringkik Gentayu yang telah hendak berpacu namun dikekang.

“Tentu, Pangeran... Kita adalah kaum, yg apabila bumi menyempit bagi kita, maka langit yg akan meluas untuk kita! Hiyaaaa!”, seru Nurkandam Pasha sambil melecut kudanya. Sang Pangeran tersenyum mantap, dan sekali dia lepaskan kekang Gentayu, dua lompatan kuda itu senilai tiga kali loncatan kawanannya.

“Hiyaaa... Hiyaaa...”, serempak yg lain turut berpacu dan turangga-turangga terbaik dari Tegalreja itu berlari ke arah terbenamnya mentari sebelum membelok ke selatan menyusur tepian kali Bedhog.

“Maktuub..!”, Katib Pasha yang ada di barisan belakang berbisik dengan memejam mata sambil mengusap surai tunggangannya dan menunduk khusyu’. Sejak senja yang gerah, Rabu 5 Dzulhijjah 1240 Hijriah, salah satu perang sabil paling berdarah di Nusantara itu telah pecah.

Ada masalah dengan produk ini?

ULASAN PEMBELI

5.0/ 5.0

100% pembeli merasa puas

28 rating • 12 ulasan

5(28)100%
4(0)0%
3(0)0%
2(0)0%
1(0)0%