5.0/ 5.0
100% pembeli merasa puas
25 rating • 8 ulasan
5(25)100%
4(0)0%
3(0)0%
2(0)0%
1(0)0%
Atur jumlah dan catatan
Stok Total: Sisa 4
Subtotal
Rp115.000
Diskon Buku Gaya Filsafat Posmo dan Sesudahnya - Ag. Setyo Wibowo SJ
Rp115.000
- Kondisi: Baru
- Min. Pemesanan: 1 Buah
- Etalase: Buku Filsafat
BUKU ORIGINAL 100% Baru dan Segel
Gaya Filsafat Posmo dan Sesudahnya
Penerbit : PT. Kanisius
Pengarang : Ag. Setyo Wibowo SJ
Dimensi : 155 x 230 mm
Berat : 400 gram
Terdiri dari 296 halaman
Harga asli Rp. 115.000,- diskon 23% menjadi Rp. 88.550,-
Sinopsis :
Buku Gaya Filsafat Posmo dan Sesudahnya ini berisi empat pemikir kontemporer Prancis. Dua orang sudah meninggal (Michel Henry, tahun 2002 dan Jacques Derrida, tahun 2004), dua orang lagi masih aktif menulis dan melakukan konferensi di mana-mana (Alain Badiou dan Jacques Rancière). Keempat pemikir kontemporer ini adalah orang Prancis, dan mereka semua berasal dari tradisi kiri (Marxis). Kesamaan lain adalah mereka menawarkan analisis yang mendetail dan rumit tentang bahasa, Metafisika, Fenomenologi, Politik (Demokrasi), Pendidikan dan Seni. Derrida mempertanyakan modernitas. Bersama Lyotard dan Foucault, ia digolongkan sebagai pemikir posmo. Michel Henry bisa dikatakan sebagai pemikir pasca-posmo. Ia memperdalam Fenomenologi Husserl, mempertanyakan dan menggugat Filsafat Barat yang obsesif dengan logos Yunani, menemukan logos Yohanik untuk menawarkan sesuatu yang baru. Demikian pula Alaian Badiou. Ia mengkritik secara terbuka posmodernitas. Itu mengapa ia tergolong dalam pemikir sesudah posmo. Jacques Rancière adalah seorang pemikir yang sangat rasional, yang percaya juga pada adanya subjek (lebih tepatnya subjektivasi). Pemikiran Rancière cukup adem, dan dengan jeli ia menawarkan bentuk-bentuk baru untuk selalu percaya pada demokrasi dan pendidikan. Mereka (terutama Derrida, Badiou dan Ranciere) tidak lagi berbicara tentang hak asasi manusia dan konstitusi yang menjadi buah kokoh modernitas dan Pencerahan, tetapi menawarkan keadilan yang akan datang (Derrida), hipotesis komunis (Badiou), dan demokrasi anarkis (Rancière). Keempat pemikir kontemporer Prancis ini memberikan orientasi, sebuah kedalaman untuk dipikirkan. Bisa diterapkan atau tidak, tentu selalu harus ditautkan dengan konteks masing-masing.
Gaya Filsafat Posmo dan Sesudahnya
Penerbit : PT. Kanisius
Pengarang : Ag. Setyo Wibowo SJ
Dimensi : 155 x 230 mm
Berat : 400 gram
Terdiri dari 296 halaman
Harga asli Rp. 115.000,- diskon 23% menjadi Rp. 88.550,-
Sinopsis :
Buku Gaya Filsafat Posmo dan Sesudahnya ini berisi empat pemikir kontemporer Prancis. Dua orang sudah meninggal (Michel Henry, tahun 2002 dan Jacques Derrida, tahun 2004), dua orang lagi masih aktif menulis dan melakukan konferensi di mana-mana (Alain Badiou dan Jacques Rancière). Keempat pemikir kontemporer ini adalah orang Prancis, dan mereka semua berasal dari tradisi kiri (Marxis). Kesamaan lain adalah mereka menawarkan analisis yang mendetail dan rumit tentang bahasa, Metafisika, Fenomenologi, Politik (Demokrasi), Pendidikan dan Seni. Derrida mempertanyakan modernitas. Bersama Lyotard dan Foucault, ia digolongkan sebagai pemikir posmo. Michel Henry bisa dikatakan sebagai pemikir pasca-posmo. Ia memperdalam Fenomenologi Husserl, mempertanyakan dan menggugat Filsafat Barat yang obsesif dengan logos Yunani, menemukan logos Yohanik untuk menawarkan sesuatu yang baru. Demikian pula Alaian Badiou. Ia mengkritik secara terbuka posmodernitas. Itu mengapa ia tergolong dalam pemikir sesudah posmo. Jacques Rancière adalah seorang pemikir yang sangat rasional, yang percaya juga pada adanya subjek (lebih tepatnya subjektivasi). Pemikiran Rancière cukup adem, dan dengan jeli ia menawarkan bentuk-bentuk baru untuk selalu percaya pada demokrasi dan pendidikan. Mereka (terutama Derrida, Badiou dan Ranciere) tidak lagi berbicara tentang hak asasi manusia dan konstitusi yang menjadi buah kokoh modernitas dan Pencerahan, tetapi menawarkan keadilan yang akan datang (Derrida), hipotesis komunis (Badiou), dan demokrasi anarkis (Rancière). Keempat pemikir kontemporer Prancis ini memberikan orientasi, sebuah kedalaman untuk dipikirkan. Bisa diterapkan atau tidak, tentu selalu harus ditautkan dengan konteks masing-masing.
Ada masalah dengan produk ini?