Terbaru New Buku Membasuh Luka Pengasuhan | Buku Pengembangan Diri /

SIMI dan SAM READY CETAKAN TERBARU
MLP - HABIS

Sudah seberapa sering kita belajar ttg bagaimana semestinya bersikap yg terbaik pada kedua orangtua?

Bahkan dalam Islam.. bakti pada kedua orangtua memiliki keutamaan setelah ketaatan pada Allah & Rasulullah. Bukankah kita tau benar keutamaan ini?

Tapi tak bisa dipungkiri, beberapa dari kita bisa jadi menunaikan bakti dgn tidak leluasa, canggung, setengah hati, namun juga tak mengerti knp bisa begitu. Padahal diri sudah belajar, sudah tau, dan sebetulnya sudah mau.

Itulah bahasa hati.
Ia tak bisa berbohong.

Tidak dibiasakannya kebanyakan kita untuk mengakui & mengalirkan emosi secara tuntas & baik di rentang usia 0-7 th memang membuat kita tumbuh menjadi manusia dewasa yg khawatir mengungkapkan perasaan yg sesungguhnya, dan lebih jauhnya lagi.. buta rasa.

Padahal tidak teralirkannya rasa membuat setiap rasa itu jadi terjebak di dalam diri, bertumpuk, dan lama kelamaan membuat kita bingung akan perasaan apa yg sebetulnya berkecamuk di dalam ini, saking begitu beragamnya.

Terbayang jika rasa yg terjebak itu adlh kumpulan rasa bermuatan emosi negatif seperti: sedih, kecewa, marah, murka, kesal, merasa bersalah, jijik, dll, ini akan membuat diri tersiksa batin tanpa mengerti kenapa.

Maka mengakui luka bukanlah akhir. Ia adlh awal yg perlu diiringi oleh langkah demi langkah berikutnya sbg ikhtiar melepaskan emosi negatif, agar diri sepenuhnya merdeka dari perbudakan hawa nafsu yg berakar dari emosi negatif ini.

Tenang.. mengakui adanya luka di masa pengasuhan bukan berarti durhaka. Mengakui adanya luka justru akan jadi langkah pertama utk kelak total berbakti, dengan setentram-tentramnya hati. Agar kelak kita bisa berbuat yg terbaik sebab cinta, bukan sebab dorongan memang begini seharusnya padahal hampa rasa.

Tidak kah kita rindu pada fitrah yg sudah memanggil untuk menjadi seutuhnya manusia yg hidup di hari ini demi total mengabdi tanpa terikat luka masa lalu?