Pada konteks Indonesia, pluralitas yang paling berpotensi melahirkan konflik adalah keragaman agama yang dianut oleh penduduknya. Hal yang sama juga berlaku di Kota Jambi yang menjadi titik sentral segala aspek yang ada di Provinsi Jambi sebagai wilayah jantungnya Pulau Sumatera. Meskipun penduduknya beragam secara agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Huchu), namun Kota Jambi jauh dari konflik sosial yang destruktif. Budaya lokal yang mewujud dalam format ‘seloko adat’ Melayu Jambi diyakini sebagai penyebab tidak terjadinya konflik sosial destruktif di Kota Jambi. Fenomena ini agaknya sejalan konsep Savety-Valve Lewis Coser, dimana Seloko Adat Melayu Jambi difungsikan sebagai katup penyelemat masyarakat dari konflik sosial.
Buku Konflik Pendirian Rumah Ibadah dan Kearifan Budaya Lokal Jambi ini hadir untuk melakukan penjabaran terhadap fenomena konflik pendirian rumah ibadah dan peranan kearifan budaya lokal untuk mengatasi konflik sosial. Membahas tentang agama dan pluralitas, Kearifan budaya lokal dalam falsafah hidup orang melayu Jambi, dan mekanisme internalisasi adat melayu Jambi sebagai peredam konflik di kota Jambi.
Pembahasan dalam buku Konflik Pendirian Rumah Ibadah dan Kearifan Budaya Lokal Jambi ini menjadi penting dilakukan karena sebagaimana diketahui bahwa wilayah yang plural, khusunya dari sisi agama, berpotensi menimbulkan konflik. Mendasarkan pada konsep Savety-Valvenya Coser, Budaya lokal yang mewujud dalam format 'seloko adat' Melayu pada kenyataannya mampu menghindarkan masyarakat dari kemungkinan terjadinya konflik sosial yang destruktif.
Konflik Pendirian Rumah Ibadah dan Kearifan Budaya Lokal Jambi layak dibaca untuk memperkaya keilmuan tentang dinamika sosial di tengah masyarakat plural.
Ada masalah dengan produk ini?
ULASAN PEMBELI
5.0/ 5.0
100% pembeli merasa puas
1 rating • 0 ulasan
5
(1)100%
4
(0)0%
3
(0)0%
2
(0)0%
1
(0)0%
Belum ada ulasan untuk produk ini
Beli produk ini dan jadilah yang pertama memberikan ulasan