Atur jumlah dan catatan
Stok Total: Sisa 4
Subtotal
Rp70.000
Kisah Kasih dari Dapur - Wilda Yanti Salam - Partikular
Rp70.000
- Kondisi: Baru
- Min. Pemesanan: 1 Buah
- Etalase: Semua Etalase
Kisah Kasih dari Dapur Kumpulan Esai
Penulis: Wilda Yanti Salam
Penerbit: Partikular
ISBN: 978-623-09-9288-9
Terbit: 2024
Tebal: 108 hlm
Kisah Kasih dari Dapur adalah kumpulan esai yang menjadikan dapur sebagai pintu masuk untuk mengenal hal lain di luar makanan. Di buku ini, makanan tidak hanya dilihat sekadar bahan untuk disantap, tetapi cerminan dari kompleksitas sosial dan politik di sekitar kita.
Melalui kisah-kisah hidangan yang beragam, kita menyaksikan bagaimana makanan tidak hanya memuaskan rasa lapar, tetapi juga mencerminkan hubungan kekuasaan, ekonomi, dan budaya yang sering kali terabaikan.
*
Nasi dalam wujud utamanya beras, adalah tanaman yang sejak dulu mengakar pada kebudayaan orang Bugis. Dalam mitologi Bugis pra-islam yang banyak bersumber dari naskah La Galigo, diceritakan bahwa Batara Guru, manusia pertama yang diturunkan dari Botting langi’ (dunia atas) ke dunia tengah (bumi) punya anak, namanya We Oddang Riuq, yang baru seminggu dilahirkan meninggal dunia. Tiga hari setelah dikuburkan, Batara Guru mengunjungi kuburan anaknya dan di sana Ia melihat tumbuhan berwarna kuning, merah, putih, hitam dan biru yang tumbuh bukan hanya di atas kuburan anaknya tapi di seluruh bukit di wilayah itu.
Batara Guru yang tidak tahu apa gerangan yang tumbuh itu pun bertanya kepada Datu Patoto’E (Sang Raja Penentu Nasib). Datu Patoto’E menyatakan bahwa itulah Sangiang Serri, anakmu yang menjelma menjadi padi. Inilah cikal bakal padi yang kita kenal sampai sekarang. Menariknya, kata serri’ dalam nama dewi padi ini berarti rumput liar, di mana memang kala itu beragam varietas padi itu belum dibudidayakan. Padi masih dalam kategori rerumputan liar.
Dimensi: 13 x 19 cm
PdR
Kisah Kasih dari Dapur adalah kumpulan esai yang menjadikan dapur sebagai pintu masuk untuk mengenal hal lain di luar makanan. Di buku ini, makanan tidak hanya dilihat sekadar bahan untuk disantap, tetapi cerminan dari kompleksitas sosial dan politik di sekitar kita.
Melalui kisah-kisah hidangan yang beragam, kita menyaksikan bagaimana makanan tidak hanya memuaskan rasa lapar, tetapi juga mencerminkan hubungan kekuasaan, ekonomi, dan budaya yang sering kali terabaikan.
Nasi dalam wujud utamanya beras, adalah tanaman yang sejak dulu mengakar pada kebudayaan orang Bugis. Dalam mitologi Bugis pra- islam yang banyak bersumber dari naskah La Galigo, diceritakan bahwa Batara Guru, manusia pertama yang diturunkan dari Botting langi (dunia atas) ke dunia tengah (bumi) punya anak, namanya We Oddang Riuq, yang baru seminggu dilahirkan meninggal dunia. Tiga hari setelah dikuburkan, Batara Guru mengunjungi kuburan anaknya dan di sana la melihat tumbuhan berwarna kuning, merah, putih, hitam dan biru yang tumbuh bukan hanya di atas kuburan anaknya tapi di seluruh bukit di wilayah itu.
Batara Guru yang tidak tahu apa gerangan yang tumbuh itu pun bertanya kepada Datu Patoto’E (Sang Raja Penentu Nasib). Datu Patoto’E menyatakan bahwa itulah Sangiang Serri, anakmu yang menjelma menjadi padi. Inilah cikal bakal padi yang kita kenal sampai sekarang. Menariknya, kata serri’ dalam nama dewi padi ini berarti rumput liar, di mana memang kala itu beragam varietas padi itu belum dibudidayakan. Padi masih dalam kategori rerumputan liar.
Penulis: Wilda Yanti Salam
Penerbit: Partikular
ISBN: 978-623-09-9288-9
Terbit: 2024
Tebal: 108 hlm
Kisah Kasih dari Dapur adalah kumpulan esai yang menjadikan dapur sebagai pintu masuk untuk mengenal hal lain di luar makanan. Di buku ini, makanan tidak hanya dilihat sekadar bahan untuk disantap, tetapi cerminan dari kompleksitas sosial dan politik di sekitar kita.
Melalui kisah-kisah hidangan yang beragam, kita menyaksikan bagaimana makanan tidak hanya memuaskan rasa lapar, tetapi juga mencerminkan hubungan kekuasaan, ekonomi, dan budaya yang sering kali terabaikan.
*
Nasi dalam wujud utamanya beras, adalah tanaman yang sejak dulu mengakar pada kebudayaan orang Bugis. Dalam mitologi Bugis pra-islam yang banyak bersumber dari naskah La Galigo, diceritakan bahwa Batara Guru, manusia pertama yang diturunkan dari Botting langi’ (dunia atas) ke dunia tengah (bumi) punya anak, namanya We Oddang Riuq, yang baru seminggu dilahirkan meninggal dunia. Tiga hari setelah dikuburkan, Batara Guru mengunjungi kuburan anaknya dan di sana Ia melihat tumbuhan berwarna kuning, merah, putih, hitam dan biru yang tumbuh bukan hanya di atas kuburan anaknya tapi di seluruh bukit di wilayah itu.
Batara Guru yang tidak tahu apa gerangan yang tumbuh itu pun bertanya kepada Datu Patoto’E (Sang Raja Penentu Nasib). Datu Patoto’E menyatakan bahwa itulah Sangiang Serri, anakmu yang menjelma menjadi padi. Inilah cikal bakal padi yang kita kenal sampai sekarang. Menariknya, kata serri’ dalam nama dewi padi ini berarti rumput liar, di mana memang kala itu beragam varietas padi itu belum dibudidayakan. Padi masih dalam kategori rerumputan liar.
Dimensi: 13 x 19 cm
PdR
Kisah Kasih dari Dapur adalah kumpulan esai yang menjadikan dapur sebagai pintu masuk untuk mengenal hal lain di luar makanan. Di buku ini, makanan tidak hanya dilihat sekadar bahan untuk disantap, tetapi cerminan dari kompleksitas sosial dan politik di sekitar kita.
Melalui kisah-kisah hidangan yang beragam, kita menyaksikan bagaimana makanan tidak hanya memuaskan rasa lapar, tetapi juga mencerminkan hubungan kekuasaan, ekonomi, dan budaya yang sering kali terabaikan.
Nasi dalam wujud utamanya beras, adalah tanaman yang sejak dulu mengakar pada kebudayaan orang Bugis. Dalam mitologi Bugis pra- islam yang banyak bersumber dari naskah La Galigo, diceritakan bahwa Batara Guru, manusia pertama yang diturunkan dari Botting langi (dunia atas) ke dunia tengah (bumi) punya anak, namanya We Oddang Riuq, yang baru seminggu dilahirkan meninggal dunia. Tiga hari setelah dikuburkan, Batara Guru mengunjungi kuburan anaknya dan di sana la melihat tumbuhan berwarna kuning, merah, putih, hitam dan biru yang tumbuh bukan hanya di atas kuburan anaknya tapi di seluruh bukit di wilayah itu.
Batara Guru yang tidak tahu apa gerangan yang tumbuh itu pun bertanya kepada Datu Patoto’E (Sang Raja Penentu Nasib). Datu Patoto’E menyatakan bahwa itulah Sangiang Serri, anakmu yang menjelma menjadi padi. Inilah cikal bakal padi yang kita kenal sampai sekarang. Menariknya, kata serri’ dalam nama dewi padi ini berarti rumput liar, di mana memang kala itu beragam varietas padi itu belum dibudidayakan. Padi masih dalam kategori rerumputan liar.
Ada masalah dengan produk ini?
ULASAN PEMBELI

Belum ada ulasan untuk produk ini
Beli produk ini dan jadilah yang pertama memberikan ulasan