Jejak-Jejak Sang Pejuang Pemberontak

"BUKU SUPER LANGKA"

Judul: Jejak-Jejak Sang Pejuang Pemberontak
Penulis: Kholid O. Santosa
Penerbit: Sega Arsy
Tebal: 229 hlm

Hari itu, 4 Juni 1962. Hujan senja membuat Gunung Geber diselimuti gelap. Di sebuah gubuk, di lembah gunung yang terletak di antara Majalaya dan Garut itu, seorang lelaki renta terkulai. Ia tengah menderita sakit. Dalam keadaan lunglai, lelaki itu menyalami perwira Siliwangi yang menangkapnya, Letda Suhanda, dari Batalyon 328 Kujang.

Diusung tandu, ia diarak turun. Dan ratusan warga desa, dengan obor-obor ditangan, menyambutnya, seakan mengucapkan selamat jalan kepada sosok ringkih yang telah berjuang lewat DI/TII/NII selama belasan tahun dengan sepenuh hati itu. Sebulan kemudian, lelaki itu menandatangani surat perintah menyerah dan ditujukan bagi seluruh anak buahnya yang tersebar di hutan-hutan di Jawa Barat.

"Kepada seluruh anggota APNII (Angkatan Perang Negara Islam Indonesia) dan Jama'atul Mujahidin dimanapun mereka berada, diminta untuk menghentikan tembak-menembak antara APNII dan TNI/APRI..." Demikian bunyi surat perintah terakhir Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Imam dan Panglima Besar DI/TII/NII itu mengakhiri perlawanan selama.13 tahun.

Gerakan DI/TII/NII merupakan gerakan terbesar abad 20, yang telah memunculkan SM. Kartosoewirjo dan Daud Beureuh sebagai tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah. Mereka menjadi sosok kontroversial yang dibenci sekaligus dikagumi dan dirindukan kehadirannya.

Buku ini amat menarik dalam menjelaskan DI/TII, bukan sekedar gerakan atau pemberontakan, tetapi sebuah contoh revolusia sosial yang dipenuhi dengan intrik politik dan penghianatan.