Jika pada era digital seperti saat ini suatu perusahaan mewajibkan karyawannya rutin menyanyikan lagu mars, akan banyak yang menertawakan. Dari internal perusahaan, bisa jadi mereka akan menolak. Jangankan menyanyikannya secara rutin, perusahaan yang memiliki lagu mars saja dinilai kuno dan ortodoks. Boleh jadi, ada pula anggapan bahwa karyawan yang ikut menyanyikan lagu mars perusahaan sama saja dengan ingin menunjukkan kalau dirinya tidak profesional. Profesional sering diartikan sebagai pihak yang berorientasi hasil dan dapat dispensasi untuk tidak mengikuti aturan kerja baku. Di sejumlah perusahaan, pimpinan yang dianggap kaum profesional tergambar dari datangnya yang lebih siang. Sementara itu, staf tak boleh telat. Sepuluh menit sebelum waktu kerja harus sudah siap di meja. Ketika perusahaan mewajibkan karyawannya memakai seragam, kaum profesional boleh mengenakan baju sesuai seleranya sepanjang masih mengikuti batas kesopanan (tidak seragam). Begitupun perusahaan-perusahaan yang hanya berorientasi hasil, aturan perusahaan tidak baku, yang penting hasil kerja maksimal. Lihatlah pekerja di Google, Facebook, atau perusahaan teknologi lain, yang karyawannya bisa ngantor hanya memakai kaos. Namun, hasil kerja mereka melebihi kaum berdasi. Jadi, buat apa lagu mars? Pertanyaan sederhana, namun menukik seperti itu adalah bagian kecil dari pembahasan buku ini. Di dalamnya disajikan pula jawaban atas pertanyaan tersebut. Khususnya terhadap apa yang terjadi di Telkomsel. ISBN : 978-602-70792-3-6 Jumlah Halaman : xxxi + 386 Halaman Genre : Ilmiah, Human Capital Tahun Terbit : 2015 Penulis : Herdy harman : Lelaki kelahiran Bandung, 28 Juni 1963 ini adalah praktisi pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang bisa dikatakan mumpuni. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung tahun 1986 dan peraih Master of Business Administration dari MBA Bandung AIM Philipines, c.q Telkom University serta Master of Law (LLM Program).