Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 365: Edisi kolektor (HC)

Hidup adalah serangkaian cerita yang saling berjalinan, bukannya sekumpulan konsep. Gagasan adalah penyamarataan, selalu berjarak dengan kebenaran. Sebaliknya, sebuah cerita, dengan seluruh kesatuan makna dan kekayaan rinciannya, tampak lebih dekat dengan kehidupan nyata. Itulah sebabnya kita lebih mudah menuturkan cerita ketimbang menjabarkan teori. Kita menyenangi dongeng yang indah.

Cerita-cerita dalam buku ini dikumpulkan selama lebih dari tiga puluh tahun sejak Ajahn Brahm menjadi biksu dalam tradisi petapa hutan Buddhisme Theravāda. Selama beberapa abad Theravādatelah menjadi kendaraan spiritual umat bagi masyarakat Thailand, Myanmar, Sri Lanka, Kamboja, dan Laos. Saat ini, salah satu tradisi utama Buddhisme ini berkembang di Barat juga di Selatan, karena saya tinggal di Australia!

Saya sering ditanya, apa perbedaan antara aliran utama dalam Buddhisme-Theravada, Mahāyāna, Vajrāyana, dan Zen. Jawabannya adalah mereka seperti kue yang sejenis, tetapi masing-masing punya lapisan gula yang berbeda: dari luar mereka mungkin terlihat dan terasa berbeda, tetapi bila Anda menggali dalam-dalam tiap tradisi, Anda akan menemukan rasa yang sama-rasa keterbatasan. Pada mulanya ajaran Buddha memang hanya ada satu.

Buddha telah membabarkan Dharma di timur laut India sekitar 2.600 tahun yang lalu-itu abad sebelum Socrates. Beliau tidak hanya mengajar biksu dan biksuni, tetapi juga ribuan perumah tangga, dari petani sampai tukang sapu jalanan, dan bahkan pelacur. Kebijaksanaan Buddha tidak datang sebagai wahyu dari suatu makhluk adikodrati, namun terbit dari pengetahuan terdalam akan sifat sejati kehidupan. Ajaran Buddha datang dari hati-Nya, yang terbuka oleh meditasi mendalam.

Kondisi: Baru/segel
Genre: Self-improvement, filsafat
Pengarang: Ajahn Brahm
Penerbit: Awareness Publication
Bahasa: Indonesia
Halaman: 928
Dimensi: 140 x 220 mm