Pusaka Wedung empu Sanibin, tangguh sepuh Lumajang

Pusaka Wedung empu Sanibin ini di dapat dari ahli waris pusaka sebelumnya, dari Lumajang Jawa Timur. Saat ini boleh di bilang sudah sangat sulit utk mendapatkannya. Krn kebanyakan ahli waris tidak mau melepas pusaka peninggalan leluhurnya.

Pusaka empu Sanibin sebetulnya ada bbrp bentuk ukuran dari yg paling besar berupa pedang, ukuran sedang berupa Wedung, hingga terkecil berbentuk pisau. Konon semua kayu handle pada pusaka empu Sanibin selalu ada retakan, sbg simbol bhw didunia ini tidak ada yg abadi, dan semua pusaka empu Sanibin ujung wilahnya tidak tajam atau selalu tumpul, sbg satu simbol tidak ingin melukai dan anti kekerasan. Sesuai dg filosify yg dianut dari kanjeng Sunan Kalijaga,
- NGLURUK TANPO BOLO,
- MENANG TANPO NGASORAKE,
- SEKTI TANPO AJI AJI,
- SUGIH TANPO BONDHO.
(Berjuang tanpa mengorbankan massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan lawan.
Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, Kaya tanpa didasari kebendaan.)

Jadi pusaka empu Sanibin baik pedang, Wedung, maupun pisau, dibuat bukan utk tujuan perang, melainkan utk tujuan kedamaian hidup adem ayem tentrem berdampingan dg sesama makluk hidup lainnya.

Diperkirakan empu Sanibin hidup pada era thn 1850 an, konon semua pusaka empu Sanibin yg original hanya dibuat pada saat bulan Suro saja, oleh sebab itu jumlah nya tidak terlalu banyak. Bulan Suro bagi masyarakat jawa adalah bulan yg dianggap sangat sakral, banyak aktifitas yang terkait dengan pusaka dilakukan pada bulan Suro, sehingga pusaka yg dihasilkan oleh empu Sanibin umumnya mempunyai tuah yg sakral. Oleh sebab itu jarang sekali pemilik berkeinginan melepas pusakanya.
Banyak cerita pengalaman dari pemilik pusaka empu Sanibin, misal dg membawa pusaka empu Sanibin, sesuatu pertikaian sengit bisa segera berubah menjadi perdamaian dan saling memaafkan bagi pihak yg bertikai.
Atau bagi yg punya hajat, dg meletakkan satu pusaka empu Sanibin diatas wuwungan atau atap rmh, seketika tidak jadi turun hujan.
Tentu saja semua itu pada saat awal harus didasari atas doa yg dipanjat kan kepada Tuhan YME, dan kembali kepada kita yg harus menyikapi dg bijak bhw pusaka peninggalan leluhur, bagaimana pun wajib kita jaga dan lestarikan.

Panjang wilah 23 cm
Panjang pesi (tidak bisa dibuka)
Warangka ukir Jawa Timur, dari kayu hitam

Siapapun yg berjodoh dg pusaka ini, semoga selalu merawatnya dg baik dan benar..
Amin yra..