Arsitektur Candi Sriwijaya | Penulis : Ari Siswanto dan Ardiansyah

Perbincangan di dalam buku ini adalah tentang pendekatan arsitektural yang meliputi aspek desain dan struktur candi. Upaya memahami dan mempelajari candi dapat mempergunakan pendekatan bentuk, keragaman langgam arsitektur dan struktur candi yang berkaitan dengan pola tata ruang, tata letak, candi serta setting candi secara makro dan mikro. Diskusi berikutnya adalah memahami faktor-faktor lingkungan yang dianggap penting terkait dengan desain dan tata letak candi. Pendekatan keragaman bentuk dianggap dapat menjelaskan tentang karakter langgam arsitektur, struktur dan tata ruang candi terkait dengan lingkungannya.
Pengetahuan tentang sejarah kerajaan Sriwijaya berawal dari penemuan prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 16 Juni 682 M oleh M. Batenburg pada 29 November 1920 di Sungai Tatang, anak sungai Musi di Palembang [Cœdès, 1989]. Berdasarkan penelitian para ahli dengan membaca peninggalan beberapa prasasti, kerajaan Sriwijaya memiliki pusat pemerintahan di kota Palembang. Pada umumnya topografi Palembang adalah dataran rendah dan daerah rawa yang dipengaruhi pasang surut sungai. Oleh sebab itu kawasan permukiman serta kegiatan masyarakat lebih terkonsentrasi kepada sungai. Kondisi tersebut menyebabkan muncul budaya yang lebih berfokus pada sungai [riverine culture].
Buku ini diharapkan menambah khazanah warisan pada masa kerajaan Sriwijaya dalam aspek langgam arsitektur dan struktur candi di Sumatra secara utuh dan menyeluruh dan dapat digunakan untuk mengkaji desain arsitektur percandian masa Sriwijaya khususnya di Sumatra yang terkait dengan masa kerajaan Sriwijaya. Uraian, informasi dan persoalan yang menyeluruh dari berbagai aspek dilakukan untuk mengetahui dan memahami langgam arsitektur candi-candi. Termasuk di dalamnya aspek-aspek yang menjadi latar belakang percandian tersebut dan kaitannya dengan selain percandian di Sumatra juga di daerah lainnya pada kurun waktu yang sama