Download Tokopedia App
Tentang TokopediaMulai Berjualan PromoTokopedia Care
tokopedia-logo
Kategori
Atur jumlah dan catatan

Stok Total: 647

Subtotal

Rp105.500

Buku sejarah sang pangeran dan janissary terakhir kisah Diponegoro

Rp105.500
  • Kondisi: Baru
  • Min. Pemesanan: 1 Buah
  • Etalase: Sejarah
#Sang #PANGERAN dan #JANISSARY Terakhir ( ORI )

oleh #Salim A. #Fillah dalam #Diponegoro , #Sejarah.

Kyahi Gentayu berjingkrak, menaikkan kaki depannya sambil meringkik riang dan sesekali melonjak. Surainya berkibar terentak selaras dengan tapak-tapaknya yang berkecipak. Dengan kepala mendongak, sang penunggang tetap dapat duduk tegak. Lelaki berperawakan tinggi lagi kacak itu tampak seperti sedang menari tandak. Gerak tubuhnya melenggak sesuai lenggok tunggangannya yang rancak. Di sekeliling kuda yang menjejak-jejak, para pengawalnya seirama berlari hingga tombak-tombak di tangan mereka turut meliuk bagai pusaran ombak.

“Lihat Paman! Lihat sedulur sekalian!”, seru Sang Pangeran yang tiba-tiba memutar kendali kudanya sambil mengacungkan tangan ke arah Puri yang dikerumuk api. “Kediaman kita telah terbakar! Dan tiada lagi tersisa tempat bagi kita di atas bumi ini! Maka mari kita semua mencari tempat untuk diri kita di sisi Allah!”
“Kami bersama Anda, Kangjeng Pangeran! Pejah gesang fi sabilillah!”, sambut para pengikut.
“Dan demikian pula kalian, para Janissary terakhir?”, tanyanya meminta penegasan disela ringkik Gentayu yang telah hendak berpacu namun dikekang.
“Tentu, Pangeran… Kita adalah kaum, yang apabila bumi menyempit bagi kita, maka langit yang akan meluas untuk kita! Hiyaaaa!”, seru Nurkandam Pasha sambil melecut kudanya. Sang Pangeran tersenyum mantap, dan sekali dia lepaskan kekang Gentayu, dua lompatan kuda itu senilai tiga kali loncatan kawanannya.
“Hiyaaa… Hiyaaa…”, serempak yang lain turut berpacu dan turangga-turangga terbaik dari Tergalreja itu berlari ke arah terbenamnya mentari sebelum membelok ke selatan menyusur tepian Kali Bedhog.
“Maktuub..!”, Katib Pasha yang ada di barisan belakang berbisik dengan memejam mata sambil mengusap surai tunggangannya dan menunduk khusyu’. Sejak senja yang gerah, Rabu 5 Dzulhijjah 1240 Hijriah, salah satu perang sabil paling berdarah di Nusantara itu telah pecah.

Ada masalah dengan produk ini?

ULASAN PEMBELI

4.9/ 5.0

96% pembeli merasa puas

32 rating • 15 ulasan

5(31)96.88%
4(0)0%
3(1)3.13%
2(0)0%
1(0)0%