Sesuai judulnya, buku ini membahas pergerakan buruh di Semarang pada era yang disebut Takashi Shiraishi sebagai an age in motion alias zaman bergerak. Bersandar pada teori frustrasi-agresi Ted Robert Gurr, Dewi mengungkap penyebab kemunculan pergerakan buruh di Semarang pada awal abad ke-20 yang menempuh jalan radikal melalui aksi-aksi protes dan pemogokan. Studi ini juga berhasil memindai unsur-unsur pembentuk kesadaran buruh lain di luar faktor produksi, seperti dikemukakan oleh Karl Marx.
Lalu dari hasil analisis terhadap fakta-fakta historis yang ditemukan, Dewi menyatakan bahwa pergerakan buruh di Semarang pada perempat pertama abad ke-20 menjadi bagian integral dari perlawanan rakyat bumiputra terhadap kolonialisme dan imperialisme. Guru Besar Sejarah Universitas Diponegoro ini bahkan menyebut pergerakan buruh tersebut berkontribusi dalam membentuk varian nasionalisme baru yang disebut nasionalisme buruh.
Pergerakan buruh di Semarang pada awal abad ke-20 punya nilai penting dalam sejarah Indonesia. Pasalnya, Semarang pada masa itu telah menjelma menjadi salah satu pusat pergerakan kaum pekerja dengan segala infrastruktur pendukungnya, mulai dari massa buruh, organisasi, ideologi, media propaganda, hingga pemimpin-pemimpin progresif yang memiliki jaringan internasional seperti Semaoen, Darsono, dan Tan Malaka. Tidak mengherankan jika apa yang terjadi di Semarang kemudian dijadikan model pergerakan buruh di kota-kota lain di Indonesia.
RINCIAN BUKU Penulis: Dewi Yuliati Penerbit: Sinar Hidoep Tahun: 2022 ISBN: 987-623-88040-0-9 Tebal: 280 hlm Dimensi: 14x21 cm Berat: 350 gram