Tantangan Media Informasi Islam

Di tengah-tengah gemilang petrodollar dan cita mulia Ke-bangkitan Islam Abad XV Hijriah, ummat Islam ternyata belum memiliki media informasi yang handal dan profesional yang dapat membentuk Moslem's Global Village (Desa Dunia Islam). Di satu sisi penguasa di negara-negara Muslim dengan penuh kekhawatiran melakukan "pengawasan" ide ologis, di sisi lain praktisi media Islam sendiri masih lemah di bidang fikrah dan skill yang dengan keduanya mampu mewujudkan profesionalisme Islam.

Kelemahan itu antara lain tercermin dari belum adanya kesatuan visi, persepsi, dan aspirasi. Bahkan, belakangan ini terjadi "perang media" di antara mereka sebagai limpahan (spillover) dari perdebatan intelektual yang berkepanjangan

Belum lagi mereka harus bergumul dengan tampilan pers umum yang semakin tegar dan tumbuh besar. Padahal, di balik itu ada sejumlah rekayasa informasi (information ang neering) yang dengan sadar atau tidak telah mendegradasi akidah dan akhlak ummat. Penonjolan berita dan foto sepu tar Sex and Crime masih sangat dominan dan "aman", selain analisis data dan fakta yang bersumber dari falsafah obyek tif, seimbang, dan netral yang pada hakikatnya lebih meru pakan mitos daripada realitas

Pada saal yang sama mereka tidak mampu mengelak dari serbuan informasi Barat yang sentra-sentranya dikuasai Lobby Zionist International Alternatifnya: mengutip segan, membuang pun tak mau. Pers Islam timbul dan tenggelam bagai deburan ombak yang bergulung. Benarkah Pers Islam hanya jadi komentator dan wartawan Muslim sekadar "penyalin berita-berita Barat? Maklum, informasi Dunia Islam sendiri kecuali sudah basi juga nyaris tidak mampu mengimbangi. Sebuah paradoks dan ironi yang mengun dang kontroversi