Hidup untuk Pengabdian ; in Memoriam KH. M. Ishak Latif

KH. M. Ishak Latif merupakan salah satu santri Pesantren Tebuireng yang mendedikasikan hidupnya untuk almamater. Di kalangan santri dan masyarakat sekitar pesantren atau rumahnya, namanya sangat masyhur. Salah satu yang menarik dari sosok Yai Ka #39; (panggilan akrab KH. M. Ishak Latif) adalah caranya menyampaikan pengajian yang segar akan joke-joke (guyonan). Di antara guyonan itu tidak jarang pula mengandung kritikan-kritikan yang membangun. Sosok Yai Ka #39; adalah murabbi (pembimbing) bagi santri Tebuireng yang mencintai ilmu. Ruang khususnya di Pesantren Tebuireng yang bernama Kamar Kawah Condrodimuko adalah tempat merawat para pecinta ilmu itu. Tak terhitung berapa orang sukses yang muncul dari asuhan itu. Ketika Yai Ka #39; dipanggil ke hadirat Allah pada 2015, Pesantren Tebuireng merasakan kehilangan besar. Sebab, adanya sosok Yai Ka #39; ibarat penjaga nuansa salaf dari Tebuireng. Keajekannya dalam mengaji, konsistennya dalam merawat santri, serta aktivitas kesehariannya yang dapat dilihat menunjukkan kesan salaf itu. Penghargaan terakhir yang Pesantren Tebuireng berikan kepada Yai Ka #39; adalah lokasi makam beliau yang berada di komplek makam keluarga Tebuireng, satu komplek dengan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy #39;ari. Untuk seorang santri yang bukan berasal dari keturunan Harratussyaikh, itu adalah prestasi yang menunjukkan sosok Yai Ka #39; sebagai salah satu kiai kharismatik Pesantren Tebuireng.