Selamat Menempuh Hidup Baru (buku second)

Buku bekas ori
300 halaman, lengkap
Jilid kuat

Untuk apa menikah? Tidak sayang karier? Tanpa menikah saya toh baik-baik saja. Jangan buru-buru menikah. Nikmati dulu masa mudamu.... Betapa sering kita mendengar pernyataan-pernyataan semacam itu. Tampaknya semakin banyak orang memandang perkawinan sebagai soal pilihan-pilihan pragmatis: antara karier dan rumah tangga, antara kebebasan dan (seabrek) kewajiban, antara prestasi pribadi dan kenyamanan sosial, dan seterusnya. Ada fakta lain yang mencengangkan: tingkat perceraian di Indonesia ditengarai cenderung meningkat. Tren ini bisa jadi merupakan puncak gunung es dari perubahan sosial yang lebih luas. Melihat gejala-gejala ini, orang bisa mempersoalkan perkawinan itu sendiri: Ada apa dengan perkawinan? Masih adakah alasan yang cukup untuk melakukan (atau mempertahankan) perkawinan? Benarkah sejarah perkawinan hanya berisi sederet daftar tugas dan kewajiban? Ringkasnya, masih adakah cukup alasan untuk tetap bersikap optimistis terhadap lembaga perkawinan. Buku ini mencoba menjawab persoalan-persoalan itu bukan dengan pendekatan normatif sebagaimana lazimnya, melainkan dengan pendekatan lapangan. Segi-segi psikologis, kesehatan jasmani, keuangan, dan seksual dalam dunia perkawinan diselisik dengan bersandarkan pada data. Selamat Menempuh Hidup Baru memberi Anda sejumlah fakta yang amat menarik tentang (masa depan) perkawinan. Memadukan data dengan analisis serta kritik budaya yang tajam, penulis buku ini menunjukkan betapa perkawinan layak dipertahankan. Perkawinan justru membuka jalan menuju kebahagiaan pribadi, keluarga, dan masyarakat. (sumber: bukabuku.com)