Atur jumlah dan catatan
Stok Total: 100
Subtotal
Rp66.500
Budaya Deteritorialisasi Pesantren Penulis : Prof. Dr. Abdul Basit, M.
Rp66.500
- Kondisi: Baru
- Waktu Preorder: 7 Hari
- Min. Pemesanan: 1 Buah
- Etalase: Semua Etalase
Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan Islam tertua di Indonesia dan menjadi salah satu model Pendidikan terbaik bagi pembentukan karakter generasi muda. Keberadaan pesantren tersebut tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Indonesia karena pesantren umumnya dibentuk dan dikelola oleh masyarakat. Seiring dengan perubahan masyarakat akibat berkembangnya teknologi informasi, maka pesantren pun mengalami perubahan. Salah satunya berkaitan dengan metode pembelajaran di Pesantren. Pembelajaran kitab kuning yang menjadi ciri khas pondok pesantren disampaikan tidak saja melalui pembelajaran secara langsung kepada para santri, tetapi saat ini bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai media digital, seperti media social. Implikasi dari perubahan tersebut, pembelajaran model pesantren ini bisa dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak memiliki pesantren, tetapi memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni di bidang ajaran Islam, sehingga berkembang kajian-kajian kitab kuning secara online di berbagai media digital. Hilangnya batas-batas geografi dalam proses pembelajaran model pesantren inilah yang penulis namakan dengan “deteritorialisasi pesantren”. Kajian Kitab Ihya Ulumuddin al-Ghazali oleh Gus Ulil dan Ngaji Manuskrip Nusantara (Ngariksa) oleh Kang Oman di facebook merupakan bagian kecil dari adanya deteritorialisasi pesantren. Dalam ngaji online Gus Ulil dan Kang Oman pastinya memiliki komunitas tersendiri dan didalam komunitas tersebut terbentuk budaya yang mewarnai perjalanan ngaji online. Oleh karena itu, pada tulisan ini disajikan studi netnografi budaya deteritorialisasi pesantren. Studi dilakukan melalui observasi dan kajian dokumen data site yang berisi komentar-komentar dari para santri online dan diperkuat dengan wawancara mendalam dengan narasumber dan para santri online. Keterlibatan, pengalaman, budaya pesantren, budaya digital, dan budaya jaringan social yang terjadi pada saat dan atau setelah ngaji online menjadi bahasan yang menarik dalam tulisan ini. Oleh kar
Ada masalah dengan produk ini?
ULASAN PEMBELI

Belum ada ulasan untuk produk ini
Beli produk ini dan jadilah yang pertama memberikan ulasan