Sebenarnya, peta hidup manusia sudah jelas, bahwa di ujung perjalanan ini adalah kematian. Jika kita mati, maka tidak ada satu pun benda dan kehormatan manusia yang kita telah perjuangkan selama hidup akan kita bawa. Sebagaimana kita datang sendiri, kita akan pulang sendiri. Ini adalah sesuatu yang pasti. Seharusnya kita memikirkan apa yang bisa kita bawa sebagai bekal kekal dalam kehidupan yang akan datang nanti. Maka, seharusnya satu-satunya keinginan yang kita miliki adalah melakukan keinginan Allah saja. Gaya hidup melakukan keinginan Allah Bapa ini harus menjadi gaya hidup yang melekat seperti sebuah perangkap atau jerat, sehingga akhirnya kita tidak bisa keluar dari keadaan itu. Jangan merasa sudah memiliki kepastian keselamatan hanya karena bisa berbicara mengenai keselamatan. Kita harus selalu berpikir dan membayangkan adanya kemungkinan kita ditolak oleh Allah. Sebab, setiap orang mendapat upah sesuai dengan jerih lelah yang dilakukannya selama hidup di bumi. Maka, jangan membuka diri untuk kesenangan-kesenangan dunia, dan jangan menunda apa yang seharusnya kita lakukan. Makin kita lepaskan dosa, kesenangan, dan kebahagiaan duniawi, semakin kita merentangkan sayap untuk terbang; menyambut kematian yang bermartabat.
Terbit : November 2021 Pengarang : Pdt. Dr. Erastus Sabdono Penerbit : Rehobot Literature