Buku baru
tahun 2016
ukuran buku 15x21cm
halaman352
penerbit Andi
Era reformasi membuka peluang untuk terbukanya alam kebebasan pers. Pers yang selama orde baru seolah disetir, kini menemui kebebasan. Pers seakan menemukan rohnya sebagai penyuara fakta dan kebenaran. Namun apakah saat ini pers sudah benar-benar menyuarakan fakta dan kebenaran ??.
Momentum pemilihan umum legislatif dan pemilhan presiden (pilpres) 2014 seolah menunjukkan dengan gamblang bahwa pers indonesia belum sepenuhnya netral, objektif dan independen. Pers seolah terbelah menjadi dua, masing-masing mendukung salah satu calon. Dalam hal itu, etika dan nilai-nilai jurnalisme menghilang, berganti dengan subjektivitas dukungan. Parahnya lagi, kondisi ini terjadi hampir disetiap pemberitaan. Mulai dari media cetak dan elektronik. Pemberitaan yang disajikan sering ditambahi bumbu-bumbu yang kadang tidak objektif dan sering ditemukan berita yang tidak cover both side.
Mitos secara etimologi adalah sebuah tipe pembicaraan atau wicara. Mitos merupakan suatu objek, konsep, atau gagasan; mitos merupakan mode pertandaan, dan suatu bentuk. Jurnalisme akan menjadi suatu mitos jika ia kehilangan makna denotatifnya, yaitu sebagai penyampai informasi dan author makna bagi khalayak. Buku Mitos Jurnalisme ini hanyalah sepenggal kekhawatiran; seonggok ketakutan; segumpal kekecewaan terhadap dunia jurnalisme pada masa kini. Buku karangan Dudi Sabil Iskandar dan Rini Lestari ini Mencoba menelaah jurnalisme secara detail. Fokus utamanya adalah dari sisi konten berita yang disajikan. Buku ini mengangkat berita yang dibenturkan dengan mitos, sehingga akan terihat, berita mana yang benar-benar produk jurnalisme dan mana yang hanya sekedar mitos. Buku ini mecoba menelaah jurnalisme secara detail.