“Aku panggil emakku Meps, dan bapakku Beps.Kenapa? Hihihi, aku nggak tahu. Tahu-tahu aku sudah panggil mereka begitu.Meps rambutnya pendek banget.Kata Beps, setiap minggu Meps mesti cukur.Kalau tidak, kesaktiannya hilang.Apa kesaktian Meps? Nanti aku ceritakan!" ..Begitu tokoh Soca, narator dalam “Aku Meps dan Beps”, memulai kisahnya. “Aku, Meps, dan Beps” bercerita tentang keseharian si kecil Soca dan bagaimana ia melihat hal-hal di sekitarnya; orang tua, binatang peliharaan, kerabat, banjir, masa awal sekolah, dan lain-lain. Soca membawa kita kembali mengunjungi masa kanak-kanak ketika hal-hal sederhana seperti memelihara hewan, pergi berenang, memasak, dan mengamati interaksi orang tua adalah kegiatan yang menyenangkan. ..Kisahnya dituturkan dengan wajar, ia tidak menyajikan potret anak yang melulu manis. Soca tidak suka sayur dan gemar berlama-lama main game. Para orang tua pun bukan sosok pahlawan yang sempurna. Meps terkadang pelupa, atau mudah uring-uringan, sementara Beps mendengkur dengan suara nyaring, atau sering terlambat saat janjian, atau main kartu sampai pagi. ..“Meps itu bisa marah-marah sama siapa saja. Tanaman juga bisa dimarahi.” Begitu Soca berkata suatu kali. .***Aku, Meps, dan Beps' ditulis bersama oleh Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo. Buku ini ditulis sebagai rekreasi, sebuah kolaborasi ibu dan anak, di mana banyak fragmen di sana dikembangkan dari hal-hal yang didiktekan Soca Sobhita saat ia masih kanak-kanak yang kemudian diketik oleh sang ibu, Reda Gaudiamo. ..Soca membawa kita kembali mengunjungi masa kanak-kanak ketika hal-hal sederhana seperti memelihara hewan, pergi berenang, memasak, dan mengamati interaksi orang tua adalah kegiatan yang menyenangkan. Buku ini pun menjadi semakin hidup berkat ilustrasi Cecillia Hidayat.***(Aku, Meps dan Beps - Soca Sobhita & Reda Gaudiamo | Post Press)#AkuMepsDanBeps#RedaGaudiamo#SocaSobhita