Gue lahir dan besar di Balaraja, Tangerang, bioskop, kafe yang jauh dari mal, kafe yang instagramable atau tempat-tempat nongkrong anak Jaksel yang terlihat keren. Di sini hanya ada tempat angkringan yang menjual nasi kucing, sate-satean, dan minuman seperti wedang jahe._x000D_
_x000D_
Di sini perusahaan dan pabrik sama banyaknya dengan pengangguran, karena para pekerja kebanyakan dari luar kecamatan dan kabupaten. Setiap hari truk yang berlalu-lalang, pagi dan sore kemacetan sudah menjadi rutinitas tak terelakkan._x000D_
_x000D_
Hari gini, apa aja bisa didebatkan, Bestie. Nggak cuma bubur diaduk atau nggak diaduk, makan pakai tangan atau pakai sendok, lebih dari itu, umur 25 udah punya rumah atau mobil, healing ke Bali atau ke luar negeri, beli kopi di Starbucks atau di lobi hotel. Pusing yeee?!_x000D_
Nggak semua seberuntung orang-orang yang bisa debatin hal-hal fancy itu, gue lebih sering overthinking sama masa depan gue. Bagaimana gue bisa menjalankan tanggung jawab yang bukan cuma memenuhi kebutuhan diri sendiri tapi juga keluarga, ya hampir mirip kek sandwich generation._x000D_
_x000D_
Di buku ini gue ingin bercerita masalah yang mungkin juga lu alami. Kalau hidup itu mesti diperjuangkan, apa kita masih bisa hidup sesuka kita?_x000D_
_x000D_
Informasi Produk :_x000D_
Penulis: Aji Nur_x000D_
Ukuran: 13 x 19 cm_x000D_
Tebal: 156 hlm_x000D_
Penerbit: GagasMedia_x000D_
ISBN: 978-623-493-019-1