Mataku menerawang jauh ke berbagai penjuru, meski yang kulihat hanya mayat yang terapung dibawa arus. Semua terlihat gelap karena listrik padam. Beruntung cahaya bintang masih sudi memberikan sedikit cahayanya untuk manusia sepertiku. Di bawah langit malam, tubuh ini sudah kehabisan tenaga. Manusia egois sepertiku hanya bisa menangis menyesali perbuatan pecundang yang telah aku jalani bertahun-tahun. Anak-anakku tidak ada yang pulang satu pun, meski aku sudah berusaha untuk tetap membuka mata, mereka tidak pernah datang. Suaraku nyaris habis, hanya sahutan gemuruh air yang terdengar seperti ledekan di telingaku. Mereka sedang menertawakan sosok Bapak berengsek yang tengah menyesali perbuatannya.