Download Tokopedia App
Tentang TokopediaMulai Berjualan PromoTokopedia Care
tokopedia-logo
Kategori
Atur jumlah dan catatan

Stok Total: 41

harga sebelum diskonRp95.000

Subtotal

Rp61.750

20 TAHUN CERPEN PILIHAN KOMPAS - Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di Langit Jakarta

Rp61.750
diskon 35%
Harga sebelum diskon Rp95.000
  • Kondisi: Baru
  • Min. Pemesanan: 1 Buah
  • Etalase: Semua Etalase
Buku original
Ukuran buku : 14cm x 21cm
Halaman : 214
Penulis : Kompas
Genre : SHORT STORIES

Dalam sekali pukul pembacaan, kita akan menemukan sedikit ciri yang menandai sebagian besar cerpen (di buku ini). Pertama adalah pilihan bentuk dan gaya, atau cara penceritaan yang secara dominan dipenuhi oleh kecenderungan yang mistik, lalu mengarahkan cerita pada simpulan atau akhir yang supranatural dan surealistik. Tak kurang dari 50 persen
(11 cerpen) yang memiliki kecenderungan semacam ini, mulai dari “Wiro Seledri” karya GM Sudarta, “Biografi
Kunang-kunang” (Sungging Raga), “Burung Api Siti” (Triyanto Triwikromo), hingga “Malam di Kota Merah”
(Toni Lesmana), “Batas Tidur” (Gde Aryantha Soethama).
Dua cerpen yang terpilih sebagai “terbaik” pun –“Salawat Dedaunan” (Yanusa Nugroho) dan “Kunang-kunang di
Langit Jakarta” (Agus Noor)—memiliki sub-genre yang sama.

Dalam kumpulan ini, ketujuh cerpen terpilih tetap dalam tegangan itu, saat mereka menjumput kembali khazanah cerita lokal, hingga logika, mitologi, dan mistisisme lokalnya. Katakanlah karya-karya mulai dari “Orang-orang Larenjang” (Damhuri Muhammad), “Pakiah dari Pariangan” (Gus tf Sakai), “Mar Beranak di Limas Isa” (Guntur Alam), “Ikan Kaleng”
(Eko Triono), dan lainnya.

Cerpen Salawat Dedaunan dibungkus dalam alur sederhana dan bahasa yang mudah diikuti, tetapi memancing imajinasi yang tinggi. Kemuraman religiusitas masyarakat disikapi dengan cara-cara yang amat “nglakoni”. Berbuat adalah cara paling baik untuk mendorong sebuah perubahan sikap. Kendati perubahan sikap masyarakat kemudian terjadi karena alasan berbeda, tetapi dorongan untuk berubah itu dipicu oleh tindakan tak kenal menyerah. Kunang-kunang di Langit
Jakarta, mengunyah simbolisasi itu menjadi jiwa-jiwa yang melayang di setiap gedung, yang dulu menjadi situs
pemerkosaan serta kemalangan yang terjadi saat kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Cerpen ini melukiskan realitas tragedi dengan cara-cara yang romantik, tetapi menggugah.

Ada masalah dengan produk ini?

ULASAN PEMBELI

5.0/ 5.0

100% pembeli merasa puas

6 rating • 0 ulasan

5(6)100%
4(0)0%
3(0)0%
2(0)0%
1(0)0%
Toped Illustration

Belum ada ulasan untuk produk ini

Beli produk ini dan jadilah yang pertama memberikan ulasan