Bulembangbu: Kisah Pahit Seorang Tahanan G.30.S

#34;Bulembangbu seolah seperti nama suatu kerajaan dalam cerita wayang. Suatu kerajaan dengan raksasa rajanya. Raksasa segede gunung anak #39;an. Matanya seperti surya kembar, hidungnya seperti buritan perahu, mulut menganga bak goa, gigi runcing bak gigi senso (gergaji mesin), taring mencuat bak pisang ambon. Kalau batuk seperti gluduk, kalau bersin kaya gledek, siap menelan melintang apa saja yang ada di depannya. Kalau kita simak sejarah kekuasaan feodal, selamanya selalu terjadi saling menjatuhkan. Berebut pengaruh dan kekuasaan. Begitulah makhluk yang namanya manusia. Manusia tak pernah dengan apa yang mereka miliki, mereka selalu ingin mendapatkan sesuatu sebanyak-banyaknya, mereka tak pernah puas dengan apa yang telah mereka peroleh. Kaya itu tidak ada batasannya. Di atas yang kaya masih ada lagi yang lebih kaya. Kalau miskin itu jelas dapat dilihat. Kembali kepada judul buku ini. #34;Bulembangbu #34; itu ada dan betul-betul ada. Bulembangbu bukan suatu cerita khayalan, ia nyata keberadaannya. Di sana juga ada penguasanya, ada rajanya, ada buta-butanya. Buta Ijonya juga banyak. Ada kekerasan, ada perampokan, dan ada penindasan. Tingkah dan perilaku di luar batas kemanusiaan pun sering terjadi. Kisah ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis sendiri sebagai seorang tapol yang selama 13 tahun berada di dalam tahanan, penjara dan pembuangan. #34; Judul buku: Bulembangbu, Kisah Pahit Seorang Tahanan G.30.S Penulis: N.Syam.H Penerbit: Cipta Pustaka, 2009 Tebal: vii + 262 halaman Dimensi: paperback, 15 x 21 cm