Sagu rendah indeks glikemik dan karenanya baik untuk pasien yang menderita diabetes atau autisme.
Mie sagu kaya akan pati tetapi miskin nutrisi lain sehingga baik untuk orang yang ingin menurunkan berat badan karena dapat menimbulkan rasa kenyang namun tidak menimbulkan lemak. Selain itu, penderita diabetes juga sangat pandai mengonsumsi sagu sebagai makanan pokok karena dapat menjaga kestabilan indeks gula darah. Selain itu makanan olahan dari tepung sagu juga baik untuk kesehatan pencernaan, dapat menurunkan resiko terkena kanker usus besar, juga dapat meringankan penyakit seperti muntah darah, diare, dan lain sebagainya.
Mie Sagu Basah ini dari Desa Sungai Tohor. Desa Sungai Tohor di Kepulauan Meranti merupakan salah satu sumber hutan sagu yang dikelola masyarakat terbesar di Riau.
Tahun 2019 banyak wilayah mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutkla). Bencana Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan menyatakan luas kebakaran di Riau sepanjang 2019 mencapai 27,000 hektare.
Namun ada satu wilayah di Riau yang tidak ditemukan satu pun spot api, yakni di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti. Wilayah Desa Sungai Tohor wilayah gambut dan kalau lahan basah, sagu akan tumbuh karena lahan cocok unutk sagu. Kalau lahan basah, artinya tidak akan ada kebakaran hutan.
Dengan mengkonsumsi makanan olahan dari sagu dari Sungai Tohor, Riau, kita juga membantu menjaga kelestarian alam kita terutama untuk rawa dan lahan gambut karena sagu ditemukan di daerah rawa dan gambut (habitat alami ilalang). Selain itu pohon sagu juga menyimpan banyak cadangan air sehingga berfungsi untuk konservasi tanah dan air di kawasan rawa dan gambut.