Atur jumlah dan catatan
Stok Total: 25
Subtotal
Rp70.000
Sangkara dalam Sujudnya : Antologi Cerpen Siswa MTsN 2 Bukittinggi - Khalila Naura Fitri, dkk - Penerbit Adab
Rp70.000
- Kondisi: Baru
- Min. Pemesanan: 1 Buah
- Etalase: Semua Etalase
Judul : Sangkara dalam Sujudnya : Antologi Cerpen Siswa MTsN 2 Bukittinggi
Penulis : Khalila Naura Fitri, Radhwa Ahda Najmi, Rifa Rahmadhani, Muhammad Rafka Al-Fathir, Hasya Fadila Anton, Najwa Nabila, Asyifa Putri Nadhifa, Gema Fitri, Aisyatul Fikriyah, Nurul Rizally, Stevanny Supriadi, dan Hanifatul Lathifah
Ukuran : 14,5 x 21
Tebal : 118 Halaman
Cover : Soft Cover
No. QRCBN : 62-2066-2254-414
SINOPSIS
Di keheningan malam yang gelap, ditemani dengan secangkir susu buatan bunda, aku terduduk di sebuah kursi kayu tua dengan sebuah buku diteras rumah. Namaku Sangkara Marta Qowwiyu, anak tunggal dari bapak Baskara Adimarta dan bunda Callysta Esfart. Aku benar bingung dengan apa yang terjadi namun aku lebih memilih untuk tidak menghiraukan hal itu. Aku pun berjalan mengikuti bunda yang berada selangkah lebih depan dari posisiku. Aku menyesal, ya aku menyesal,seharusnya di detik terakhir bapak kami ada bersamanya. Seharusnya aku ada untuk memaksa bapak untuk opersi. Tapi apa yang bisa ku lakukan penyesalan selallu datang diakhir.dan ini akhirnya aku hanya bisa menangis di samping gundukan tanah merah bertabur mawar.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Apa yang menyebabkan si tokoh menyesal? Baca selengkapnya pada kumpulan cerpen “Sangkara dalam Sujudnya”.
Penulis : Khalila Naura Fitri, Radhwa Ahda Najmi, Rifa Rahmadhani, Muhammad Rafka Al-Fathir, Hasya Fadila Anton, Najwa Nabila, Asyifa Putri Nadhifa, Gema Fitri, Aisyatul Fikriyah, Nurul Rizally, Stevanny Supriadi, dan Hanifatul Lathifah
Ukuran : 14,5 x 21
Tebal : 118 Halaman
Cover : Soft Cover
No. QRCBN : 62-2066-2254-414
SINOPSIS
Di keheningan malam yang gelap, ditemani dengan secangkir susu buatan bunda, aku terduduk di sebuah kursi kayu tua dengan sebuah buku diteras rumah. Namaku Sangkara Marta Qowwiyu, anak tunggal dari bapak Baskara Adimarta dan bunda Callysta Esfart. Aku benar bingung dengan apa yang terjadi namun aku lebih memilih untuk tidak menghiraukan hal itu. Aku pun berjalan mengikuti bunda yang berada selangkah lebih depan dari posisiku. Aku menyesal, ya aku menyesal,seharusnya di detik terakhir bapak kami ada bersamanya. Seharusnya aku ada untuk memaksa bapak untuk opersi. Tapi apa yang bisa ku lakukan penyesalan selallu datang diakhir.dan ini akhirnya aku hanya bisa menangis di samping gundukan tanah merah bertabur mawar.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Apa yang menyebabkan si tokoh menyesal? Baca selengkapnya pada kumpulan cerpen “Sangkara dalam Sujudnya”.
Ada masalah dengan produk ini?
ULASAN PEMBELI
Belum ada ulasan untuk produk ini
Beli produk ini dan jadilah yang pertama memberikan ulasan