Atur jumlah dan catatan
Stok Total: Sisa 10
Subtotal
Rp90.000
Dalam Pusaran Api Sebuah Novel oleh Ahmad Bahrul Ulum
Rp90.000
- Kondisi: Baru
- Min. Pemesanan: 1 Buah
- Etalase: Semua Etalase
Gejolak api revolusi Indonesia membakar Desa Lobener. Kehidupan warga terombang-ambing. Kedamaian telah lahir dari reruntuhan pemerintahan Jepang seakan sirna begitu saja. Mereka harus berjuang dalam arus pusaran yang menyeret begitu kuat.
Wakaji Makdor, orang paling kaya di desa, harus menjadi korban perang tak berujung. Bersama Kiai Asep, tokoh agama yang dihormati warga dan Durakman, seorang buruh tani dan pekerja harian lepas, mereka berusaha untuk tak menyerah pada keadaan desa di masa sulit saat bala tentara Belanda datang kembali.
Dapatkah warga Desa Lobener keluar dari dalam arus pusaran api revolusi Indonesia atau mereka harus terkurung hingga waktu menjawab semuanya?
Dari segi penjelajahan tema, novel debut Ahmad Bahrul Ulum ini sangat menjanjikan. Narator dengan lancar menuturkan kisah Wakaji Makdor, Kiai Asep dan Durakman, dan menjadikan keterhubungan di antara mereka seperti sempalan-sempalan pada tembok sejarah pergerakan orang-orang pinggiran dalam usaha melawan keserakahan dan kesewenangan pusat. Dan, maksud “pusat” di sini, bisa saja bersifat metaforis—sebagaimana diceritakan sebagai “Belanda”—tetapi juga secara simbolis dalam bentuk dominasi suara dalam bentangan fiksi sejarah berbahasa Indonesia. Lebih daripada itu, narasi kisah ketiga tokoh tersebut juga dapat dibaca secara metaforis dalam usaha mengimajinasikan lansekap pinggiran-sejarah Indonesia dan/atau sejarah-pinggiran Indonesia.
Minanto, Penulis Novel Aib dan Nasib
Novel ini benar-benar memberikan gambaran realitas empiris dari pedesaan di Indramayu yang mengalami peristiwa Revolusi Indonesia.
Ronal Ridhoi, Dosen Departemen Sejarah, Universitas Negeri Malang
Membaca novel ini seolah-olah menemukan sisi lain gerak arah sebuah negara.
Akhmad Mustaqim, Dosen Tadris Bahasa Indonesia, Universitas Al Qolam Malang
Wakaji Makdor, orang paling kaya di desa, harus menjadi korban perang tak berujung. Bersama Kiai Asep, tokoh agama yang dihormati warga dan Durakman, seorang buruh tani dan pekerja harian lepas, mereka berusaha untuk tak menyerah pada keadaan desa di masa sulit saat bala tentara Belanda datang kembali.
Dapatkah warga Desa Lobener keluar dari dalam arus pusaran api revolusi Indonesia atau mereka harus terkurung hingga waktu menjawab semuanya?
Dari segi penjelajahan tema, novel debut Ahmad Bahrul Ulum ini sangat menjanjikan. Narator dengan lancar menuturkan kisah Wakaji Makdor, Kiai Asep dan Durakman, dan menjadikan keterhubungan di antara mereka seperti sempalan-sempalan pada tembok sejarah pergerakan orang-orang pinggiran dalam usaha melawan keserakahan dan kesewenangan pusat. Dan, maksud “pusat” di sini, bisa saja bersifat metaforis—sebagaimana diceritakan sebagai “Belanda”—tetapi juga secara simbolis dalam bentuk dominasi suara dalam bentangan fiksi sejarah berbahasa Indonesia. Lebih daripada itu, narasi kisah ketiga tokoh tersebut juga dapat dibaca secara metaforis dalam usaha mengimajinasikan lansekap pinggiran-sejarah Indonesia dan/atau sejarah-pinggiran Indonesia.
Minanto, Penulis Novel Aib dan Nasib
Novel ini benar-benar memberikan gambaran realitas empiris dari pedesaan di Indramayu yang mengalami peristiwa Revolusi Indonesia.
Ronal Ridhoi, Dosen Departemen Sejarah, Universitas Negeri Malang
Membaca novel ini seolah-olah menemukan sisi lain gerak arah sebuah negara.
Akhmad Mustaqim, Dosen Tadris Bahasa Indonesia, Universitas Al Qolam Malang
Ada masalah dengan produk ini?
ULASAN PEMBELI

Belum ada ulasan untuk produk ini
Beli produk ini dan jadilah yang pertama memberikan ulasan