• socmed Facebook icon
  • socmed Instagram icon
  • socmed Twitter icon
  • socmed Youtube icon
Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Bayi Kuning: Ini Cara Mengatasinya!

Share

Bayi Kuning: Ini Cara Mengatasinya!

Ada dua macam jenis penyakit kuning pada bayi, termasuk cara perawatan di rumah maupun di rumah sakit. Simak penjelasan pakar ini.


Melihat bayi memiliki mata dan kulit kekuningan dapat dengan mudah membuat orang tua panik, terutama jika belum pernah melihatnya sebelumnya. Kuning dalam istilah medis disebut dengan jaundice atau ikterus. Istilah jaundice berasal dari bahasa Perancis, yaitu jaune, yang berarti kuning. 

Ini adalah sebuah kondisi pada bayi yang menunjukkan warna kuning pada kulit, sklera (bagian putih dari mata dan berfungsi sebagai lapisan luar yang melindungi mata) atau membran mukosa sebagai akibat penumpukan bilirubin berlebihan pada jaringan, jelas Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A (K), pada sebuah artikel tentang jaundice di situs resmi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). 

Lebih lanjut lagi dokter spesialis anak konsultan neonatologi (subspesialisasi pengobatan pediatrik untuk bayi prematur atau bayi baru lahir yang sakit) ini mengungkapkan, bahwa kondisi kuning tersebut sering ditemukan pada sekitar 60% bayi baru lahir yang sehat dengan usia gestasi lebih dari 35 minggu. Gestasi sendiri merupakan rentang waktu yang dimulai sejak proses pembuahan sel telur hingga proses persalinan.

Kadar bilirubin serum total (BST) disebut dengan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia umumnya normal, hanya 10% yang berpotensi menjadi patologis (dalam keadaan sakit). Hiperbilirubinemia yang mengarah ke kondisi patologis antara lain:

  • Timbul pada saat lahir atau pada hari pertama kehidupan.
  • Kenaikan kadar bilirubin berlangsung cepat, lebih dari 5 mg/dL per hari.
  • Bayi prematur.
  • Kuning menetap pada usia 2 minggu atau lebih.
  • Peningkatan bilirubin direk lebih dari 2 mg/d atau lebih dari 20% dari BST.

Ketika si kecil mengalami hiperbilirubinemia, orang tua diharapkan tetap tenang dan tidak panik. Sebab, menurut Prof. Rinawati, ketakutan yang berlebihan dalam menghadapi hiperbilirubinemia dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan. Semisal, meningkatnya kecemasan ibu, menurunnya aktivitas menyusui, terapi yang tidak perlu, dan biaya yang berlebihan. “Oleh karena itu, tatalaksana hiperbilirubinemia harus sesuai dan efektif,” tegas Prof. Rinawati.

Muncul pada Awal Kehidupan Bayi

Menurut dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA, MARS, atau lebih akrab dipanggil dr. Tiwi, menjelaskan, warna kuning pada bayi umumnya muncul pada hari ketiga kelahirannya. Ini adalah peristiwa wajar yang diakibatkan oleh pecahnya sel darah merah segera setelah dilahirkan. 

“Hal ini menyebabkan kelebihan bilirubin pada darah, sebuah senyawa kimia yang terbentuk pada saat pecahnya sel darah merah. Kondisi ini disebut dengan kuning fisiologis,” jelas dokter spesialis anak sekaligus penulis buku Anak Sehat: 100 Solusi Dokter Tiwi dan Sehat-Lezat: Olah saji dr Tiwi ini. 

Masih berdasarkan penjelasan dr. Tiwi, dalam darah setiap manusia mengandung sedikit bilirubin, namun pada bayi baru lahir cenderung meningkat. Pasalnya, newbornmemiliki ekstra sel darah merah saat dilahirkan dan fungsi hati yang belum matang memiliki kesulitan dalam memproses kelebihan bilirubin tersebut. Sehingga, muncul semburat warna kuning pada wajah bayi, yang kemudian turun ke dada dan perut, lalu ke kaki. Biasanya warna ini akan menghilang dalam beberapa hari, sekitar 7-10 hari, tanpa pengobatan apa pun.

Jenis Penyakit Kuning pada Bayi

Berikut ini adalah dua jenis kondisi kuning pada bayi menurut dr. Tiwi:<

1. Bayi Kuning Abnormal 

[Ini adalah keadaan kuning yang berkembang lebih cepat, pada 24 jam setelah kelahiran. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

Terlalu banyaknya sel darah merah yang terlalu cepat pecah karena adanya ketidak cocokan golongan darah antara ibu dan bayi, kelahiran dengan alat, dan dapat juga terjadi karena infeksi.

Bila bayi memiliki golongan darah berbeda dengan ibu. Terutama bila ibu mempunyai golongan darah O, sedangkan golongan darah bayi selain O atau bayi dan ibu mempunyai golongan Rhesus yang berbeda.

Kondisi ini akan menciptakan ‘peperangan’ antara sel darah merah bayi dan antibodi asing dari golongan darah ibu yang berbeda. Hasilnya banyak sel darah rusak, bilirubin dilepaskan dan bayi menjadi kuning dengan cepat.

2. Kuning yang Berhubungan dengan ASI

Kasus yang dikenal denganBreast Milk Jaundice (BMJ) ini jarang sekali terjadi. Menurut Prof Rinawati, penyebab BMJ belum begitu jelas. Tetapi, dr. Tiwi mengungkapkan, bahwa orang tua tidak perlu khawatir selama bayi terlihat bugar dan menunjukkan kenaikan berat badan yang baik, yaitu berat badan bayi meningkat sekitar 20 g per hari. 

Pada kasus kasus tertentu, bila kadar bilirubin tinggi (lebih dari 16-17mg/dl) dan dokter memerlukan ketepatan diagnosis breast milk jaundice, ibu akan diminta untuk berhenti menyusui selama 12-24 jam. Pada saat itu, bayi akan diberi susu formula, namun ibu tetap perlu memerah ASI-nya. Biasanya bila diagnosis tersebut benar, bilirubin akan turun dengan cepat dalam 102 hari penghentian ASI. Setelah itu, ibu tetap disarankan memberikan ASI kembali pada bayi.

Prof Rinawati mengungkapkan, bahwa The American Academy of Pediatrics (AAP) tidak menganjurkan penghentian ASI pada kasus BMJ, dan merekomendasikan pemberian ASI terus menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam). 

Sedangkan K.G. Auerbach dan L.M. dari Department of Pediatrics, University of Chicago, Illinois, merekomendasikan dilakukan penghentian ASI sementara pada sebagian kasus BMJ dan tetap mendapat ASI selama dalam proses terapi BFJ. 

Kondisi kuning pada bayi lainnya yang berhubungan dengan menyusui adalah Breastfeeding jaundice (BFJ). Menurut Prof. Rinawati, penyebab BFJ adalah kekurangan asupan ASI, biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu ASI belum banyak. Pemberian ASI yang cukup dapat mengatasi BFJ. 

Ibu harus memberikan kesempatan lebih pada bayinya untuk menyusu. Kolostrum akan cepat keluar dengan hisapan bayi yang terus menerus. ASI akan lebih cepat keluar dengan inisiasi menyusu dini dan rawat gabung.

3. Perawatan di Rumah

Ada beberapa kondisi yang dapat dilakukan di rumah pada bayi yang mengalami jaundice, seperti yang dijelaskan dr. Tiwi berikut:Jika kadar bilirubin tidak terlalu tinggi, lebih 10-12mg/dl pada hari ke 3-5 pada bayi cukup bulan, umumnya bayi diperkenankan pulang ke rumah. Tapi, setelah 3 hari, bayi diminta kembali ke rumah sakit untuk kontrol. Ini dimaksudkan untuk memantau kadar bilirubin bayi.

Berikan ASI sebanyak mungkin. Banyak minum ASI dapat membantu menurunkan kadar bilirubin, karena bilirubin dapat dikeluarkan melalui air kencing dan kotoran bayi. ASI juga mengandung zat seperti pencahar yang membuat bayi sering mengeluarkan kotoran yang membawa bilirubin.

Jemur bayi di bawah matahari pagi. Menjemur bayi dengan busana tipis atau tanpa busana bila dihalangi kaca yang tembus matahari atau gorden tipis di bawah sinar matahari pagi, antara pukul 07.30 – 09.00 selama 15-20 menit. Hal ini dapat membantu mengurangi kadar bilirubin di kulit bayi. 

Matahari yang mengandung vit D juga baik dalam mengoptimalkan fungsi hati yang berperan dalam memproses bilirubin agar bayi tidak kuning. Pastikan Anda melindungi mata bayi dari sorot matahari secara langsung.

Selama perawatan di rumah, orang tua perlu mencermati kondisi bayi. Segera kunjungi dokter, jika bayi tampak lemas, seperti tidur terus dan malas menyusu. Hal ini dapat menjadi tanda peningkatan bilirubin yang dapat membuat bayi kejang. 

“Cara lain adalah mengamati bola mata dan kulit bayi. Jika terlihat menguning, tandanya terjadi peningkatan bilirubin,” jelas dr. Tiwi. Batas aman bilirubin bagi bayi adalah, 12 mg/dl pada bayi cukup bulan di hari ke 3-5 setelah kelahiran. 

Bilirubin yang nilainya 12-15mg/dl pada bayi cukup bulan dengan berat lahir di atas 2500 g sebetulnya cukup aman bila bayi sering disusui dan tidak memerlukan perawatan. Tetapi sebaiknya tetap diawasi oleh dokter anak dengan mengevaluasi kadar bilirubin setiap 1-2 hari.</span></p>

4. Perawatan di Rumah Sakit

Dokter akan melakukan fototerapi, atau meletakkan si kecil di bawah lampu fluorescent atau ultra violet untuk beberapa saat (sekitar 1 atau 2 hari), hingga hati bayi cukup matang untuk mengatasi kelebihan bilirubin yang dialaminya. Ketika bayi menjalani fototerapi, perawat akan menutup mata dan alat kelamin bayi agar tidak terkena dampak sinar ultraviolet. 

Selama perawatan, kadar bilirubin dalam darah bayi akan terus mendapatkan pengawasan. Dr. Tiwi berpesan, bagi ibu yang sedang menyusui mintalah pada pihak rumah sakit agar dapat dirawat bersama bayi dalam 1 kamar, sehingga ibu bisa tetap menyusui bayi.

Share

TokopediaTokopedia

Related Articles

10 Rekomendasi Merk Pensil Warna Terbaik, Kreatifitas Semakin Bertambah!
Kids and Parenting
10 Rekomendasi Merk Pensil Warna Terbaik, Kreatifitas Semakin Bertambah!
© 2009-2024, PT Tokopedia