Inilah panduan merawat anak dengan ADHD di masa pandemi. Pahami agar anak tetap sehat dan terhindar dari virus berbahaya!
Idealnya, di masa pandemi seperti sekarang, setiap orang harus membatasi aktivitas di luar rumah untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Namun, bagi anak dengan kondisi ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder sedikit sulit untuk dilakukan.
Sebab gangguan perkembangan otak yang terjadi pada anak ADHD menyebabkan mereka tidak hanya sulit memusatkan perhatiannya tapi juga memiliki perilaku yang impulsif dan hiperaktif.
Baca juga: Rekomendasi mainan untuk anak berkebutuhan khusus
Yang Wajib Dilakukan Ketika Membawa Anak ADHD Beraktivitas di Luar Rumah
Akan sulit bagi mereka untuk hanya diminta mutar-mutar di rumah saja karena tidak bisa diam. Yang paling penting adalah, orang tua mengontrol kapan mereka boleh keluar rumah dan kalau keluar rumah, tempat yang aman untuk mereka di mana?” jelas dr. Herbowo Agung F. Soetomenggolo, Sp.A(K), dokter anak spesialis konsultan saraf pada webinar bertajuk, “Menjaga Kesehatan pada Anak dengan ADHD, di Masa New Normal” yang digelar PT Johnson & Johnson Indonesia beberapa waktu lalu
Ia kemudian menjelaskan, bahwa yang menyebabkan anak dengan ADHD atau yang dalam bahasa Indonesianya adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), tidak bisa diam, dan selalu ingin bergerak, adalah karena adanya gangguan pada otaknya.
Ini kemudian menimbulkan masalah pada neurotransmiternya atau terganggunya pengiriman sinyal-sinyal di otaknya. “Hal ini ditandai dengan perilaku yang hiperaktif yang membuat mereka bergerak terus bagaikan didorong oleh ‘mesin’,” imbuh dr. Herbowo.
Karena itu, penting bagi anak ADHD untuk tetap memiliki jadwal melakukan aktivitas fisik agar energinya terpakai dan membuat mereka jadi lebih tenang. Adapun aktivitas fisik yang direkomendasikan adalah, intensitas sedang dengan durasi lebih dari 60 menit.
“Jangan sekali-kali diberikan gawai, karena selesai main gawai malah semakin hiperaktif,” demikian dr. Herbowo menekankan. Contoh aktivitas fisik dengan intensitas sedang adalah jalan pagi dan bersepeda.
Atau, kalau di rumah ada treadmill,maka ini juga bisa dimanfaatkan. Lalu, bagaimana kalau ternyata daerah tempat tinggal masuk zona merah saat pandemi? Beraktivitas di luar rumah tentu sangat berisiko jika situasinya seperti itu. “Tetap lakukan olahraga di rumah dengan durasi yang lebih panjang.”
Intinya, sambung dr. Herbowo, adalah membuat energi anak ADHD tetap terpakai sehingga bisa jadi lebih tenang. “Cari tempat olahraga yang sepi, di area taman perumahan yang sepi, misalnya. Lalu, pilihlah waktu olahraga ketika orang tidak beraktivitas di luar rumah, hindari olahraga sambil berkerumun dan jangan ajak anak berolahraga di tempat yang ramai.”
Tetap Jelaskan Tentang Situasi New Normal pada Anak ADHD
Jika anak bertanya mengapa sekarang mereka tidak boleh beraktivitas di luar rumah, apakah orang tua harus menjelaskan tentang pandemi Covid-19? “Jangan sangka anak ADHD adalah anak yang bodoh, mereka tidak seperti itu. Jadi, jangan takut untuk menjelaskan kondisi pandemi yang sekarang terjadi,” jawab dr. Herbowo dengan lantang.
Ia kemudian memberikan contoh bagaimana menjelaskan pandemi Covid-19 pada anak ADHD. “Kita bisa bilang, di luar rumah ada penyakit yang cukup berbahaya, yang kalau terinfeksi bisa meninggal.”
Selain menjelaskan tentang pembatasan aktivitas di luar rumah sebagai cara pencegahan penularan, anak-anak dengan ADHD juga harus diedukasi tentang kebiasaan-kebiasaan apa saja yang dapat memperkecil risiko terkena penyakit berbahaya ini.
“Ajari mereka tentang pentingnya rajin mencuci tangan, makan-makanan bergizi, dan istirahat yang cukup. Semua kebiasaan sehat ini juga akan mendukung kualitas hidup anak-anak dengan ADHD.”
Selama anak ADHD mendapatkan penanganan yang optimal, maka mereka bisa berfungsi seperti anak non-ADHD lainnya. Dan yang penting harus diingat juga adalah, bukan berarti karena ciri anak ADHD adalah hiperaktif, maka semua anak yang pecicilan masuk kategorinya.
“Pertama, pastikan dulu apakah anaknya benar ADHD, kalau iya, maka harus mendapatkan terapi perilaku dan dilihat, apakah perlu obat atau tidak,” ucapnya seraya menyebutkan ada acuan khusus yang digunakan dokter untuk menentukan apakah seorang anak memiliki ADHD atau hanya sekadar aktif.
“Nama nya adalah, Conners Comprehensive Behavior Rating Scales, Kalaupun ternyata anak perlu mendapatkan terapi obat, dr. Herbowo mengingatkan agar orang tua tidak perlu berpikir kalau obat ini akan membuat anaknya ketergantungan.
Pada prinsipnya, obat-obatan yang diberikan fungsinya adalah untuk meredam proses yang terjadi di otak sehingga anak jadi bisa diam dan mendengarkan instruksi. Ketika anak bisa mendengarkan instruksi, maka orang tua bisa memberitahu tentang norma-norma dan menjelaskan situasi yang sedang terjadi.
Saat kondisi anak dengan ADHD sudah terkendali, maka obat-obatannya bisa diminum sewaktu-waktu. Misalnya, ketika anak ujian saja untuk membantu dirinya agar tetap fokus. “Ini adalah modifikasi-modifikasi pemberian obat pada anak dengan ADHD. Jadi, tidak benar kalau dibilang terapi obat akan membuat anak ketergantungan,” pungkas dr. Herbowo.
Baca juga: Pilihan Homeschooling untuk anak berkebutuhan khusus
Itu dia, Toppers kiat-kiat yang dapat dilakukan orang tua untuk mendampingi anak ADHD selama masa pandemi. Selalu batasi aktivitas luar rumah, menjaga protokol kesehatan dan tetap dukung pertumbuhan anak dengan baik.
