Banyak ibu berpikir kalau sukses tidaknya menyusui ASI eksklusif sangat tergantung pada bentuk putingnya. Tapi ternyata menurut dr. Ameetha Drupadi, CIMI, menyebutkan kunci sukses memberikan ASI eksklusif adalah pada posisi menyusui yang tepat.
“Selama mulut bayi menghisap penuh aerola ibu, maka kantong-kantong ASI akan terstimulasi sempurna untuk mengeluarkan ASI,” jelas Ameetha.
Hisapan bayi adalah stimulasi terbaik untuk membentuk puting ibu
Adapun posisi menyusui yang disarankan dr. Ameetha untuk ibu berputing datar adalah cross cradle. Posisi menyusui ini dilakukan dengan cara ibu menyangga kepala bayi dengan salah satu telapak tangan. Lalu posisikan kepala, dada, serta perut bayi menghadap ibu.
Setelah itu arahkan mulut bayi ke aerola payudara ibu. Dengan posisi ini, mulut bayi akan optimal menghisap aerola ketimbang puting ibu.
Menurut dr. Ameetha, jika bayi menghisap puting payudara ibu, maka ibu dan bayi akan sama-sama merasa tidak nyaman. Ibu merasa kesakitan karena putingnya lecet dan bayi pun kesulitan menghisap sehingga jadi malas untuk menyusui.
“Selama posisi menyusuinya benar,” sambung dr. Ameetha, “Dalam waktu seminggu saja, puting payudara ibu yang datar bisa terbentuk hingga lebih nyaman, menyesuaikan dengan kebutuhan bayi menyusui.” Karena menurut dr. Ameetha yang juga pendiri Pejuang ASI Indonesia ini, hisapan bayi adalah stimulasi terbaik untuk membentuk puting payudara ibu.
Amankah menggunakan nipple puller?
Belakangan banyak ibu yang berputing datar tertarik menggunakan nipple puller untuk membentuk putingnya lebih menonjol keluar agar mudah mengeluarkan ASI. Konselor ASI yang berpraktek di RS Mayapada Hospital Jakarta ini tidak menyarankan para ibu berputing rata menggunakannya.
Nippler puller adalah alat bantu untuk menarik puting payudara ibu. Adapun bentuk nipple puller menyerupai terompet.
Corong nipple puller ditempelkan ke puting payudara ibu, lalu dengan perlahan ditekan dan pompa untuk menarik puting keluar. Mengapa dr. Ameetha tidak terlalu menyarankan ibu menggunakan alat bantu ini?
Kebanyakan para ibu menggunakan ini sejak usia kandungan 7 bulan. Harapannya agar setelah melahirkan, puting payudara sudah terbentuk sempurna hingga memudahkan bayi untuk melekat serta menghisap sempurna.
“Tapi aktivitas menggunakan nipple puller bisa memicu kontraksi dini.” Jadi, ketika puting ditarik maka otak akan meresponnya dengan mengeluarkan hormon oksitosin yang oleh rahim dipersepsikan sebagai tanda untuk berkontraksi. “Itu mengapa tidak disarankan untuk menggunakan alat ini saat hamil.”
Selain nipple puller, alat bantu lain yang juga jamak digunakan para ibu untuk mengatasi puting datar adalah nipple former. Bentuknya bulat seperti mangkok dengan bagian tengah yang berlubang untuk puting dan biasanya terbuat dari silikon.
Nipple former biasanya dipakai di dalam bra. Bagaimana pendapat dr. Ameetha untuk alat bantu ini? “Bisa saja digunakan, tapi sebenarnya efeknya tidak permanen, berbeda dengan hisapan bayi yang bisa lebih permanen membentuk puting ibu.”
Lantas, apakah ibu dengan puting payudara yang datar berarti punya keterbatasan dalam mengeluarkan ASI? “Puting payudara itu lebih ke anatomi saja. Sama seperti rambut, ada yang lurus dan keriting.
Jadi puting datar atau tidak, ASI tetap bisa keluar selama mulut bayi mengisap aerola payudara,” jawab dr. Ameetha sambil menyemangati para ibu berputing datar agar terus semangat menyusui sang buah hati.
Terakhir, dr. Ameetha mengingatkan agar ibu jangan memperkenalkan dot pada anak. Karena dot akan membuat bayi merasa lebih nyaman minum susu ketimbang menyusui langsung pada payudara ibu dengan puting datar.
“Dari sinilah awal terjadinya bingung puting dan kemudian berujung pada tidak suksesnya memberikan ASI eksklusif pada bayi.”
