Bermain bisa menjadi sarana belajar anak yang paling menyenangkan dan dinilai efektif untuk membantu perkembangan si kecil.
Setiap anak membutuhkan gizi serta stimulasi yang tepat untuk membantu menguatkan sinaps-sinaps pada otak. Di mana semakin banyak sinaps-sinaps terbentuk, semakin cepat dan efektif pula otak anak bekerja. Dengan kata lain, si anak menjadi semakin pintar di usia keemasannya.
Cara yang mudah dan menyenangkan untuk menstimulasi si kecil adalah dengan cara bermain. Melalui bermain, si kecil mendapatkan stimulasi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan pada otak dan tubuh anak. Ia dapat mengenal gerakan, suara, bentuk, warna dan sentuhan.
Bermain merupakan sebuah aktivitas yang terpenting di masa kanak-kanak. Karena ia belum dapat belajar yang sama seperti orang dewasa pada umumnya, maka dari itu “belajar” bagi si kecil diganti bermain yang menyenangkan.
Mengenal Tahap Perkembangan Anak
Mengenai perkembangan anak berarti mencakup tumbuh dan kembang. Perkembangan ini meliputi 3 aspek terpenting yaitu aspek fisik, aspek motorik, aspek kognitif, serta aspek sosial emosional. Menurut Ratna Kusumawati, tahap perkembangan kognitif ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
Sensorimotor( 0 bulan – 2 Tahun): Bayi baru lahir hingga usia toddler 2 tahun, akan memahami dunia melalui pengalaman sensori
Pre – Operational (2 Tahun – 7 Tahun): anak memahami dunia melalui bahasa dan simbolis. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan bahasa dan mengenal berbagai macam jenis gambar. Selain itu, pada tahap usia 2 tahun hingga 7 tahun bermain merupakan suatu kegiatan terpenting untuk melatih aspek kognitif pada anak.
Concrete Operational (7 – 11 Tahun): pada usia anak 7 tahun hingga 11 tahun anak akan memahami dunia dengan cara berfikir logis dan perkategori karena pada usia inilah anak mulai disibukan dengan bersekolah.
Formal Operational (Remaja – Dewasa): Remaja dan dewasa akan mengenal dan memahami dunia dengan cara berfikir logis hipotesis, penalaran abstrak.
Tahapan Bermain pada Anak
Sudah tahukah kamu, kalau setiap tahapan bermain pada anak dapat menjadi tanda kemajuan perkembangan kemampuan sosial pada si kecil. Berikut ini merupakan tahapan bermain pada anak. Tahapan bermain pada balita pertama kali adalah unoccupied behavior atau gerakan kosong, yang biasanya dilakukan oleh balita dimulai usia 0 bulan sampai 2 tahun. Pada tahapan ini si kecil lebih senang mengamati lingkungan sekitarnya.
- Solitary Play: Tahapan bermain balita sering dilakukan oleh balita usia 2 sampai 3 tahun. Yang dimaksud solitary play atau soliter adalah anak yang asyik bermain sendiri, tanpa menunjukan ketertarikan pada yang dilakukan oleh orang lain.
- Onlooker Play: Dalam tahap permainan balita ini, mulai ada interaksi sosial untuk tahu lebih banyak tentang aktivitas yang dilakukan atau mengetahui suatu permainan.
- Parallel Play: Pada tahap perkembangan si kecil ini, ia sudah bisa bermain bersama dengan temannya. Walaupun bermain bersama dan berdekatan tetapi tidak ada interaksi antar anak.
- Associative Play: Tahap bermain asosiatif biasanya dimulai saat balita berusia 3 atau 4 tahun. Biasanya mereka sudah bisa bermain bersama dan sudah bisa berinteraksi antar sesama. Selain itu mereka sudah mengetahui jenis mainan apa saja yang dipergunakan.
- Cooperative Play: Tahapan terakhir bermain bagi si kecil adalah bermain kooperatif. Saat bermain kooperatif, si kecil bermain bersama temannya menggunakan aturan tertentu untuk mencapai tujuan bersama atau menyelesaikan tugas khusus.
Manfaat Bermain pada Anak
Saat bermain biasanya anak senang sekali untuk bereksperimen, belajar mengambil risiko, dan melakukan interaksi terhadap temannya. Jadi bermain tidak hanya sekedar menyenangkan namun juga berguna bagi anak. Berikut ini adalah manfaat :
- Fisik
Bermain pasti melibatkan gerakan fisik si kecil, maka dari itu manfaat bermain yang dirasakan adalah mengembangkan motorik kasar, motorik halus dan mengembangkan koordinasi di setiap permainan.
- Sosial
Anak dapat mengembangkan, mengobservasi pada suatu permainan, bekerjasama antar teman, serta berinteraksi secara sosial.
- Emosional
Melalui bermain anak dapat bebas mengekspresikan emosinya tanpa merasa terancam. Selain itu, anak dapat belajar untuk mengontrol emosinya.
- Bahasa.
Saat bermain anak belajar untuk mendapatkan kosakata baru dan berinteraksi, sehingga perkembangan bahasanya pun bisa terstimulasi.
- Kognitif.
Bermain anak dapat bereksplorasi, ia mulai mengenal berbagai macam hal baru. Si kecil dapat mengasah pola berpikirnya, kemampuan penalarannya, seperti mengenal warna, mengenal bentuk, dan berpikir kritis. Jadi semua aspek semua perkembangan ini bisa terstimulasi melalui kegiatan yang menyenangkan bermain.
Contoh Permainan Edukatif pada Anak
Kamudi rumah pasti mempunyai segudang jenis mainan untuk anak, akan tetapi coba perhatikan lagi, apakah mainan tersebut dapat menstimulasi perkembangan pada anak? Berikut ini contoh permainan edukatif yang cocok bagi si kecil :
- Puzzle
- Siapa yang tidak mengenal permainan puzzle? Permainan puzzle juga bagus sekali untuk si kecil karena pada permainan ini mencakup aspek kognitif. Selain itu, permainan ini mempunyai tantangan tersendiri bagi si kecil untuk menyelesaikannya.
- Stacking Toys
Permainan ini merupakan permainan menyusun suatu objek. Kamu dapat lakukan dengan cara bermain balok.
- Stringing Toys
Jenis permainan ini bisa dikatakan untuk melatih motorik halus si kecil. Pada permainan ini juga meliputi tantangan, melatih koordinasi antara mata dan tangannya. Contohnya meronce suatu objek.
- Nesting Toys
Permainan yang mengurutkan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar terhadap objek. Dengan bermain nesting toys, kamu dapat mengajarkan konsep pelajaran matematika atau belajar dengan konsep ukuran.
- Sorting Games
Jenis permainan yang memilah memilih suatu mainan anak. Contohnya, menyamakan mainan dengan warna yang senada.