KB IUD adalah salah satu metode kontrasepsi yang banyak dipilih karena dinilai aman. Simak penjelasan tentang KB IUD dan efek sampingnya berikut ini!
KB adalah singkatan dari "Keluarga Berencana," yang merupakan praktik atau program yang dirancang untuk membantu pasangan atau individu mengatur jumlah anak yang mereka miliki dan interval antara kelahiran anak-anak mereka. Tujuannya adalah memberikan kontrol atas kesuburan dan memungkinkan pasangan untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan jumlah anak yang mereka inginkan, kapan mereka ingin memiliki anak, dan interval antara kelahiran anak-anak mereka.
KB dapat mencakup berbagai metode, seperti penggunaan kontrasepsi, edukasi reproduksi, perawatan kesuburan, dan lain-lain. Untuk metode kontrasepsi memang banyak jenisnya, mulai dari kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non hormonal. Ada juga yang menamakan kontrasepsi alami, yaitu cara pencegahan kehamilan yang memainkan tanggal kesuburan wanita.
Kali ini, akan membahas salah satu alat kontrasepsi atau metode kontrasepsi yang sering digunakan para wanita, yaitu IUD. IUD merupakan alat kontrasepsi yang ditempatkan di dalam rahim, dapat berisi hormon atau tembaga, dan mencegah kehamilan dengan berbagai mekanisme.
Baca Juga: 10 Merek Pil KB yang Bagus & Aman untuk Cegah Kehamilan
Apa Itu KB IUD?

Sumber Gambar: Medical News Today
KB IUD adalah metode kontrasepsi intrauterin, yang sering disebut sebagai "IUD" saja. IUD adalah singkatan dari "Intrauterine Device." Ini adalah jenis kontrasepsi yang memanfaatkan alat yang ditempatkan di dalam rahim wanita untuk mencegah kehamilan. Ada dua jenis utama IUD yang tersedia:
- IUD Hormonal: IUD hormonal mengandung hormon progestin. Ini adalah hormon yang serupa dengan hormon progesteron yang diproduksi oleh tubuh wanita. IUD hormonal melepaskan hormon ini secara bertahap ke rahim dan memiliki efek kontraseptif. Hormon ini dapat mencegah sperma bertahan hidup dalam rahim, mengubah lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan juga mengubah dinding rahim sehingga lebih sulit bagi telur yang telah dibuahi untuk melekat.
- IUD Non-Hormonal: IUD non-hormonal, juga dikenal sebagai IUD tembaga, tidak mengandung hormon. Sebaliknya, IUD tembaga memiliki lapisan tembaga yang mempengaruhi sperma dan mencegah mereka untuk mencapai dan membuahi sel telur. IUD tembaga juga mengubah lendir serviks sehingga lebih sulit dilalui oleh sperma.
IUD adalah metode kontrasepsi yang sangat efektif dan memiliki beberapa keunggulan, seperti efek jangka panjang (hormonal dapat bertahan hingga 3-5 tahun, sementara non-hormonal dapat bertahan hingga 10 tahun), kemampuan untuk menghentikan penggunaan kapan saja jika kehamilan diinginkan, dan tidak memerlukan perhatian sehari-hari seperti pil kontrasepsi.
Namun, pemilihan IUD harus didiskusikan dengan profesional kesehatan, karena ada beberapa pertimbangan individu yang perlu dipertimbangkan, seperti riwayat medis, toleransi terhadap hormon, dan preferensi pribadi. IUD juga tidak melindungi dari penyakit menular seksual, jadi penggunaan kondom atau metode kontrasepsi tambahan lainnya mungkin diperlukan untuk perlindungan.
Efek Samping KB IUD
IUD (Intrauterine Device) adalah metode kontrasepsi yang efektif, tetapi seperti metode kontrasepsi lainnya, ada potensi efek samping yang mungkin terjadi. Efek samping yang dialami setiap individu dapat berbeda, dan beberapa orang mungkin tidak mengalami efek samping sama sekali. Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terkait dengan penggunaan IUD:
- Kram Perut: Beberapa wanita mengalami kram perut ringan hingga sedang setelah pemasangan IUD. Ini biasanya merupakan respons normal tubuh terhadap alat yang masuk ke dalam rahim.
- Perdarahan Abnormal: Perdarahan menstruasi yang lebih berat atau pendarahan di luar siklus menstruasi adalah efek samping yang umum terkait dengan IUD. Beberapa jenis IUD hormonal dapat menyebabkan perdarahan menstruasi yang lebih ringan atau bahkan amenore (tidak ada menstruasi sama sekali).
- Nyeri atau Tidak Nyaman: Beberapa wanita melaporkan merasakan rasa tidak nyaman atau nyeri setelah pemasangan IUD. Rasa tidak nyaman ini biasanya berlangsung hanya beberapa hari hingga beberapa minggu setelah pemasangan.
- Infeksi: Meskipun risikonya rendah, ada potensi untuk infeksi setelah pemasangan IUD. Gejala infeksi bisa meliputi nyeri perut yang parah, demam, atau keputihan yang tidak normal. Jika Anda mengalami gejala seperti ini, segera konsultasikan dengan profesional kesehatan.
- Penyisipan yang Gagal: Dalam beberapa kasus, IUD mungkin tidak berhasil disisipkan dengan benar dan mungkin perlu dikeluarkan atau diganti.
- Perubahan pada Siklus Menstruasi: Beberapa jenis IUD hormonal dapat menyebabkan perubahan pada siklus menstruasi, seperti perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan ringan di antara menstruasi.
- Alergi atau Reaksi Alergi: Meskipun jarang, beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap bahan IUD atau pelapisan IUD.
- Perforasi Rahim: Ini adalah efek samping yang sangat jarang terjadi, tetapi dalam beberapa kasus, IUD dapat menusuk atau menembus dinding rahim.
Penting untuk dicatat bahwa efek samping IUD seringkali bersifat sementara dan akan berkurang seiring waktu. Jika Anda mengalami efek samping yang mengkhawatirkan atau tidak nyaman, segera bicarakan dengan profesional kesehatan Anda. Sebelum memutuskan untuk menggunakan IUD, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang jenis IUD yang sesuai untuk Anda, serta potensi risiko dan manfaatnya.
Baca Juga: Cara Minum Pil KB yang Benar untuk Mencegah Kehamilan
Tanda-tanda KB IUD Bermasalah

Sumber Gambar: Pexels
Dalam beberapa kasus, IUD dapat mengalami masalah atau komplikasi. Berikut adalah beberapa tanda-tanda IUD bermasalah:
- Perdarahan yang Tidak Normal: Jika Anda mengalami perdarahan menstruasi yang sangat berat, perdarahan di antara periode, atau perdarahan setelah hubungan seksual, ini mungkin merupakan tanda bahwa IUD Anda mengalami masalah.
- Nyeri yang Berlebihan: Jika Anda merasa nyeri atau kram perut yang sangat parah, terutama setelah pemasangan IUD atau dalam beberapa minggu setelahnya, ini bisa mengindikasikan masalah.
- Hilang atau Teraba Tali IUD: Pada beberapa jenis IUD, terdapat tali yang digunakan oleh dokter untuk memeriksa posisi IUD. Jika Anda merasa atau melihat tali IUD, atau jika tali IUD tiba-tiba hilang, ini bisa menjadi tanda bahwa IUD telah bergeser atau keluar dari tempatnya.
- Perubahan dalam Pengalaman Seksual: Jika Anda atau pasangan merasa ketidaknyamanan atau rasa sakit yang tidak biasa selama atau setelah hubungan seksual, ini bisa terkait dengan pergeseran atau masalah dengan IUD.
- Infeksi: Ciri-ciri infeksi karena IUD bisa ditandai dengan demam, nyeri perut yang parah, atau keputihan yang tidak normal dapat menjadi tanda bahwa IUD menyebabkan infeksi.
- Perubahan dalam Siklus Menstruasi: Perubahan drastis dalam siklus menstruasi Anda, seperti amenore (tidak ada menstruasi sama sekali) setelah menggunakan IUD hormonal, dapat menjadi tanda bahwa ada masalah.
- Pengalaman Berhubungan Seksual yang Tidak Biasa: Jika pasangan Anda merasa menemukan tali IUD selama hubungan seksual atau mengalami ketidaknyamanan yang tidak biasa, ini bisa mengindikasikan masalah.
Jika Anda mengalami salah satu dari tanda-tanda tersebut, segera hubungi profesional kesehatan Anda atau dokter yang memasang IUD Anda. Mereka dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah ada masalah dengan IUD Anda dan, jika diperlukan, mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya atau menggantinya. Penting untuk tidak mencoba mengeluarkan IUD sendiri karena ini dapat meningkatkan risiko komplikasi atau cedera.
Itu dia beberapa informasi mengenai kontrasepsi IUD yang perlu diperhatikan. Namun, ada beberapa hal juga yang harus dihindari saat menggunakan KB IUD, seperti mencabut IUD sendiri, penggunaan tampon yang terlalu keras, penggunaan alat kontrasepsi tambahan seperti kondom dan pil kontrasepsi, dan jangan mengabaikan pemeriksaan secara rutin.