ADHD dan hiperaktif mungkin terlihat serupa bagi orang awam, namun keduanya sebenarnya memiliki banyak perbedaan. Berikut ini penjelasan selengkapnya.
Saat anak sangat aktif dan tidak bisa diam dibandingkan teman-teman sebayanya, orang tua mungkin menganggapnya sebagai tanda ADHD ataupun hiperaktif. Namun, menegakkan diagnosa keduanya tidak semudah itu.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai ADHD dan hiperaktif, Anda perlu mengetahui definisinya terlebih dahulu.
Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, dr. Rizky Kusuma Wardhani, SpKFR, staf medik dan pengajar Departemen Rehabilitasi Medik Divisi Rehabilitasi Pediatri RS Cipto Mangunkusumo – FKUI, menjelaskan definisinya.
Menurut Rizky, anak-anak secara alami akan aktif dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
Perbedaan yang paling mendasar untuk membedakan anak normal dengan hiperaktif serta anak ADHD adalah gejala-gejala yang ada sudah mengganggu kemampuan fungsi anak untuk keseharian, seperti mengikuti pelajaran di sekolah, atau kegiatan lingkungan.
Pada ADHD, gejala-gejala yang ada bersifat permanen dan tidak sesuai dengan level perkembangan anak,” jelas dokter yang juga praktek di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan, dan RS Abdul Radjak, Salemba, Jakarta Pusat, ini.
Hiperaktif dan impulsif sendiri merupakan gejala penting untuk mendiagnosa ADHD. Berikut ini beberapa tanda anak ADHD serta hiperaktif yang dikemukakan oleh dr. Rizky Kusuma Wardhani.
Baca juga: Pilihan homeschooling untuk anak berkebutuhan khusus
Tanda-tanda Anak ADHD
Ini merupakan beberapa tanda anak dengan ADHD yang dijelaskan oleh Rizky. Melihat dari kriteria ADHD berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM-V), anak dengan ADHD akan menunjukkan tanda-tanda dari gangguan pemusatan perhatian dan atau hiperaktivitas serta impulsivitas.
Anak harus memenuhi 6 atau lebih gejala pada masing-masing gangguan dan gejala tersebut terjadi sebelum usia 12 tahun.
Tanda-tanda gangguan pemusatan perhatian yang bisa ditemukan pada anak ADHD, misalnya dalam bentuk sulit untuk memperhatikan hal rinci atau sering ceroboh dalam mengerjakan tugas dan sulit untuk mempertahankan perhatian saat mengerjakan tugas atau bermain.
Selain itu anak ADHD, akan tampak seperti tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung dengan orang lain, mudah untuk terdistraksi, dan kerap lupa kegiatan sehari-hari.
Tanda-tanda Anak Hiperaktif
Anak terlihat sangat aktif, energik, dan sulit untuk duduk. Namun, anak masih mampu mengontrol emosi dan keinginannya, memusatkan perhatian, bersikap sesuai level perkembangan usia, dan dapat mengikuti kegiatan di sekolah, rumah, maupun kegiatan sosial.
Tanda-tanda dari anak hiperaktif lainnya, misalnya tidak dapat duduk tenang di kursi, sering berlari atau memanjat di situasi yang tidak seharusnya, mengalami kesulitan untuk menunggu giliran antrian, dan sebagainya.
Sulit untuk bisa diam, banyak bergerak atau berbicara, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan daya fokus yang tidak lama.
Namun, dokter tidak menemukan tanda-tanda lain yang dijumpai pada anak ADHD. Penyebab dari hiperaktivitas salah satunya adalah gangguan dalam pemrosesan sensori.
Bagaimana tahapan pemeriksaan anak ADHD?
Menurut Rizky, memang tak mudah membedakan penyandang ADHD, terutama yang tergolong ringan, dengan anak normal yang hiperaktif. Tidak ada tes untuk mendiagnosis secara pasti jenis gangguan ini, mengingat gejalanya bervariasi tergantung usia, situasi, dan lingkungan.
Hal ini menunjukkan ADHD merupakan suatu gangguan yang kompleks berkaitan dengan pengendalian diri dalam berbagai variasi gangguan tingkah laku. Berdasarkan penjelasan Rizky pada Parentstory untuk pemeriksaan awal ADHD bisa dilakukan skrining atau observasi oleh orang tua maupun guru sekolah.
Caranya, dengan melihat tanda maupun gejala pada anak yang menyerupai ADHD. Selanjutnya, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk penegakan diagnosis, biasanya dilakukan oleh psikiatri anak (SpKJ, spesialis kedokteran jiwa), dan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis rehabilitasi medik (Sp. KFR) yang berkenaan dengan terapi non farmakologis dan tatalaksana gangguan fungsional yang terjadi,” ucapnya.
Langkah penanganan atau pengobatan anak dengan ADHD
Rizky menjelaskan, penanganan dan pengobatan ADHD disesuaikan dengan gejala yang timbul dan gangguan fungsional yang terjadi pada anak.
Terapinya dapat berupa kombinasi dari terapi farmakologis (obat-obat psikostimulan) dan non farmakologis. Keduanya bisa saling menunjang untuk mengatasi gejala dan pencapaian hasil yang optimal pada penyandang ADHD.
Berikut ini adalah beberapa langkah penanganan pasien ADHD yang dijelaskan oleh Rizky: Segera konsultasikan ke dokter apabila Anda mencurigai si kecil memiliki gangguan hiperaktif disertai ciri-ciri yang menyertai ADHD.
Tata laksana utama ADHD adalah dukungan dari lingkungan rumah. Orang tua mampu menerima kondisi yang dialami anak. Hal ini, menurut Rizky, merupakan modal utama agar anak tetap bisa berkembang secara optimal.
Orang tua juga diharapkan bisa memberikan program latihan fisik baik dalam bentuk olahraga maupun permainan. Tujuannya, untuk mencukupi kebutuhan sensori anak dan merangsang otak untuk mengeluarkan hormon yang dapat membantu meningkatkan fokus serta perhatian anak.
Pemberian dan pemilihan nutrisi dengan gizi seimbang akan menunjang keberhasilan terapi anak pula. Selain itu, pengaturan dan pendisiplinan waktu tidur serta pengoptimalan kualitas tidur anak akan memberikan dampak positif bagi perbaikan gejala ADHD.
Tata laksana dalam lingkungan rumah sakit diberikan beragam sesuai dengan kondisi anak. Terapi non farmakologis, seperti terapi perilaku, sensori integrasi, latihan kemampuan sosial anak, serta konseling bagi anak, orang tua maupun guru diharapkan dapat memperbaiki dampak gangguan ADHD terhadap perilaku dan juga gangguan fungsi yang dialami anak.
Pada Parentstory Rizky juga mengungkapkan, harapannya akan adanya edukasi yang seluas-luasnya untuk lingkungan sekolah dan masyarakat tentang penyakit ADHD. “Stigma masyarakat terhadap anak dengan ADHD yang diberi cap ‘nakal’ harus diubah.
Sekolah dan masyarakat diharapkan mengerti tentang penyakit yang ternyata berkaitan dengan gangguan perilaku anak, serta dapat berpartisipasi dalam optimalisasi fungsi dan peran anak,” pungkasnya.
Itu dia, Toppers beberapa hal yang dapat kamu ketahui mengenai perbedaan anak hiperaktif dan ADHD.