Jika kamu sedang mencari pilihan alat kontrasepsi, mungkin kamu bisa mencoba salah satu metodenya, yaitu IUD atau biasa disebut KB Spiral.
IUD adalah singkatan dari Intrauterine Device alat kontrasepsi yang berbentuk seperti huruf ‘T’ dan dapat mencegah kehamilan.
Dilansir dari situs resmi DKT Indonesia, sistem IUD adalah mengacaukan cara kerja sperma, sehingga dapat mencegah pembuahan sel telur. Alat kontrasepsi ini dapat memberikan perlindungan dari kehamilan selama bertahun-tahun, antara 4, 5, hingga 10 tahun tergantung pada tipe IUD yang dipakai.
Ada beberapa jenis IUD, yaitu Tcu 380 A, Silverline Cu 380 Ag, TCu 380 A Postpartum, Sleek Cu 375, Tcu 380 A Safe Load,dan Silverline Cu 200 Ag.
DKT Indonesia sendiri merupakan organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 1997 dan memberikan layanan informasi mengenai permasalahan kesehatan reproduksi bersama tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya.
IUD merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim seorang wanita dan biasanya dokter hanya menyisakan sedikit filamen atau benang kecil sampai di mulut rahimnya.
Kadang-kadang dipotong sampai panjang, jadi tidak ada sama sekali benangnya yang keluar dari mulut rahim,” jelas dr. Prima Progestian, SpOG, MPH, CPHR, CCP, pada sebuah video tentang IUD di akun Youtube, Gue Sehat.
Bila benang IUD masih terlalu panjang, menurut dr. Prima, akan dapat menimbulkan rasa nyeri pada laki-laki ketika sedang berhubungan seksual. Karena pemotongan benang kurang pendek, benang yang kepanjangan tersebut bisa terasa seperti menusuk kepala penis. Sementara itu, rasa nyeri ketika berhubungan seksual pada perempuan pengguna IUD, dapat terjadi bila ada infeksi.
Misalnya, karena posisi spiralnya miring. “Ketika ada keluhan nyeri pada saat berhubungan bagi pengguna IUD baik pada laki-laki maupun wanita, sebaiknya kontrol ke dokter, agar dilihat ada masalah apa.
Umumnya, tidak ada nyeri bagi pengguna IUD saat berhubungan,” tutur dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang sempat mengikuti pelatihan fertilisasi invitro (bayi tabung) di Jerman ini.
Efektif, Aman, dan Nyaman
Situs kesehatan terkemuka, webmd.com, menjelaskan, bahwa jika kamu menggunakan IUD dengan benar, peluang kamu untuk hamil kurang dari 1%.
Inilah mengapa IUD dianggap sebagai alat kontrasepsi yang efektif. Selain itu, IUD juga merupakan alat kontrasepsi yang aman, tahan lama, dan tidak merepotkan.
Ibu menyusui pun diperbolehkan menggunakan IUD karena aman. Menurut dr. Prima, posisi IUD juga pas dengan ukuran rongga rahim, sehingga tidak akan bergoyang atau bergerak di dalam rahim.
Mungkin kamu pernah mendengar dari pengguna IUD yang mengeluhkan terjadinya pendarahan saat berhubungan seksual, sehingga membuat kamu tak ingin menggunakannya. Perlu kamu ketahui, hal tersebut seharusnya tidak terjadi bila tidak ada masalah.
Menurut dr. Prima, pengguna IUD yang mengalami pendarahan ketika berhubungan seksual, harus mengeceknya ke dokter. “Kita harus memastikan, apakah ada masalah lain?
Mungkin ketika dipasang IUD menimbulkan suatu gesekan, suatu luka, jadi ada pendarahan. Itu pada awal-awal bisa terjadi. Tapi, ketika dia sembuh, sebetulnya IUD tidak menimbulkan pendarahan. Jadi, kita harus cari faktor yang lain.”
Lalu, bagaimana bila terjadi pendarahan pada pengguna IUD saat berhubungan? Dr. Prima mengatakan, “Kita harus melihat sumber perdarahan.
Apakah dari mulut rahimnya atau berasal dari dalam rahim? Kalau dari dalam rahim, berarti ada kesalahan posisi dalam pemasangan spiral atau karena adanya infeksi pada mulut rahim yang mengalami suatu luka ‘erosi serviks’.
Sehingga, mulut rahim menjadi rentan terhadap gesekan dan luka berdarah.” Itulah mengapa bila terjadi pendarahan, kamu harus segera memeriksakannya, agar dokter dapat memastikan faktor yang menyebabkan pendarahan.
Bisa karena gangguan posisi IUD atau karena ada faktor infeksi yang lain. Bagi pengguna IUD, posisi berhubungan seksual pun dipersilakan untuk memilih posisi apa saja selama nyaman.
Pasalnya, IUD itu tidak akan bergeser dengan posisi tertentu. Jadi, selama posisi IUD bagus, tidak akan ada masalah dan tidak akan menimbulkan gangguan apapun terhadap IUD.
Namun, dr. Prima menyarankan untuk tidak berhubungan seksual pada waktu 1 minggu setelah pemasangan IUD. Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu beradaptasi bagi IUD di dalam rahim serta untuk menyembuhkan bila terdapat sedikit luka saat pemasangan IUD.
Kelemahan dari IUD
Menurut Dr. Liji Thomas, dokter obgyn yang kerap menulis artikel di situs kesehatan news-medical.net, terlepas dari manfaat dari IUD, alat kontrasepsi ini juga memiliki kelemahan kecil dan besar, seperti: Menoragia, merupakan keluhan yang sering terjadi pada pengguna IUD, begitu pula gangguan menstruasi dismenore dan polmenore.
Ini juga merupakan alasan utama penghentian IUD. Tidak memberikan perlindungan apapun terhadap infeksi menular seksual.
Ada sedikit risiko (1%) tertular infeksi uterus selama pemasangan IUD dalam waktu 20 hari setelah pemasangan.
Risiko akan meningkat jika perempuan tersebut rentan terhadap infeksi menular seksual. Sebelum pemasangan, sebaiknya pengguna IUD harus diuji untuk gonore atau klamidia, dan untuk organisme lain jika mereka memintanya.
Untungnya, infeksi panggul dengan IUD dalam rahim dapat diobati secara adekuat tanpa melepas alat. Ada risiko kehamilan ektopik yang lebih tinggi jika konsepsi terjadi selama menggunakan IUD, meskipun kehamilan sangat jarang terjadi dengan alat kontrasepsi ini.
BACA JUGA: RAGAM PANTANGAN SAAT HAMIL YANG HARUS BUNDA HINDARI
Itu dia, Toppers beberapa keunggulan serta kelemahan dari menggunakan IUD. Pastikan untuk memilih alat kontrasepsi sesuai dengan kenyamanan kamu. Jangan lupa juga untuk berdiskusi bersama pasangan untuk mendapatkan keputusan terbaik.
