Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Apakah Anak ADHD Bisa Sembuh?

02 October 2021
Share
Apakah Anak ADHD Bisa Sembuh?

Pada prinsipnya, pemberian obat pada anak dengan ADHD diberikan ketika gejalanya muncul sampai kondisinya membaik.


Salah satu pertanyaan yang sering muncul di benak orang tua tentang anaknya yang didiagnosa Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah ‘Apakah anak saya bisa sembuh, atau harus minum obat seumur hidupnya?’. 

Sebelum menjawab pertanyaan ini, dr. Herbowo Agung F. Soetomenggolo, Sp.A(K)., menjelaskan ADHD atau dalam bahasa Indonesia adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), disebabkan oleh adanya gangguan pada otak. Lebih spesifik gangguan terjadi pada pengiriman neurotransmiter.

Inilah Fungsi Medikasi pada Anak dengan ADHD

Neurotransmiter sendiri adalah senyawa neurokimia yang tugasnya menyampaikan pesan antara sel saraf atau neuron ke saraf target. Jadi, di dalam otak manusia ada milyaran sel saraf yang semuanya harus saling terkoneksi dan berkomunikasi agar tubuh dapat berfungsi dengan memberikan respon atau melakukan tindakan fisik. Adapun neurotransmiter ibarat pengantar pesan yang menghubungkan sel-sel saraf tersebut. Lalu yang terjadi pada anak ADHD adalah, neurotransmitter mereka tidak berfungsi secara optimal sehingga mereka sulit untuk memusatkan perhatian, tapi juga memiliki perilaku yang impulsif dan hiperaktif. 

Maka penanganannya dijelaskan dr. Herbowo adalah, dengan intervensi perilaku dan obat. Intervensi perilaku bertujuan untuk memperbaiki fungsi sosial sehari-hari, jadi anak dengan ADHD lebih bisa berinteraksi serta menjaga perhatian. “Sedangkan terapi obat bertujuan untuk meredam gangguan yang ada di otak, sehingga anak bisa mengikuti perintah. Karena ADHD adalah kelainan organik, maka medikasi akan sangat membantu kerja otak. Jadi jangan takut dengan terapi obat-obatan yang diberikan,” papar dr. Herbowo yang merupakan dokter anak spesialis konsultan saraf ini.

Adapun penentuan obat yang diberikan, disebutkan dr. Herbowo harus melalui analisa yang komprehensif. “Harus dilihat gejala, fungsi, dan komorbidnya. Analisa gejala, apa saja gejalanya, dan sudah dialami sejak kapan? Fungsi yang terganggu apa saja. Ini akan memengaruhi target terapinya.” Ia lantas memberikan contoh, pada yang masalahnya pada fungsi perhatian, maka yang harus ditangani adalah kemampuan perhatiannya. Kalau yang bermasalah adalah hiperaktivitasnya, maka yang ditangani adalah hiperaktivitasnya.

BACA JUGA: Tips Meringankan Pegal Saat Hamil bagi Ibu Bekerja

Apakah Terapi Obat dilakukan Seumur Hidup atau Sampai Kondisi Membaik?

“Diberikan hanya sampai kondisi anak membaik, jadi tidak diberikan seumur hidup,” jawab dr. Herbowo. Tapi kalau ternyata gejalanya tidak membaik, apakah artinya obatnya harus dikonsumsi seumur hidup? “Keputusan terapi obatnya tidak seperti itu. Karena terapi obat hanya diberikan saat kondisinya tidak baik. 

Misalnya, ketika konsultasi kondisinya tidak bisa mendengarkan perintah, maka biasanya akan dibantu dengan obat, supaya gejalanya membaik. Lalu diberikan terapi perilaku untuk memahami apa yang boleh dan tidak boleh. Sehingga anak jadi lebih tenang dan mendengarkan orang,” paparnya pada webinar bertajuk, “Menjaga Kesehatan pada Anak dengan ADHD, di Masa yang digelar PT Johnson & Johnson Indonesia.

Lalu pada saat kondisinya membaik, yaitu anak sudah bisa mendengarkan perintah, maka dosis obatnya akan diturunkan sampai dia benar-benar tidak memerlukan lagi. “Kata kuncinya, diberikan obat sampai gejalanya membaik. Jadi tidak perlu takut.” Pemberian obat juga dilakukan sampai kurun waktu tertentu. “Walaupun diberikan, bisa jadi minum obatnya tidak perlu tiap hari. Misalnya ketika anak mau ujian, agar membantunya bisa fokus, maka diberikan obatnya.”

BACA JUGA: 10 Rekomendasi Buku Anak Terbaru untuk Usia 1-4 Tahun

Adakah Efek Samping yang Harus Diantisipasi?

Efek samping yang paling banyak dialami adalah mengantuk. Ini bisa disiasati dengan pemilihan waktu konsumsi obat. Tapi pemberian dosis obatnya pun ditegaskan dr. Herbowo, sangat dikontrol. “Mulai dari dosis kecil yang perlahan-lahan naik. Kita tidak mau juga langsung memberikan dosis besar karena ini akan membuat anak tidur seharian dan tentu mengganggu aktivitas harian mereka.” Adapun obat yang diberikan bisa jadi banyak, tapi ada yang durasi bekerja obatnya pendek dan panjang. 

Untuk yang durasi kerja obatnya pendek, biasanya dosis pemberian adalah 2-3 kali sehari. Sementara, untuk yang durasi kerja obatnya panjang, bisa hanya 1 kali sehari. “Keuntungan yang 1 kali sehari, kemungkinan untuk lupa minum obat kecil, plus tidak mengganggu aktivitas sekolah. Ini kenapa obat yang durasi kerjanya panjang lebih disukai,” jelas dr. Herbowo seraya menyebutkan kalau terapi obat ADHD saat ini sudah ditanggung BPJS. “Artinya, jangan takut kalau obatnya mahal, karena di BPJS. Bahkan pemeriksaan dan terapi juga ditanggung BPJS. Jadi sebenarnya tidak ada kesulitan membawa mendapatkan terapi,” tutup dr. Herbowo dengan tegas. 

BACA JUGA: 10 UV Sterilizer Box Terbaik untuk Botol Susu & Perlengkapan Makan Bayi

Demikianlah, penjelasan lengkap mengenai obat ADHD mulai dari fungsi medikasi hingga efek sampingnya, Toppers. Kamu juga bisa menemukan berbagai vitamin dan obat lainnya hanya melalui Tokopedia. Yuk, kunjungi Tokopedia sekarang juga dan nikmati berbagai promo menariknya! 

TAGS
    Share
    TokopediaTokopedia

    Related Articles

    10 Rekomendasi Merek Tas Anak Sekolah yang Bagus dan Awet
    Kids and Parenting
    10 Rekomendasi Merek Tas Anak Sekolah yang Bagus dan Awet
    © 2009-2023, PT Tokopedia