Profil anak sulung yang bertanggung jawab dan dominan membentuk generalisasi kalau anak sulung berbakat jadi pemimpin.
Tahukah Anda, kalau ternyata ada seorang psikoterapis yang mempelajari urutan kelahiran dan pengaruhnya pada kepribadian. Adalah psikoterapis asal Austria, Alfred Adler yang pertama kali mempelajarinya. Ia percaya bahwa anak pertama tidak pernah harus bersaing untuk mendapatkan perhatian orang tua dan cenderung merasa bertanggung jawab terhadap adik-adik mereka. Alhasil, kepribadian mereka terbentuk menjadi perfeksionis, pekerja keras, serta sangat berhati-hati.
Beginilah karakteristik psikologis menurut urutan kelahiran
Sedangkan anak kedua, menurut Adler seperti dilansir dari The Conversation Indonesia, selalu merasa harus bersaing dengan kakak mereka serta berusaha mengejar ketinggalannya. Hal ini karena anak tengah berada di antara kakak dan adik mereka, yang bisa jadi sering bersekongkol terhadap mereka. Alhasil, anak tengah jadi lebih mudah marah dan sensitif terhadap kritik.
Bagaimana dengan anak bungsu?
Adler menyebutkan, karena paling sering dimanja membuat mereka sangat bergantung pada keluarga dan menuntut agar semuanya dilakukan untuk mereka. Tapi bisa jadi mereka juga merasa sebaliknya, yaitu merasa tidak diinginkan, tidak disukai, atau bahkan diabaikan. Teori-teori Adler ini tetap berpengaruh. Bahkan sampai sekarang, mengamati hubungan kepribadian dengan urutan kelahiran masih menjadi bidang studi penting dalam psikologi. Dan peran anak pertama memiliki daya tarik tertentu, terutama saat membahas kaitannya dengan karakteristik kepemimpinan.
Studi: Anak sulung cenderung menjadi kepala eksekutif dan manajer senior. Berdasarkan studi yang dilakukan di Swedia pada 2017, anak sulung memiliki sifat kepribadian yang lebih disukai karena terbuka terhadap pengalaman baru, ramah, serta memiliki emosi yang lebih stabil dibanding saudara kandung mereka yang lebih muda. Inilah yang membuat mereka cenderung menjadi kepala eksekutif dan manajer senior.
Sedangkan anak-anak yang lahir setelahnya, cenderung suka mengambil risiko, sehingga membuatnya tumbuh menjadi wiraswasta. Kebanyakan anak sulung memiliki karakteristik psikologis yang berkaitan dengan kepemimpinan seperti tanggung jawab, kreatif, patuh dan dominasi. Mereka juga lebih cenderung memiliki kemampuan akademik serta tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada adik mereka. Mengapa?
Dari perspektif evolusi, orang tua menyediakan segala hal, mulai dari tempat tinggal dan makanan, pada anak sulung agar dapat bertahan hidup dan bereproduksi. Tapi hal ini juga membuat orang tua harus melakukan pengorbanan, karena mereka kemudian menjadi tidak dapat menginvestasikan sumber daya yang sama besarnya pada keturunan yang selanjutnya.
Alhasil, anak yang lebih muda harus bersaing untuk mendapatkan sumber daya serta perhatian orang tua yang terbatas. Selain dari perspektif evolusi, harapan orang tua juga menjadi faktor mengapa orang tua cenderung lebih keras dalam mengasuh anak sulung. Karena orang tua mengharapkan anak sulung sebagai panutan dan pengganti orang tua untuk adik-adik mereka, maka anak sulung dibentuk jadi lebih tangguh serta mempertahankan nilai-nilai orang tua.
Tak hanya itu, anak sulung kemudian merasa harus mempertahankan posisi “pertama” mereka. Maka persaingan dan konflik antara anak sulung dan adiknya adalah hasil dari kebutuhan adik kandung untuk membangun posisi mereka dalam keluarga.
Meskipun mereka berlomba bahkan meniru peran anak sulung, tapi posisi istimewa ini tetaplah milik anak sulung. Anak yang lahir kemudian harus membedakan diri untuk “memikat” sumber daya orang tua. Inilah yang menjadi penjelasan mengapa anak nomor dua atau anak tengah, cenderung lebih memberontak. Kualitas-kualitas inilah yang dilihat sebagai faktor yang membentuk anak sulung lebih sukses.
Banyak faktor yang memengaruhi pembentukan karakter kepemimpinan anak sulung
Semua penjelasan tersebut memang masuk akal dan didukung oleh beberapa studi. Namun temuan lain juga menyebutkan adanya faktor-faktor lain yang terkadang diabaikan seperti jenis kelamin saudara kandung.
Efek anak sulung yang berpotensi menjadi direktur eksekutif menjadi lebih lemah pada kasus anak sulung laki-laki yang memiliki adik sulung laki-laki setelahnya. Jarak usia juga menjadi faktor lain yang harus diperhitungkan. Karena kesenjangan usia yang lebih besar antara saudara kandung menyebabkan anak sulung memainkan lebih banyak peran sebagai orang tua pengganti serta mengurangi konflik persaingan antar saudara kandung.
Usia kesuburan ibu juga dapat memengaruhi hasil kepribadian, karena ibu yang berusia semakin matang ketika anak-anak berikutnya lahir dibanding ketika melahirkan anak pertama memengaruhi pembentukan karakter anak dan banyak penelitian yang tidak memperhitungkan faktor ini.
BACA JUGA: JENIS JENIS MAINAN UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN OTAK ANAK
Iinkonsistensi dalam temuan yang berasal dari faktor-faktor yang terkadang diabaikan membuat hubungan antara kemampuan dan urutan kelahiran menjadi tidak kuat. Oleh karena itu, tampaknya profil psikologis si anak sulung ini sepertinya memang terlalu digeneralisasi.