• socmed Facebook icon
  • socmed Instagram icon
  • socmed Twitter icon
  • socmed Youtube icon
Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Diet GAPS, Pola Makan untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Share

Diet GAPS, Pola Makan untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Simak teori pola makan GAPS dalam menghindari makanan tertentu, seperti biji-bijian dan gula, dapat mengobati autisme, ADHD, dan disleksia.


Istilah ‘GAPS’ merupakan singkatan dari Gut And Psychology Syndrome (sindrom usus dan psikologi). Dasar pemikiran dari pola makan GAPS, yaitu kesehatan usus terkait dengan kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. 

Teori ini dikemukakan oleh Dr. Natasha Campbell-McBride, yang menemukan GAPS. Ia percaya, bahwa nutrisi buruk dan usus yang bocor, atau peningkatan sifat serap pada usus, bertanggung jawab atas banyak masalah psikologis, neurologis, hingga perilaku. Dalam teori ini, meningkatkan kesehatan usus dapat meningkatkan kondisi kesehatan lainnya.

Berawal dari Usus

Menurut teori GAPS, usus yang bocor akan melepaskan bakteri dan racun berbahaya ke dalam aliran darah, yang kemudian berpindah ke otak, lalu mengganggu fungsi otak. Teori tersebut mengatakan, bahwa menghindari makanan yang merusak usus dapat membantu mengobati kondisi seperti, gangguan spektrum autisme (GSA), gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan disleksia.

Dalam sebuah seminar bertajuk, “Autistic and Autoimmune Epidemic Natasha Campbell McBride’”, dokter medis berpengalaman sekaligus ahli bedah saraf dan pakar nutrisi ini, mengatakan, “Setiap penyakit kronis dimulai dari usus. 

Bila kita bicara soal usus, kita perlu membahas apa yang dibutuhkan oleh usus dan apa yang perlu dihindari.” Natasha juga seorang penulis beberapa buku pola makan sehat dan pelopor dalam pengobatan orang dewasa serta anak-anak yang menderita dengan banyak masalah yang berkaitan dengan neurologis. 

Seperti, ADHD, autisme, depresi, OCD (obsessive compulsive disorder), dan dalam hal autoimunitas atau alergi serius serta kondisi kronis lainnya.

Pengalaman memiliki anak autis, mendorong Natasha untuk melampaui batasan pengobatan konvensional hingga menemukan teori GAPS. Dr. Natasha sangat yakin, bahwa seorang anak dengan autisme, hiperaktif, disleksia, dyspraxia, autoimunitas, dan lain-lain, umumnya telah memperoleh mikroflora usus abnormal dari orang tua mereka sejak hari pertama. 

Baginya, ini adalah akar dari masalah. Apa itu mikroflora di dalam usus? Ini adalah kumpulan bakteri, jamur, virus, dan Protozoa yang semuanya hidup bersama di dalam usus seseorang. Bukan hanya bakteri, mikroflora adalah ekosistem yang lengkap.

Bagaimana Cara Kerja GAPS?

Inti dari diet atau pola makan GAPS, yakni harus menghindari makanan yang sulit dicerna dan dapat merusak flora usus atau lapisan usus. Kemudian, menggantinya dengan makanan kaya nutrisi yang membantu penyembuhan usus. 

Menyembuhkan usus, kata Dr. Natasha, juga dapat membantu meringankan gejala kondisi mental. Sebab, banyak anak autis juga menderita masalah pencernaan yang signifikan, termasuk diare, sembelit, dan kembung. 

Pola makan GAPS adalah diet ketat yang mengharuskan ‘pengikutnya’ untuk berhenti mengonsumsi biji-bijian, susu yang dipasteurisasi, sayuran yang mengandung zat tepung, dan karbohidrat olahan. 

Diet GAPS terdiri dari fase pengantar (dengan pilihan makanan yang sangat terbatas) dan fase diet lengkap, yang memungkinkan pasiennya mencoba variasi makanan yang lebih luas. Natasha mendorong semua orang untuk mencoba fase pengantar sebelum melanjutkan ke fase diet lengkap. 

Namun, hanya mereka yang kondisinya sangat parah, yang perlu bertahan dalam fase perkenalan untuk waktu lama. “Pasien kamu harus memiliki pencernaan normal setidaknya enam bulan sebelum kamu mulai memperkenalkan makanan yang tidak diperbolehkan pada diet GAPS. Jangan terburu-buru melakukan langkah ini,” jelasnya. 

Beberapa orang membutuhkan waktu lebih dari 2 tahun untuk siap menikmati makanan non-GAPS. Makanan pertama yang diperkenalkan setelah kamu siap keluar dari diet, contohnya kentang dan biji-bijian bebas gluten yang difermentasi.

Fase perkenalan adalah masa pasien GAPS hanya boleh mengonsumsi daging, ayam, kaldu ikan buatan sendiri, sup rumahan dengan kaldu buatan sendiri tanpa sayuran non-tepung; makanan fermentasi buatan sendiri seperti sauerkraut (kol asam), produk susu fermentasi buatan sendiri, kuning telur organik, dan alpukat. 

Secara bertahap, saat gejala gangguan pada pencernaan mereda, kamu dapat menambahkan beberapa makanan. Seperti, pancake yang terbuat dari selai kacang dan sayuran, ghee (lemak atau minyak samin) buatan sendiri, telur goreng, daging bakar atau panggang, minyak zaitun, roti yang dibuat dengan tepung almon, apel yang dimasak, sayuran mentah, jus buatan sendiri, dan apel mentah. 

Setelah pasien dapat memakan semua jenis bahan pangan tersebut tanpa gejala gangguan pencernaan, maka mereka siap untuk protokol diet GAPS lengkap.

Berikut ini rangkuman makanan yang diizinkan dan tidak diizinkan pada protokol diet lengkap GAPS yang diperbolehkan:

  • Sayuran tidak bertepung
  • Daging, unggas, ikan, dan telur
  • Kebanyakan buah
  • Produk susu fermentasi: yogurt, kefir
  • Ikan fermentasi (menggunakan resep GAPS)
  • Sayuran yang difermentasi
  • Jus sayur dan buah buatan sendiri
  • Kacang, selai kacang, dan tepung kacang
  • Minyak zaitun
  • Minyak kelapa
  • Madu

Yang tidak diperbolehkan:

  • Semua biji-bijian (gandum, nasi, barley, oat, dan jagung) dan semua yang dibuat dengan biji-bijian tersebut (roti, sereal sarapan, dan pasta)
  • Sayuran bertepung (kentang, ubi, dan ubi jalar)
  • Quinoa, buckwheat, sorghum, millet (dan biji-bijian ‘bebas gluten’ lainnya)
  • Gula dan apapun yang mengandungnya.
  • Sirup mapel, molase, sirup jagung, dan sirup lainnya
  • Aspartam dalam bentuk apapun, dan makanan apapun yang mengandungny
  • Permen, kue, manisan, dan es krim
  • Susu (kecuali jika difermentasi)
  • Semua makanan olahan
  • Semua minuman beralkohol

Pro dan Kontra GAPS

Tidak diragukan lagi, bahwa diet GAPS menganjurkan makanan rumahan yang terbuat dari sayuran segar, buah-buahan, daging, unggas, dan ikan. Tidak ada junk food, fast food, atau bahkan makanan buatan restoran yang diperbolehkan dalam diet. 

Ada pula beberapa bukti nyata langsung dari orang tua dan orang lainnya kalau diet ini memang membantu memperbaiki gejala autisme, ADHD, dan kondisi mental lainnya pada anak-anak serta orang dewasa yang menerapkannya. 

Selain itu, diet GAPS juga memiliki komunitas online yang kuat, yang dapat membantu kamu memulai dan menjalankan diet. Mereka akan menjawab pertanyaan, memberikan dukungan, dan sering bertindak sebagai ‘pemandu sorak’ bagi mereka yang baru memulai diet. 

Namun, diet GAPS tidak memiliki studi medis yang ketat untuk mendukungnya. Hanya ada sedikit bukti medis yang menunjukkan, bahwa rekomendasi Dr. Natasha, mulai dari kaldu buatan sendiri hingga makanan fermentasi, dapat membantu memperbaiki gejala autisme atau gangguan terkait.

 Faktanya, beberapa ahli medis memperingatkan bahwa menghentikan begitu banyak makanan sehat, seperti biji-bijian dan polong-polongan, dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada anak-anak dan orang dewasa yang mengikuti diet tersebut. Diet GAPS sangat ketat, dan juga dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak diinginkan.

Baca Juga: Istilah Populer Seputar MPASI

Itu dia Toppers diet GAPS yang dapat menghindari makanan yang merusak usus dapat membantu mengobati kondisi seperti, gangguan spektrum autisme (GSA), gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan disleksia untuk kebutuhan sang buah hati.

Share

TokopediaTokopedia

Related Articles

© 2009-2025, PT Tokopedia