MPASI buatan sendiri atau beli yang instan? Berikut ini kekurangan dan kelebihan masing-masing pilihan yang bisa kamu jadikan bahan pertimbangan.
Sebagai orang tua baru, tentu Anda ingin memberikan yang terbaik untuk bayi Anda. Menciptakan tempat berlindung yang sehat dan aman untuk bayi baru lahir akan lebih diutamakan daripada yang lainnya, dan begitu bayi cukup usia untuk mulai fase MPASI atau mengonsumsi makanan padat, orang tua akan mulai mendiskusikan hal ini.
Mungkin Anda sebagian dari orang tua baru yang sulit memutuskan akan memilih MPASI fortifikasi yang dibeli di toko atau membuatnya sendiri homemade, dengan tujuan untuk memberikan asupan terbaik pada anak.
Pastikan MPASI Memenuhi Nutrisi Bayi
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hal ini, Anda wajib memahami tujuan utama pemberian MPASI. Yaitu, untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pada bayi.
Zat gizi terdiri dari makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, serta mikronutrien, seperti vitamin dan mineral.
Mikronutrien seperti besi, seng, kalsium, tembaga dan yodium sangat berperan dalam perkembangan otak (kecerdasan), daya tahan tubuh, serta penambahan berat dan tinggi bayi harus didapatkan dalam jumlah cukup di dalam MPASI.
Dr. Dimple Gobind Nagrani, SpA mengatakan, bahwa di Indonesia, sangat umum dan sering orang tua memberikan pisang pada anaknya sebagai menu MPASI pertama.
Hal ini diungkapkan pula oleh dr. Meta Herdiana Hanindita, SpA(K), pada situs pribadinya, “Di Indonesia, berdasarkan penelitian, yang paling sering adalah pisang dipenyet atau dipuree.” Padahal, menurut dokter spesialis anak, Dimple Nagrani, dua pisang besar saja hanya bisa mencukupi kebutuhan karbohidrat anak. Sementara protein dan lemaknya, tidak tercukupi dari menu tersebut.
Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Susah Makan anak susah makan
“Padahal, anak butuh protein untuk perkembangan otot, butuh lemak untuk perkembangan otak. butuh karbohidrat untuk energi,” jelas dr. Dimple.
Tak heran, kalau angka defisiensi besi di Indonesia masih tinggi sekali? Nah, karena ini pula IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan MPASI terfortifikasi untuk anak-anak. Apa itu terfortifikasi? Artinya, MPASI yang sudah ditambahkan zat-zat seperti zat besi, vitamin A, Zinc, dan lainnya yang memang dibutuhkan oleh anak. Contohnya adalah, MPASI pabrikan yang saat ini dijual bebas,” jelas dr. Meta melalui situs pribadinya.
Plus dan Minus MPASI Fortifikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting dari sisi plus maupun minus dari MPASI instan:
1. Dibuat Berdasarkan Ketentuan WHO
Kesalahan yang sering ditemukan adalah, persepsi keliru tentang buruknya MPASI komersial. MPASI komersial dianggap berbahaya karena kandungannya yang tidak organik, vitamin dan mineral yang bukan berasal dari bahan alami serta adanya pengawet yang berbahaya bagi kesehatan bayi, jelas dr. Angga Wirahmadi, SpA, pada idai.or.id.
Menurutnya, hal ini pula yang menyebabkan banyak ibu yang tidak bisa atau tidak sempat memasak MPASI lebih memilih membeli bubur bayi sehat yang banyak dijual di pasaran.
Agar tidak salah persepsi, yang perlu dipahami adalah, MPASI komersial dibuat berdasarkan ketentuan khusus yang ditetapkan oleh WHO. Ketentuan ini meliputi standar keamanan, higienitas, dan kandungan nutrisinya. “MPASI komersial mengandung zat pengawet yang aman bagi bayi, dibuat dengan steril, dan memiliki kandungan makro dan mikronutrien yang sesuai kebutuhan nutrisi bayi,” jelas dr. Angga.
2. Tidak Menggunakan Zat Aditif Berbahaya
Menurut dr. Metha, semua produk makanan bayi yang dijual harus memenuhi Codex Alimentarius dari WHO. Aturan tersebut melarang penggunaan pengawet dan zat aditif lain yang berbahaya untuk anak. Jika tidak memenuhi Codex Alimentarius, sudah dapat dipastikan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) tidak akan memberikan izin produk tersebut dijual ke pasaran.
Lalu, bila tak mengandung pengawet, bagaimana MPASI instan bisa tahan lama? “MPASI pabrikan bisa awet karena teknologi freeze dry, yaitu mengeringkan seluruh bahan-bahan sebelum diolah. Kandungan airnya pun sangat minimal, sehingga bakteri tidak akan bisa tumbuh dan hidup,” ungkap dr. Metha.
3. Terdapat Label Indikasi Usia
Pada label kemasan disertakan label indikasi usia, misalnya untuk bayi berusia 6 bulan yang baru memulai MPASI, atau bayi berusia 8 bulan yang sudah ‘naik tingkat’ dalam hal tekstur. Label indikasi usia ini harus ditepati oleh setiap orang tua karena juga memiliki komposisi nutrisi yang telah ditakar sesuai kebutuhan perkembangan usia bayi.
4. Teliti Label Komposisi
Label ingredients pada kemasan MPASI instan tentu akan mencantumkan bahan-bahan pembuatan MPASI, seperti jagung dan wortel. Namun, terkadang ada nama bahan-bahan yang mungkin membingungkan Anda, seperti natrium, sodium, atau semacamnya. Cermati dan cari tahu informasi seputar ini, apakah bahan serta jumlah kandungannya aman bagi bayi.
5. Biaya Lebih Mahal, namun Memudahkan Anda
Membeli makanan bayi bisa lebih mahal daripada memasak dan menghaluskan makanan rumahan sendiri. Meski begitu, MPASI instan lebih mudah disiapkan dan hemat waktu serta energi.
6. Proses Pengolahan
Panas berlebih yang digunakan untuk membunuh bakteri selama pemrosesan makanan juga dapat mengurangi nutrisi. Menurut Dr. Eleanor Shaw, dokter spesialis anak berpengalaman puluhan tahun, yang berdomisili di Illinois, Amerika Serikat, makanan bayi kemasan dimasak pada suhu yang lebih tinggi untuk membunuh bakteri, agar memiliki waktu penyimpanan yang lebih lama. “Tapi, pendukung makanan buatan sendiri tidak menyukai gagasan bahwa suhu tinggi juga menghilangkan beberapa vitamin dan nutrisi yang sehat, jelasnya pada childcarephysicians.com
7. Pengemasan
Kemasan sekali pakai seringkali menggunakan material tidak ramah lingkungan. Namun, sistem kemasannya yang kedap dan steril, sehingga terjamin kebersihan dan keamanan makanan dari kontaminasi.
8. MPASI Bentuk Pouch Tidak Mendorong Perkembangan Mulut
Menurut Natalia Stasenko MS, RD, seorang dokter, pembicara internasional, konsultan, dan ahli gizi anak terkemuka, MPASI dalam pouch atau kantong, mendorong bayi untuk mengisap, sesuatu yang sudah dilakukan bayi dengan sangat baik. Mereka seharusnya belajar tentang mengunyah dan menelan.
“Dalam praktik nutrisi saya, saya telah melihat banyak bayi yang ‘terjebak’ dalam fase purée. Bila orang tua terlalu lama mengandalkan (MPASI) pouch. Anak akan melewatkan kesempatan untuk belajar dalam menangani tekstur yang bervariasi dan makan sendiri, ”ucapnya. Berikan MPASI pouch hanya dalam waktu-waktu tertentu, mungkin saat bepergian atau snacking.
9. Berikan dalam Mangkuk dan Biarkan Anak Belajar Makan Sendiri
Bila Anda ingin memberikan MPASI instan dalam kemasan pouch, akan lebih baik bila menuangkannya ke mangkuk dan menyuapkan anak menggunakan sendok.
10. Kebanyakan dari MPASI Instan Terasa Manis
Bahkan yang mengandung kangkung, bayam, biji-bijian, dan bahan-bahan lain yang umumnya rasanya tidak manis. Anak-anak menyukai rasa manis. Karenanya, orang tua harus membantu bayi mengenali rasa dari makanan yang belum mereka sukai, seperti sayuran gurih, biji-bijian, dan daging.
Kelebihan dan Kekurangan MPASI Homemade
Berikut ini adalah beberapa poin penting dari sisi plus maupun minus dari MPASI buatan sendiri di rumah:
1. Pilihan Utama MPASI
Menurut dr. Angga, MPASI<buatan sendiri di rumah tetap merupakan pilihan utama sebagai MPASI karena memiliki kekayaan tekstur, aroma, rasa, dan kandungan zat gizi yang lebih terjamin.
2. Memberikan Pengalaman Makan Lebih Kaya pada Bayi
Keberagaman pangan saat bayi makan MPASI buatan sendiri juga akan memberikan pengalaman makan yang lebih kaya dan kemudahan dalam proses pembelajaran makan bayi selanjutnya. “Namun, pada kondisi MPASI buatan sendiri tidak bisa diberikan, para ibu tidak perlu lagi takut untuk memberikan MPASI komersial,” jelas dr. Angga.
3. Anda Tahu Persis Kandungan di Dalamnya
Dr. Eleanor Shaw, mengatakan, saat Anda membuat makanan bayi sendiri, Anda tahu persis apa yang ada di dalamnya. Ini memungkinkan Anda untuk mengontrol semua bahan dan rasa MPASI tanpa tambahan pengawet, garam atau gula. Selain itu, banyak makanan bayi dalam kemasan hanya memiliki 1-2 variasi.
Saat Anda membuat makanan sendiri, Anda bisa berkreasi dengan makanan yang Anda pilih untuk dihaluskan dan dicampur. Ini memberi anak Anda pengalaman makan yang lebih bervariasi. Menurutnya, sejak awal bayi Anda dapat mulai makan makanan yang sama dengan anggota keluarga lainnya, tetapi hanya dalam bentuk yang dihaluskan.
4. Lebih Hemat
Bayi Anda dapat ikut serta dalam menu makan keluarga dengan versi halus dan tanpa bumbu dari makanan yang sama di piring Anda. Anda tak perlu menyediakan dua macam menu berbeda untuk keluarga dan bayi Anda. Sehingga, lebih hemat biaya.
5. Belum Pasti Memenuhi Standar Nutrisi Bayi
Bagaimana bila orang tua ingin membeli MPASI buatan rumah yang kini banyak disediakan oleh pengusaha katering bayi? Dr. Angga menjelaskan, bubur bayi sehat yang banyak dijual di pasaran memang dibuat dari bahan organik, tetapi tidak ada yang bisa menjamin kebersihan proses pembuatannya.
Kandungan makro dan mikronutriennya juga tidak terstandar, sehingga tidak bisa menentukan apakah kandungannya cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan bayi. Angga mengatakan, “Oleh karena itu, para ibu harus cermat dalam memilih bubur bayi sehat agar bayi tetap mendapat kandungan nutrisi yang baik.”
6. Cara Penyimpanan Bisa Memicu Bakteri
Makanan buatan sendiri tidak bisa disimpan semudah MPASI kemasan. Orang tua perlu berhati-hati mencairkan makanan dan membekukan kembali sisa makanan karena dapat memicu pertumbuhan bakteri.
7. Dapat Memenuhi Asupan Anak Bila Diolah dengan Tepat
Menurut dr. Meta, mengingat pentingnya kecukupan zat besi dan mikronutrien bayi dan untuk menghindari kekurangan mikronutrien, ada baiknya ibu atau yang memasak MPASI mengerti benar soal ini. Contoh dari dr. Meta, kebutuhan bayi laki-laki dengan berat 7 Kg dan umur 6 bulan adalah sekitar 770 kkal. Nah, kebutuhan energi 770 kkal itu bisa terpenuhi dengan berapa banyak tepung beras?
Berapa potong alpukat? “Lalu, 11 mg zat besi yang dibutuhkan anak setiap harinya itu terdapat pada apa saja sih? Bayam? Berapa ikat? Hati ayam? Berapa sendok makan? Daging sapi? Berapa sendok? Kalau itu sudah diketahui, lalu kemudian dipraktikkan saat memasak, tentulah kebutuhan nutrisi anak dapat terpenuhi.”
Panduan dalam Membuat dan Menyajikan MPASI Rumahan
Kukus atau gunakan microwave untuk mengolah buah dan sayuran. Hindari merebus nya, untuk mempertahankan sebagian besar nutrisi. Jangan tambahkan garam, gula atau bahan lainnya.Pastikan tangan Anda, alat memasak, dan bahan makanan sudah bersih saat mengolah MPASI.
Lalu, haluskan makanan yang sudah matang dengan sedikit air atau ASI perah sampai lembut. Bila ingin menyimpan kaldu, atau purée, pindahkan makanan ke dalam wadah es batu yang tertutup dan bekukan. Kemudian, simpan kubus beku dalam zipper bag. Jangan membekukan makanan selama lebih dari satu bulan. Hangatkan kembali makanan saat waktunya makan. Hindari menghangatkan makanan dalam waktu terlampau lama sebelum waktu makan anak.
Baca juga: 16 Makanan Pelancar ASI, Ampuh Perbanyak & Tambah Kualitas ASI makanan pelancar asi
Itu dia, Toppers kelebihan serta kekurangan dari MPASI Instan dan MPASI Homade. Mana yang jadi pilihan kamu? Apapun pilihannya yang pasti ibu dan sikecil harus sama-sama menyukainya, biar pengalaman MPASI pun jadi lebih menyenangkan untuk keduanya.