oleh Helen Cornelia Fitriani – Nakama Tokopedia
Pada November 2016, aku coba menghubungi salah satu sahabat waktu kuliah S1 yang kebetulan sedang menempuh pendidikan S2 di Jogja. Aku menghubunginya dan menyampaikan keinginan ku datang ke Jogjakarta. Tidak disangka dia begitu antusias dan mengatakan, “Cepat datang, aku tunggu kamu di Jogja.”
Pernyataan yang aku anggap adalah persetujuan untuk menghabiskan waktu di Jogja itu pun tidak ku sia-siakan. Aku langsung meluncur ke Jogja dan di perjalanan, aku coba mencari tempat tempat menarik untuk menghabiskan waktu di sana.
Pencarianku mengarahkan pada beberapa lokasi wisata alam, salah satunya adalah Kalibiru. Sebenarnya apa itu Kalibiru? Sungai dengan air berwarna biru? Atau lumutnya yang warna biru jadi memengaruhi air? Tentu bukan! Ini bukan kali dalam arti yang sebenarnya atau biasa disebut sungai. Kalibiru adalah lokasi wisata yang menampilkan penampakan alam dan tempat untuk berfoto di ketinggian.
Selain itu Kalibiru juga menawarkan view serta bentuk tempat foto yang menarik. Untuk sampai di KaliBiru, medannya cukup sulit karena berliku, menanjak, dan jalan masih di apit oleh bekas penggalian tambang. Tetapi menariknya, di tengah perjalanan kita akan menemukan danau buatan yang sangat indah dan ini menjadi salah satu view menarik jika dilihat dari Kalibiru.
Perjalanan ke Kalibiru
Perjalanan menuju Kalibiru kurang lebih memakan waktu 1 jam dari kos temanku di jalan Kaliurang. Terbayang kan betapa jauhnya jika diingat tidak ada kemacetan di Jogja. Sesekali terhambat lampu lalu lintas, tetapi tidak banyak. Nilai plusnya adalah jalan yang di lewati sangat luas, jadi meskipun menuju ke taman wisata, tetap saja bisa menggunakan kendaraan besar. Karena jalan disesuaikan dengan ukuran dari truk pengangkut tambang.
Sesampainya di Kalibiru, kita tidak langsung dihadapkan pada lokasi wisatanya, melainkan hanya tempat parkir kendaraan dan sebuah jalan menanjak yang cukup panjang jika dilihat dari bawah.
Ketika masih di parkiran, aku sudah bisa merasakan sejuknya hawa di sekitar Kalibiru. Benar-benar terasa bersih dan nyaman. Setelah melewati jalan menanjak di bagian depan, di sisi kanan ada loket tempat penjualan tiket masuk.
Harga tiket masuknya cukup terjangkau, yaitu Rp 8.000/orang untuk dewasa, sedangkan untuk anak-anak Rp 5.000/anak.
Sesaat setelah membeli tiket, kita kembali akan menemukan jalan menanjak, namun kali ini jalan lebih pendek dan di kanan kiri jalan tersebut ada warung-warung kecil yang menjajakan camilan hingga mie rebus.
Aku sempatkan mampir karena kebetulan seluruh wahana di Kalibiru belum buka dan pengunjung diminta menunggu sebentar.
Pintu gerbang tempat wisata ini hanya berupa batu dengan ukiran “KALIBIRU”. Aku dan sahabatku melanjutkan perjalanan mengelilingi Kalibiru. Setelah masuk ke bagian dalam taman wisata, ternyata kebanyakan wahananya adalah spot untuk mengambil foto di ketinggian dengan bermacam bentuk yang sudah di-design oleh manajemen taman wisata Kalibiru.
Lokasi pengambilan foto cukup banyak dan memiliki bentuk serta view yang berbeda-beda. Selain itu terdapat juga beberapa permainan outbond salah satunya flyingfox. Harga permainan ini dibandrol mulai dari Rp 25.000. Kalau kamu punya cukup nyali, jangan sampai melewatkan permainan yang disediakan, ya.
Aku sendiri lebih tertarik untuk mengambil gambar di ketinggian sebagai kenang-kenangan kalau aku pernah ke Kalibiru. Aku memilih spot tertinggi dengan view danau yang tadi ku lewati ketika akan ke Kalibiru. Lokasi ini ada di ujung taman wisata dan bentuknya tidak terlalu unik hanya sebuah lingkaran, tetapi aku tertantang untuk berfoto disini dengan alasan tempat ini adalah yang tertinggi.
Untuk berfoto di tempat ini, kita dikenakan biaya Rp 15.000/orang. Dengan biaya tersebut, kita akan di foto beberapa kali. Jangan khawatir, saat naik ke tempat berfoto kita akan memakai peralatan yang memadai agar tidak terjatuh dan jika didera angin yang cukup kencang, kita bisa berpegangan pada tali pengaman yang digunakan.
Seusai berfoto kita bisa mengambil gambarnya di pengelola wisata yang berlokasi tidak jauh dari tempat foto.
Seluruh foto yang diberikan hanya bersifat soft file atau tidak dicetak. Satu foto yang ingin kita ambil dihargai Rp 5.000 dan langsung di copy ke telepon genggam-mu.
Karena aku pikir mengambil foto dari spot manapun akan sama saja, kami memutuskan tidak berfoto di lokasi lain.
Mengambil foto menjadi kegiatan terakhir ku di KaliBiru. Selanjutnya aku pulang ke Kaliurang dengan sebelumnya mampir ke warung sate klathak Pak Pong yang sangat terkenal.
Baca juga: 15 Museum Jogjakarta Terbaik yang Wajib Kamu Kunjungi
Mengingat perjalanan ini, aku mendadak rindu. Meskipun hanya berfoto tapi tempat ini memberikan kenyamanan karena akhirnya aku bisa rehat sejenak dari hiruk pikuk Kota Jakarta. Selain itu sahabat yang menemani juga menjadi harga yang tidak ternilai mengingat jarak dan kesibukan kita sudah berbeda. Ya, Yogyakarta memang istimewa.